prolog

77 7 0
                                    

"BIMAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!"

Laki laki yang dimaksud pun menoleh. "APAAN SIH RA????? pagi pagi udah ngajak ribut."

Perkenalkan kedua tokoh utama dalam cerita ini, Andara Arinita dan Adispati Bimandra yang tak pernah akur satu sama lain.

Dara yang mendengar Bima seperti tak mau disalahkan pun langsung turun tangan ke medan perang dan menjewer telinga cowok yang sedang bermain game online tersebut.

"Apaan apaan!!! Mana bolpen gue?!" Tanya dara tak kalah ngegasnya dari Bima.

Bima menggelengkan kepalanya, "Mana gue tau, kok lo malah tanya gue sih!! Bolpen bolpen lo kalo ilang ya masalah lo lah, bukannya malah marah marah ke gue."

"LO TUH BENER BENER YA!!! KEMAREN SIAPA YANG MINJEM BOLPEN GUE KALO BUKAN LO????" Dara mengacak rambutnya frustasi setelahnya ia melipat tangannya.

"Demit kali."

"A A A AAAAHH RA SAKIT!!!!" Bima terkekeh yang tentunya mendapat jeweran super dari sahabat karibnya ini.

"LO TUH DEMITNYA!" Dara menghela nafas.

"Pokoknya awas aja sampe bolpen gue ga balik dalam kurun waktu 48jam lo bakal remuk di tangan gue besok Bima!!" Lanjutnya.

"Dara, Bima. Guru udah dateng bukannya di salamin malah berantem, kalian ga capek apa tiap hari berantem mulu? Bapak aja capek liatnya." Ujar pak Santono menggelengkan kepalanya karena pusing dengan kelakuan dua muridnya yang tidak pernah akur.

"Capek lah pak! Dia sih yang cari gara gara." Bima dan Dara kemudian menoleh dan melihat satu sama lain karena tanpa sadar mereka mengucapkannya bersama.

"Kok gue sih????"

"Stop ngikutin gue." Anehnya mereka terus terusan mengatakan hal yang sama berkali kali.

"Udah nikahin aja tuh pak si Dara sama si Bima!" Kata Ucup dari ujung sana, lantas Dara dan Bima yang mendengarnya pun kompak melemparkan buku paket sejarah mereka yang kalau boleh di hipebolakan menara Eiffel pun lewat tebal dari buku tersebut.

"Cieee ngelempar buku aja barengan cihuy cihuyy acikiwir!!!" Ucup semakin menjadi jadi sampai pak guru sendiri pun akhirnya turun tangan menangani Ucup, Bima dan Dara.

"Udah puas olok-olokannya?? Bima sama Dara, perbaikin dikit dong akhlak kalian makin gede bukannya tobat malah tambah jadi. Kamu juga Ucup!" Pak guru menatap Ucup tajam.

"Kok jadi saya sih pak yang kena..." Ucup menggaruk tengkuknya sembari bermuka masam.

"Abisnya kamu pake ikut-ikutan segala. Udah lah, besok besok bapak gamau ngajar kalo ngeliat ada yang berantem pagi pagi."

Sekelas pun kompak bersedih dan membujuk pak guru agar tidak merajuk lagi, yang hanya dibalas senyuman manis pak guru. Beginilah keseharian kelas mereka, tak terlalu ramai dan juga tak terlalu sepi, walaupun tergolong kelasnya anak anak pintar tapi kelas XII-MIPA2 juga tergolong kelasnya anak anak bandel.

• •

Sampai akhirnya bel sekolah berbunyi dan pak Santono berpesan agar anak anak kelas semakin giat belajar menjelang Ujian Nasional nanti, dan tentunya rajin beribadah juga. Rencananya pak guru membuatkan kelompok belajar, anggotanya dibagi secara acak. Sialnya Dara dan Bima kebagian sekelompok, kalian pasti bisa membayangkan kan bagaimana nantinya? Pak Santono memang sengaja membuat dua sejoli itu sekelompok agar mereka mau tidak mau harus akur dan mengajari satu sama lain.

"Bim."

"Bim."

"Bima."

Dua garis biru - Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang