"Itu telpon dari siapa paman?" Tanya Tius yang baru saja mendengar percakapan pamannya dengan seorang gadis.
"Aku sendiri tidak tahu, mungkin teman gadis SMA kemarin" Kata Pamannya yang belum menikah di usianya yang ke 40 tahun.
"Nampaknya dari dulu paman selalu mendapat telpon dari gadis seusiaku" Kata Tius yang memang memiliki kedekatan dengan pria itu.
"Entahlah, saat aku sedang serius mencari pasangan malah gadis-gadis ini yang datang menghampiriku" Katanya sambil mengecek pesan satu persatu.
"Pamankan tampan dan juga seorang pengusaha, mobil ada 6, salah satunya Ferrari, apa standar wanita sekarang tinggi sekali ya" Kata Tius yang cukup heran dengan nasib pamannya.
"Pernikahan bukan hanya soal harta, tapi juga soal hati, keduanya tidak boleh dikesampingkan saat akan membangun rumah tangga. ingin bernasib sepertiku yang dikejar wanita-wanita muda?, maka mulai dari sekarang hargailah para wanita dan perasaannya" Kata pamannya sambil terus mengecek pesan yang masuk.
"Aku belum berpikir untuk menjalin suatu hubungan dengan wanita atau apapun" Kata Tius sambil menggaruk kepalanya.
"Kamu tidak harus menjadi orang yang dekat dengan lawan jenis untuk dapat menghargai wanita dan perasaannya, itu sudah menjadi kodrat bagi seorang pria" Kata pamannya sambil tersenyum.
Setiap perkataan pamannya pada malam itu benar-benar menempel di kepalanya, bahkan saat dia akan tidur.
Hari pertama sekolah di kelas 12 SMA......
"Berubah?" Tanya Joseph dan Nibo yang heran dengan ajakan Tius untuk berubah.
"Ya, kita harus berubah menjadi pria yang menghargai para wanita dan perasaannya, selama ini kita sering tak acuh terhadap para wanita, bahkan sering kita mengabaikan orang lain, selama kita punya potensi yang hebat maka baiknya kita gunakan itu untuk menghargai dan juga melindungi, maka oleh sebab itu mari kita berubah menjelang kelulusan kita dari bangku SMA" Kata Tius dengan semangat yang berapi-api.
Joseph dan Nibo akhirnya mengerti maksud dari Tius.
"Baiklah, kami mengerti" Jawab mereka secara bersamaan.
"Apa kalian tidak dengar ada bel masuk? Kenapa masih di kantin?" Kata Pak Wisnu selaku guru di sekolah tersebut.
"Maaf pak, jika kami terlambat, maka kami bersedia menerima ganjarannya" Kata Tius sambil berdiri diikuti kedua temannya.
Guru senior tersebut seketika kaget, karena selama ini ketiga pria itu sering merespon perkataan guru dengan santai apabila diberi arahan atau ceramah oleh para guru.
"Tidak perlu, sana masuk kelas, bikin saya kaget saja kalian ini" Kata guru tersebut sambil mengusap keringatnya.
Mereka kemudian segera menuju kelas masing-masing, ketiganya memang dipisahkan sejak naik ke kelas 11 agar bisa menjaga menjaga suasana di sekolah agar tetap kondusif.
Tius, adalah siswa yang sama sekali tidak mengikuti MOS (Masa Orientasi Sekolah) sewaktu kelas 10, saat hari pertama belajar di SMA Santo Karolus ada oknum anggota OSIS yang mendatangi dan seenaknya memintanya untuk berlari mengelilingi lapangan, dirinya tidak terima dan seketika terjadi perkelahian yang menyebabkan salah satu tulang rusuk oknum tersebut patah, namun dirinya tidak mendapat hukuman karena kesalahan ada pada oknum anggota OSIS tersebut dan malah oknum tersebut yang dikeluarkan akibat menyalahgunakan keanggotaan OSIS untuk bersikap sewenang-wenang.
Joseph, sewaktu mengikuti MOS saat kelas 10 dirinya selalu bertikai dengan para anggota OSIS karena merasa banyak hal tidak logis yang diminta oleh panitia, akhirnya dia hanya mengikuti MOS pada hari pertama saja.
Nibo, di antara mereka bertiga dirinya adalah orang yang paling "ramah" terhadap siswa lain, namun dia dikenal sebagai pria yang selalu merayu para wanita di sekolah tanpa bermaksud lebih, para guru wanita dan ibu penjaga kantin juga menjadi sasarannya, sebenarnya tanpa melakukan hal tersebut tetap saja dirinya digandrungi lawan jenis.
Ketiga pria ini akhirnya menjadi teman akrab sejak hari pertama belajar di bangku SMA, memang banyak kemiripan di antara mereka, tampan, pemberani, pintar, gagah dan sama-sama digandrungi para wanita, namun mereka seperti membentuk lingkaran pertemanan sendiri dan sering terlibat dalam perkelahian dengan siswa baik di dalam atau di luar lingkungan sekolah, bahkan dengan para berandalan juga sering dan sampai saat ini mereka belum pernah kalah. akan tetapi, di bangku kelas 12 ini mereka bertekad untuk berubah menjadi pria yang jauh lebih baik.
Jam istirahat telah tiba, mayoritas siswa berkumpul bersama teman-temannya.
"Maaf" Kata salah satu gadis yang tidak sengaja menabrak Tius hingga bekalnya tumpah.
"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Tius dengan nada datar.
Gadis itu langsung membereskan kotak bekalnya yang jatuh dan menyingkirkan isi bekalnya yang keluar.
"Sekali lagi maaf" Kata gadis berkuncir dua dan berkacamata tersebut.
"Tidak apa, mau menemaniku di kantin?" Tanya Tius yang mencoba bersikap ramah.
"Tidak, terima kasih" Gadis itu kemudian pergi dengan langkah cepat.
"Sok jual mahal dia, kalau aku diajak Tius pasti gak nolak" Kata Monic yang merupakan salah satu gadis idola di sekolah tersebut.
"Tapi tumben Tius mau mengajak bicara lawan jenis" Sahut temannya yang heran.
"Ngapain mikirin yang kayak gitu, yang jelas cewek tadi beruntung dapat ajakan dari Tius" Kata Monic sambil terus memandangi Tius yang pergi ke arah kantin.
Sesampainya di kantin Tius hanya diam saja.
"Kenapa diam? biasanya kamu paling ribut" Tanya Nibo.
"Tadi aku ditabrak seorang gadis hingga isi bekalnya keluar" Jawabnya sambil memikirkan gadis tersebut.
"Lalu?" Tanya Nibo yang belum puas dengan jawaban Tius.
"Bekalnya hanya nasi kecap" Jawab Tius sambil melahap makanannya.
"Yang kamu maksud gadis berkacamata dan berkuncir dua?" Tanya Joseph yang ingin memastikan.
"Kamu tau dia?" Tanya Tius yang penasaran.
"Iya, hanya dia yang suka bawa bekal di sekolah ini, dia biasa makan bekalnya di balik pohon rindang taman bagian belakang, tapi aku baru tahu jika bekalnya hanya nasi kecap" Kata Joseph dengan pelan.
"Aku ingat, gadis itu namanya Jeslin, aku pernah merayunya sampai dia kaget dan menabrak kotak sampah hingga terjatuh, apa yang ingin kamu lakukan dengannya?" Tanya Nibo.
"Mengajaknya berteman" Jawabnya sambil tersenyum.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real Bad Boys
Teen FictionTius, Joseph dan Nibo adalah tiga pria yang diidolakan oleh para wanita dan disegani oleh para pria di sekolah, namun pada tahun terakhirnya di bangku SMA salah satu dari mereka yaitu Tius selaku "Pemimpin" mengajak untuk "berubah" menjadi pria yang...