"MOMMYYYYYY!"
"JEAAAAAAAAN!"
Teriakan kerinduan ibu dan anak perempuannya itu menggelegar ke seluruh rumah. Keduanya saling berpelukan dengan erat melepas rindu yang selama ini dikandungnya. Bagi yang melihat mereka sekarang pasti ikut terharu.
"Kangen banget sama mommy." adunya manja.
"Mommy juga kangen banget sama kamu, kak. Satu-satunya anak perempuan mommy." balas Hayziel.
"Kok satu-satunya sih, ma? 'Kan masih ada aku." sahut Jevian tiba-tiba muncul dibelakang Jean sambil menyelipkan rambut kebelakang telinga.
Tak lama setelah itu, Jevian langsung mendapatkan jitakan dijidatnya dari Jeka. "Amit-amit." Mereka menatap Jevian jijik. Ini anak siapa coba, malah ngaku jadi lekong.
Jevian mendengus mendengar cacian dari Jeka lalu mengusap-ngusap jidat gantengnya.
Hayziel yang awalnya terkekeh karena kelucuan mereka tiba-tiba berhenti. Ibu dari keempat anak itu menatap Jeka dan Jerome bergantian dengan heran.
"Loh-loh? Ini kenapa anak mama bonyok gini?" pertanyaan Hayziel sukses membuat Jevian menyemburkan tawanya.
Sedangkan kini kedua putranya itu menampilkan wajah yang cemberut kesal. "Perasaan tadi pergi masih mulus, deh." lanjut ibunda.
"Itu mereka dibogem sama kak Jean, ma!" sahut si bungsu sambil terkikik.
Jean melepaskan pelukannya dan beralih merangkul ibunya dengan manja, lalu siap mengeluhkan kekesalannya karena Jerome dan Jeka. "Kenapa emang, kak?" tanya Hayziel.
"Abisnya aku kesel banget sama mereka. Bayangin, mom! Aku baru dijemput setelah nunggu hampir 2 jam, gimana nggak kesel?!" adunya sengit.
Hayziel ber-oh ria, "Jadi itu alasan kenapa kamu lama banget sampenya." Jean pun mengangguk tegas dengan wajah yang masih tidak bersahabat ketika melihat double J itu.
Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya lagi melihat tingkah anak-anak. Pantas saja Jean menghajar keduanya sampai babak belur seperti sekarang. Hayziel tertawa dalam hati melihat ekspresi kedua putranya yang cemberut dengan muka penuh lebam.
Dan tiba-tiba ada suara tawa besar dari arah tangga dan membuat kelimanya menoleh. Itu kepala keluarga mereka, Jonathan.
"Good job, Je! Papa bangga banget sama kamu!" ucapnya sambil melirik remeh keadaan dua putranya itu. Ah, ternyata ayahnya juga sedang menertawakan double J.
Tentu saja ledekan sang ayah semakin membuat Jerome dan Jeka menekuk wajahnya.
Jonathan mendekat kearah mereka. Dia merentangkan kedua tangannya siap menyambut Jean kedalam pelukannya. "Nggak mau peluk papa, nih? Masa nggak kangen sama papamu yang ganteng ini."
Gadis itu terkekeh kecil mendengar tingginya kepercayaan diri sang ayah. Pantas saja kakak dan adik-adiknya itu memiliki sifat narsis melebihi dewa, ayahnya saja seperti itu.
"Daddy~" sapanya manja. "Jean kangen banget asli." setelahnya Jean masuk kedalam pelukan sang ayah.
"Utututu... perawannya papa udah gede banget ya." Jonathan semakin mengeratkan pelukan mereka. Dia sangat merindukan putrinya yang jarang ia tengok.
Jeka mencebik, "Emang masih perawan?"
"Kurang ajar."
"Dih, bener 'kan? Masa iya masih perawan."
Kedua orangtuanya menghela napas. Bener-bener anak yang satu ini mulutnya minta di ulek.
"Heh, mulutnya!"
"Biarin aja, mom. Abis ini paling Jean cincang adek kecilnya."
Mendengar perkataan Jean, lantas membuat Jeka langsung menutupi area kejantanannya. Ngilu dia tuh sama ancaman Jean. Sedangkan yang lain menertawakan nasib Jeka.
Hayziel menghentikan tawanya lalu berkata, "Udah-udah. Mending sekarang kalian berdua obatin dulu tuh mukanya. Kalo jelek kayak gitu mah bukan anak mama."
"Ish, mama jangan ikut-ikutan ngeledek dong!" protes Jerome yang diangguki Jeka.
"Mbak! Tolong obatin 2 anak ini ya." Hayziel tidak menggubris kedua putranya itu karena nanti urusannya semakin panjang. Lebik baik Hayziel memanggil pembantunya untuk segera mengobati mereka berdua.
Beberapa pembantu pun datang dengan kotak obat ditangannya dan langsung mengobati kedua majikan mereka. Yang lain pun berbincang-bincang di ruang keluarga selagi menunggu double J diobati.
"Kamu kapan wisuda, kak?" tanya Jonathan pada putri kesayangannya itu.
"Masih lama banget, dad. Kurang lebih 2 bulan lagi, maybe."
"Buset, lama amat kak." ucap Jevian tak percaya.
"Rata-rata emang segitu, dek." balas Hayziel, "Tapi urusan kamu disana udah selesai semua 'kan? Udah revisi juga?" sambungnya.
"Udah kok, mom. Tenang aja. Cuma tinggal ambil barang-barang aku aja yang masih ada disana." tutur Jean.
Kedua orang tuanya mengangguk-angguk. Mereka bangga pada Jean yang bisa menyelesaikan pendidikan sarjananya lebih cepat dalam kurun waktu 3 tahun, walaupun rata-rata memang segitu. Tapi tetap saja kepintaran mereka menurun pada gadisnya ini.
"Tuh, bang. Kak Jean aja udah lulus S1, masa abang belom sih?" Jevian ini kadang suka kurang ajar. Demen banget nyari keributan yang baru.
Jerome itu agak sensitif kalau disindir tentang kelulusannya yang lebih lambat dibanding Jean. Suka insecure aja gitu, adeknya lulus duluan dibanding dia yang sulung. Abisnya Jean rajin banget sih, Jerome kan pemalas. Kalau pinter mah jangan ditanya, semuanya juga pinter, cerdas plus jenius. Of course kecuali Jeka.
Di otaknya cuma ada game, game, dan game. Gak beda jauh sama si bungsu yang demen banget tiktokan.
"Berisik!"
Jangan percaya kalau respon Jerome cuma kayak gitu aja. Aslinya kini dia tengah mengumpat dalam hati, menyumpah serapahkan Jevian yang menyindirnya dan membuat dirinya diejek oleh keluarga sendiri.
Kalau tidak ada kedua orang tuanya, mungkin Jerome akan langsung membuat Jevian babak belur seperti dirinya sekarang. Tapi mereka diajarkan, kalau tengah bersama orang tua, tidak boleh berbicara kasar apalagi mengumpat. Dan juga harus sopan, seperti memakai aku-kamu ketika berbicara pada saudara.
Tapi mereka dibebaskan untuk berbicara semaunya kalau tidak ada orang tua, asal tidak berlebihan. Itu karena Jonathan dan Hayziel tidak mau terlalu mengekang anak-anaknya. Lagi juga selama ini mereka berempat selalu menurut kok, jadi Jonathan dan Hayziel sepakat untuk membebaskan anaknya karena yang terpenting mereka sudah berusaha mendidik keempat anaknya sebaik mungkin.
Intinya, kalau ada orang tua tidak boleh kasar. Kalau tidak ada, baru boleh bebas melakukan apa saja. Toh, kalau mereka berulah pun tidak akan ada yang sampai kelewat batas karena teringat pesan-pesan yang disampaikan kedua orang tuangnya.
Hayziel pun mengisyaratkan Jevian untuk diam ketika anak itu ingin berbicara lagi, "Dari pada ribut mulu, mending sekarang kita makan. Pasti pada laper, 'kan?" ajak sang ibu mengingat double J itu sudah selesai diobati.
Dan tentu saja semuanya mengangguk, termasuk sang suami. Hayziel tertawa melihat kelimanya. Duh, ini mah turunan bapaknya. Nggak akan ada yang nolak jika itu soal makanan. Semuanya pada demen banget makan, apalagi masakan dirinya.
Dengan segera mereka meninggalkan ruang keluarga lalu pergi menuju meja makan. Membagi kasih dan mengenang masa lalu serta menceritakan pengalaman diri berhasil membuat suasana hangat terus tercipta. Dengan adanya Jean, mereka kembali lengkap. Yang berhasil membuat rasa dimana hanya dapat dirasakan dan dimengerti oleh mereka yang tau betul arti keluarga yang sebenarnya.
TBC
So guys, aku buat Four J versi AU di twitter. Aku buat khusus pembaca book ini, just for you. Itu selingan aja sih like oneshoot/twoshoot gitu, kalian bisa baca au itu selagi nunggu aku update Four J versi narasi. Akunnya udah aku taruh di bio wattpad. But the account is private, so you have to follow me first.
Happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
Four J
FanfictionKehidupan absurd keempat saudara yang semua namanya berawalan huruf j. ©peaceofshyit, 2021