AL & RIZ BAB-2

273 22 0
                                    

Alonso sudah sampai di halaman rumah nya, mobil milik Riza juga sudah dia masukkan Garasi bersama mobil-mobil lain yang ternyata sudah sampai.

Dan dia keduluan.

Karna ternyata Orang tua nya dan Mas nya sudah sampai di rumah. Kepala nya menoleh kearah Riza. Pria manis itu masih terlelap dengan samar.

Sesekali dahi nya mengerut samar dan normal lagi. Lalu bibir nya manyun sebentar dan normal lagi.

Alonso terkekeh geli.

Sejak dulu, dia sangat gemar memperhatikan sosok mungil itu jika sedang tidur. Sebab wajah nya bisa membuat banyak ekspresi dengan cepat. Dan hal itu sangat lucu.

Tetapi, jika bangun. Wajah manis dan ekspresi imut nua hilang. Di gantikan dengan raut wajah judes dan galak.

Tidak tega membangunkan si manis, Alonso pun memilih untuk menggendong nya. Dia keluar lebih dahulu dan memutari mobil untuk mengambil tubuh mungil itu.

Dengan perlahan dia menggendong si mungil dan membawa nya keluar dari mobil. Kaki nya menutup pintu mobil dengan agak keras.

Blam!.

" Enghhh.. "

" Sstt, tidur lagi ya cantik.. " ucap Alonso sambil meniup-niup wajah Riza dengan santai nya.

Lalu dia pun membawa tubuh mungil itu masuk kedalam teras rumah, dan ternyata Pintu rumah nya masih terbuka.

Dia masuk dengan santai, suara gelak tawa Baba nya dan Teo pun masuk kedalam indra pendengaran nya. Lalu tak lama gelak tawa Ayah nya pun menyusul bersama Tama.

Duh, bahagia banget kayak nya. Gak mikirin apa gue yang hati nya udah sakit banget kek kenak tikam pisau nya Wiro Sableng?.

Alonso cuek saja, dia melangkah ringan memasuki ruang tamu. Dia abaikan mereka yang ada di sana dan melangkah terus tanpa mau perduli.

" Tama.. "

Kok di panggil sih!.

" Mn. "

" Dari mana? Kenapa tidak menyusul ke Belanda? Kamu ingkar janji!. " tanya Ayah nya tak terima.

" Males, besok aja tanya jawab nya. Pacar Tama udah kecapean. "

Pacar?.

Who?.

Riza?.

Ahh, bodo amat lah! Dari pada nanti keliatan dia kayak belum Move on dari si bangsat Teo!.

" Pacar? Riza? Dia kan sahabat mu, kapan kalian jadian?. " kali ini Baba nya yang bertanya.

"  Duh, Baba kepo banget sih. Udah lah Tama mau naik dulu malem. "

Teo dan Rama hanya diam.

Mereka saling melempar pandangan satu sama lain dan kompak mengangkat bahu Acuh.

Baik Teo dan Tama atau Alonso sudah tidak punya hubungan Apa-apa lagi. Dan karena itu Teo pun tidak akan mau perduli.

Dia akan perduli kepada Tama dan memang hanya Tama saja.

" Apa Tama marah kepada kita?. " tanya Ayah nya David Wiratama.

" Marah kenapa Yah? Karna kami menikah? Atau karna kalian yang tidak merestui hubungan Tama dan Teo dulu?. "

" Entahlah Ram, Ayah bingung. Sebenarnya Ayah merasa bersalah juga karena menolak keinginan nya itu. Rasa-rasa nya seperti Ayah dan Baba mu lebih membela kamu dari pada Tama. "

( BL )  My Sweet Cane Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang