Testpack

16 0 0
                                    

Dara:
Bima lo hari ini free nggak?

Bima:
Gatau

Dara:
Ih gue kan serius, jawab yang bener dong
Dara:
😡💢

Bima:
Bawel ah lo
Bima:
Iya iya free kayanya, emang kenapa?

Dara:
Ada yang mau gue omongin sama lo
Dara:
Masalah penting nih bim

Bima:
Ya tinggal ngomong aja di chat apa susahnya

Dara:
RESE!!

Bima:
Nama gue bima bukan rese

Dara:
Bim tolong banget ini mah ya, kita ketemuan aja di Mall xxxxx 10 menit lagi. Kan deket tuh
Dara:
Please🥺

Bima:
Mendadak banget
Bima:
Pala lo deket, iya deket dari rumah lo kalo dari rumah gue jauh.
Bima:
Nanti agak telat guenya gapapa ya ra
Read by Dara.

Kemudian sesampainya di Mall walau agak canggung tapi Dara mengajak Bima duduk di cafe sejenak untuk berbincang-bincang.

"Bim...." Panggil Dara dengan nada ragu ragu.

Bima yang merasa namanya di panggil menoleh ke arah Dara.

"Gue..... Temenin gue ya nanti ke W*atsons."

"Katanya ada yang mau lo omongin? Lo serius cuma ngomong minta gue temenin ke W*atsons doang? Apotek mah banyak Ra diluar sana."

Dara meneguk salivanya dengan wajah pucat, "G-gue belum dapet beberapa bulan ini Bim, gue takut."

"Haid maksud lo?" Dibalas anggukan oleh Dara.

"Kenapa pake panik segala? Bukannya normal buat remaja seumuran lo?" Bima melanjutkan perkataannya yang barusan ia potong.

Dara menggeleng, "Akhir akhir ini gue selalu teratur kok tanggalnya, terus kan kita juga abis..... Itu."

Bima tersedak, dan Dara memberikan tisu yang ia bawa di tasnya ke Bima.

"Nggak lah. Lo nya aja kali yang kebanyakan pikiran."

Brak!!

Dara menangis sesenggukan yang membuat semua sorot mata tertuju padanya, "LO KOK NGANGGEP SEPELE BANGET SIH BIM??"

"BAHKAN HABIS LO LAKUIN HAL ITU KE GUE LO MASIH BISA BISANYA HIDUP DENGAN TENANG? SEDANGKAN GUE SEDETIKPUN GA PERNAH GA TERFIKIR SAMA HAL YANG LO LAKUIN KE GUE!! OTAK LO DIPAKE YANG BENER DONG SESEKALI!" Dara berdiri diiringi teriakannya yang menggelegar, bahkan Bima yang biasanya mendengarkan teriakan Dara tak sampai sekaget ini dengan respon yang diberikan gadis tersebut.

"Ra. Tenang dulu, kita ini di tempat rame. Kalo lo mau marah di tempat lain aja, malu diliatin orang banyak." Bima mencoba memegang tangan Dara untuk menenangkannya namun ditepis oleh Dara.

"JADI SEKARANG LO MAU BILANG GUE MALU MALUIN??"

"Ga gitu maksud gue Ra. Balik aja yuk? Ini biar gue yang bayar, kita ke apotek lain aja jangan disini, gue juga masih banyak urusan abis ini." Dara hanya diam.

Sehabis banyak kekacauan yang Dara buat di Cafe tadi Bima menuruti permintaan Dara dengan membeli sebuah alat pengetes kehamilan di tempat yang Dara maksud tadi. Cuma bukannya membeli alat pengetes kehamilan Dara malah berbalik ke tempat keluar Mall untuk memesan ojek online.

"Ra mau lo apa sih sebenernya? Stress juga lama lama gue kalo kaya gini." Bima mengacak rambutnya frustasi.

"Gue mau lo nemenin gue buat nge tes alat ini. Terus terserah lo habis itu mau ngapain." Jawab Dara dengan tatapan kosong.

• •

"Gamau nyobanya di tempat lain aja?"

"Mama papa sama adek lo pergi ya?"

"Lo gapapa kan?"

"Lo masih marah sama gue?"

"Dar-

"Bacot." Sebuah kata kata singkat dari Dara yang mampu membuat Bima diam seribu bahasa dibuatnya.

Bermenit-menit setelahnya hening menyelimuti kamar Dara. Tak ada perubahan signifikan yang ada di kamar tersebut, hanya saja ditambah foto foto character anime dengan banyak macam jenis dan warna rambutnya, sepertinya seorang Andara Arinita menambah kegemaran baru lagi.

Cklak.

Dara memberikan hasil dari Testpack tersebut kepada Bima yang menunjukkan adanya hasil dua garis yang berwarna merah.

Bima yang terbiasa mengikuti olimpiade sains tingkat provinsi, kota, kabupaten maupun nasional mendadak menjadi Bima yang bego dan bodoh hanya karena dia telah menghamili seorang wanita yang merupakan temannya sedari kecil.

Ting!
Irina:
Bimaaaaaaaaaaaa, sampe mana? ayo katanya mau nonton film bareng🥺

Dara melihat sekilas notifikasi yang tertera jelas di ponsel Bima, tanpa ekspresi Dara membuang wajahnya dan menyuruh Bima agar segera pergi.

"Pergi sana. Lo masih ada urusan lain kan Bim?" Dara menutupi wajahnya dengan rambutnya yang berantakan, terlihat dengan jelas dia sedang menyeka air mata yang sudah ia paksa agar tak keluar saat itu di depan Bima.

Bima tak merespon dan langsung pergi.

Selepas dari perginya Bima, gadis bersurai coklat muda itupun menangis tak henti-hentinya, seolah tangisannya itu mengatakan 'apa yang harus kulakukan setelah ini?'.

Sambil menangis Dara mencoba re-search google tentang apakah aborsi di usia remaja berbahaya.

"Bodoh." Ia melempar handphonenya ke meja belajar, bukannya benar benar mendarat ke tempat yang seharusnya tapi ponsel milik Dara malah mendarat ke ujung meja belajar yang bisa dibilang cukup tajam. Saat ini Dara hanya terdiam dalam tangisnya, tenaganya tak cukup untuk marah marah karena harus ia simpan besok untuk belajar belajar dan belajar lagi.

Disaat teman temannya tertawa, bersenang-senang kesana kemari Dara harus belajar, tak ada waktu untuk bersantai. Kata papa setiap waktu yang berjalan takkan bisa diulang kembali, jadi harus dijalani dengan benar benar agar tidak meninggalkan ketercewaan di masa depan kelak, dan saat ini Dara sudah benar benar mengerti apa yang papa katakan kepadanya.

"Papa. Sekarang bukan hanya aku yang kecewa, pasti semua orang juga akan kecewa kan sama aku?"

To be continued.

Maaf ya ges episode kali ini sangatlah singkat muehehehehehe, lain kali deh aku panjangin!!

Oh iya terimakasih sudah baca FanFict dari aku ya! Terimakasih juga buat yang sudah ngevote dan comment! Have great day teman teman, sarangheo aishiteru i love youwww ( ◜‿◝ )♡

Dua garis biru - Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang