Tentang Kita | Prolog

6 0 0
                                    

🔸🔶 The Reagle (1) 🔶🔸

BUGH!

BRAAKKH!

BUGH!

BUGH!

ARRGHH!

KRAKK!

Disana, di jalan setapak yang gelap itu, suara pukulan serta teriakan kesakitan bersahut-sahutan. Keringat sudah mulai membanjiri sekujur tubuh mereka. Darah dan lebam sudah banyak didapatkan oleh mereka.

The Reagle. Itulah mereka, yang tengah mengadu kepalan tangan pada sang musuh. Sampai...

BUGHH!

Pukulan telak diberikan oleh sang ketua The Reagle pada musuh. Lelaki yang baru saja di pukul, terkapar dengan darah di beberapa daerah wajahnya.

"Cabut," komando sang ketua. Para anggota inti dan anggota lainnya menyusul sang ketua menuju markas mereka.

Tak ada yang tau letak jelas markas The Reagle. Bahkan, sekadar informasi para anggotanya saja tak dapat ditemukan oleh siapapun.

Jalanan yang mereka lewati masih terlihat sepi dan gelap. Tentu saja, ini sudah memasuki pukul 11 malam, dan mereka baru saja selesai dengan kegiatan 'olahraga malam' nya.

Mereka sampai di markas bersamaan, aura mencekam semakin terasa jelas saat berada didalam ruangan ini. Sang ketua lah yang menyebabkan aura mencekam itu.

⚠️Dialog kasar, jangan ditiru⚠️

"ANJ*N*, MAUNYA APA SIH!"

"Ray, kendalikan emosi Lo! Jangan sampai markas hancur lagi Ray!" Tegur Alvaro Rawles Ramatha, sang wakil The Reagle.

Raymond Gentala, sang ketua The Reagle itu menatap tajam pada wakilnya. Kakinya berjalan untuk berhadapan dengan Varo.

Raymond mencengkram kuat jaket The Reagle yang dikenakan oleh Varo. "Kalau mereka gak nyulut emosi gue, gue gak akan kayak gini ANJ*N*!"

"RAY! Jangan karena para pemuda br*ngs*k itu Lo jadi kalut gini! Ini bukan Ray yang gue kenal!" Sahut Xavier Thomas Arya, salah satu anggota inti The Reagle.

Raymond melepas cengkramannya pada jaket Varo, ia duduk lalu mengusak rambutnya dengan kasar. Benar kata teman-temannya, ia terlalu terbawa emosi akibat ulah Poison, musuh bebuyutan The Reagle.

"Sorry, gue perlu istirahat," Raymon berlalu keluar markas, ia menaiki motornya dan langsung melaju menuju rumahnya.

Sedangkan didalam markas, para anggota inti dan anggota yang lainnya tengah saling mengobati luka nya masing-masing.

"Sakit gob**k!" Ringis Liam Lakashya, si anggota inti termuda The Reagle.

"Gamau sakit, gak usah berantem!" Sahut Adri, anggota yang tengah membantu Liam mengobati lukanya.

"Berisik banget Lo berdua, cuma luka kecil doang juga," sahut Xavier.

"Kecil juga sakit kali Bang," kilah Liam.

Sedangkan di lain kursi, Devandra Leonard atau yang kerap disapa Devan, tengah berkutat dengan laptopnya, menyabotase rencana musuh yang akan ditujukan pada mereka.

Tepukan dibahu Devan membuatnya berpaling sejenak, lalu kembali menatap laptopnya. "Obatin dulu Dev, nanti luka Lo infeksi," titah Varo.

Devan hanya berdehem sebagai jawaban. Hah! Manusia satu ini selalu saja begitu, irit bicara. Author jadi gak yakin dia seorang yang bucin sama pacarnya:v

Ya, seisi markas sudah tahu tabiat si kulkas berjalan satu ini, irit berbicara didepan mereka. Namun, sangat bucin pada pacarnya.

Oke, back to topic.

"Jangan ham hem ham hem doang Dev, buruan dilakuin, tinggalin dulu itu laptop,"

"Nanti," Nah kan, hanya satu kata. Varo yang mendengar jawaban singkat dari si hacker The Reagle itu, menggelengkan kepalanya. Sudahlah, ia menyerah menasehati kulkas berjalan satu ini.






























Untuk permulaan cukup lah ya? See you next part guys!

Di Publish tanggal:
Di Tulis tanggal : 22 Agustus 2021

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang