[ use source sans pro with the smallest font ]
/1/
“karena kamu cantiknya
nggak masuk akal.”“tiba-tiba?”
“jangan mikirin apapun ya,
kamu cuma perlu tahu, saya,
sukanya kamu. hanya itu.”“ya! ada apa denganmu?
ku jadi merinding!”“tidak, saya hanya ingin mengatakan
sebelum saya sama sekali tidak bisa
untuk menjelaskan.”“huh, terserah.”
“saya dengan dunia saya bukan
sepenuhnya semesta, yang mana
bisa berkuasa atas apa yang ia kehendak.
saya hanya buana yang diperintah
jagat rayanya. jadi, saya mohon
jangan benci saya sebagai han jisung.”kepalaku terangkat menatapnya
bingung, ia memelukku erat seolah
aku akan lari jika sesekali radiusnya merenggang.“benci saya sebagai manusia yang tak
berdaya, ya. sebab hak bagi sebagian
mereka bukanlah mutlak hanya saja
mereka tamak.”nona hanya bisa balas untuk
memeluk segenap rusuk yang
samar-samar mendetak di antara
kami. jantungnya terpacu keras.
menjadi backsound dari kebisuan
dua pasang anak muda.“kau berbicara seolah kita ini
sebuah kegagalan.” ujarku.tiba-tiba dirinya terkekeh nyaris
tertawa. pemuda dengan garis
kuoka di wajahnya itu menatap nona
bak pusar alam raya. berbisik
melalui netra bahwa kamu satu-satunya./2/
“hari ini lip balm mu tampak beda.”“mau coba?”
“hm?”
nona berjinjit sembari memegang
kedua bahu jisung kemudian tersenyum
memamerkan ranum merah mudanya.awalnya jisung mengernyit namun tak
lama binar senyumnya terbit lantas
menarik pinggang nona untuk ia kecup
labiumnya. lamat ia melumat habis
lapisan buah yang ada di bibir gadisnya.“enak, rasa peach.”
“kau ini sengaja ya?”
“apanya?”
“hari ini lip balm mu tampak beda.”
beonya dengan nada mengejek.“saya hanya menyampaikan,
yang tiba tiba berjinjit siapa?”“ya aku hanya merealisasikan keinginanmu.”
han jisung merangkum wajah nona
agar berhadapan dengannya. lalu
mengecup bilah bibir nona berkali-kali.
sampai pada kecapan terakhir, pemuda
itu dengan lancang menyesap bibir nona
layaknya menyeruput ramen kuah yang
biasa nona makan di depan komplek
perumahan.nona memerah, taruna tertawa renyah.
“ngomong-ngomong saya lebih
menyukai kamu memakai dress
dari pada jeans sobek-sobek ini.”kata taruna menunjuk pakaian nona.
ia meliriknya sinis, jisung meringis.“terserah aku.”
besoknya, han jisung terpingkal saat
nona berjalan malu-malu ke arahnya
mengenakan dress yang ia remat erat.“kalau kata sepupu saya, kamu bucin.”
“terima kasih pujiannya.”
dihadiahi kecupan di pelipis nona.