4: Dosa

217 35 7
                                        

Haloo semuanyaa.

Akhirnya aku bisa update lagi omg omg sebenernya aku masih writers block dan masih sibuk bgt berkutat sama kuliah :") tp aku tuh udah punya plan ngeupdate sebelom tahun berganti. Jadi ya syukurlah bisa kesampean huhu

Sebelumnya, makasih yaa buat yang udah senangtiasa nunggu updatenya. Sebenernya aku sempet log out wattpad, dan ga mainin wattpad selama beberapa minggu. Tapi hari ini aku baru log in lagi dan disambut notif-notif. Entah notif vote ataupun dimasukkin ke reading list. Jujur itu menghibur banget dan sangat berarti banget buat aku. Aku beneran jadi semangat nulis updatenya berkat itu.

So, please dont forget to leave a trace-- jangan lupa tinggalkan jejak kalian saat membaca yaa. Itu akan sangat berarti buat para author~

Selamat membaca!

--------

Apa itu pertama kali terjadi sebulan setelah ibunda Yoongi wafat?

Yoongi tidak begitu ingat.

Yang Yoongi ingat adalah perasaan perih saat tali-temali yang berasal dari cambukan itu menggores kulit pucat miliknya.

Yang Yoongi ingat adalah begitu banyak darah menetes dari luka-luka yang terukir di tubuhnya.

Yoongi merintih, "... Saya mohon--"

"Tolong henti-- AH!"

Pecutan demi pecutan tiada hentinya menghias tubuh sang putra mahkota, seakan tubuh miliknya adalah kanvas yang sedang terlukis.

Darah yang terus kian mengalir membuat ruangan gelap dengan secercah cahaya itu penuh dengan aroma tembaga.

Dan Yoongi membenci itu.

***

Nafas Yoongi memburu. Dengan cepat ia membuka matanya-- Yoongi ingin cepat-cepat menghilangkan mimpi buruk tersebut. Kenangan buruk, masa lalu gelapnya.

Kedua tangan Yoongi baru saja ingin membenamkan seluruh wajahnya ketika Yoongi mendapati tangan dari figur yang ia kenal terlihat terulur ke arah dahi miliknya.

Yoongi tersentak, begitupun orang yang ada dihadapannya.

"A-ah... kamu terlihat sangat tidak nyaman saat tidur. Dahi mu juga berkeringat, jadi aku kira kamu sakit dan aku--"

Yoongi memotong perkataan Hoseok dan menghela nafas. "Sudahlah, Jung. Aku paham."

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Hoseok, khawatir.

Yoongi mengangguk, "Aku baik-baik saja. jadi, apa yang kamu inginkan hingga mengunjungi kamarku?"

"Oh.." Karena terlalu khawatir dengan kondisi Yoongi, Hoseok jadi sempat melupakan tujuannya.

Tapi kenapa Hoseok harus merasa khawatir?

Hoseok berdeham. "Namjoon bilang kau mau pergi melihat-lihat desa hari ini."

Yoongi menautkan alisnya. "Lalu?"

"Namjoon harus menyiapkan parade kedewasaan putra mahkota yang digelar besok, jadi aku yang akan menemanimu." lanjut Hoseok.

Yoongi mengangguk, "Oh... Baiklah. Aku akan siap siap terlebih dahu--"

Yoongi mulai bangun dari posisi terbaringnya.

Hoseok mengerjapkan matanya, "H-hei!"

Tanpa Yoongi sadari selimut yang ia kenakan untuk menutupi tubuh bagian atasnya terjatuh dan membuat dada Yoongi tidak tertutup sehelai kain pun. Yoongi yang sadar dan terkejut buru-buru meraih kain selimut yang terjatuh dan menutup dadanya dengan kain tersebut. Hoseok pun berinisiatif memutar tubuhnya dengan semburat merah menghiasi mukanya.

I Believe (In Us)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang