Minta Maaf.

21 0 0
                                    

"Bima, yang namanya pertengkaran dalam suatu hubungan itu wajar sekali. Siapapun yang memiliki hubungan pasti juga pernah bertengkar. Seperti hubungan pertemanan, hubungan antar suami dan istri, apalagi seperti kamu ini."

"Kamu ada masalah apa Bima? Lagi marahan dengan pacarmu ya?"

"Bukain pintunya dong. Masa' kamu tega papinya disuruh berdiri diluar terus." Papi memohon kepada Bima dengan suara sok diimut imutkan.

"Bima ga minta papi buat berdiri di situ, kalo papi mau pergi yaudah pergi aja. Urusin tuh si mami."

Papi tersenyum di balik pintu, "Yasudah nggak apa apa kalau belum mau membukakan pintu untuk papi. Tapi kalau kalian berdua ada masalah ya diselesaikan dengan kepala dingin, dibicarakan baik baik, kalau masih emosi ya jangan dibicarakan dulu nanti bukannya selesai masalahnya malah semakin runyam." Papi menasehati. Bima yang mulai terpanggil langsung membukakan pintu untuk papinya.

"Nah gitu dong, anak pinter."

"Tapi pi, disini Bima yang salah. Tadi juga nggak sengaja Bima marah ke mami dan bikin mami jadi sedih." Bima menundukkan kepalanya, tak terasa sesuatu keluar dari kedua matanya yaitu air mata.

"Nangis aja Bima, nggak apa apa."

"Kamu yang salah?" Papi memotong ucapannya, dan Bima mengangguk.

"Gampang itu mah, datang ke rumahnya. Bawakan sesuatu yang dia sukai, terus minta maaf dengan tulus. Kalau perlu tanya kesalahan kamu dimana, biar nanti seandainya terjadi masalah lagi kamu nggak akan mengulangi kesalahan tersebut untuk kedua kalinya. Cewek itu memang sulit untuk dipahami, tapi ada alasan dibalik itu semua. Seseorang nggak mungkin marah tanpa suatu alasan yang jelas, Bima." Papi duduk di samping Bima dan mengelus ubun-ubun putranya tersebut dengan lembut.

Suara papi yang begitu menenangkan membuat air mata Bima keluar dengan sendirinya, Bima merasa sudah gagal menjadi seorang lelaki. Ia sadar sekarang bahwa dirinya adalah pria yang sangat amat brengsek, pasti Dara tidak akan bisa memaafkannya begitu saja.

"Papi. Bima pergi dulu ya, mau membelikan sesuatu buat Dara. Sampaikan ke mami, Bima minta maaf untuk yang tadi." Papi tersenyum dan memberikan jempol untuk Bima.

"Jadi namanya Dara ya?" Papi menoel Bima.

"Temen doang kok pi." Jelasnya malu malu.

"Papi ikut mendoakan saja.."

Bima melihat papinya dengan wajah bertanya tanya, "Mendoakan buat apa?"

Papi lagi lagi tersenyum, "Agar kamu cepat jadian sama dia. Terus menikah, dan punya anak deh."

"Papi mikirnya kejauhan." Di dalam lubuk hati Bima, Bima merasa sudah membohongi semua orang termasuk dirinya sendiri. Menikah kemudian mempunyai anak? Bima meringis.

• •

Tengtong.

"Adek bukakan pintu mama lagi telefon ini!"

"Mama ih!! Kok aku terus sih suruh dong si mbak sekali sekali!"

"Nggak bisa. Mbak mu lagi sakit tuh perutnya, katanya sedang datang bulan!!"

Bima sekarang bisa mengerti mengapa Dara hobi berteriak-teriak, yang ternyata memang berasal dari gen keluarganya.

krieett..

"Nyari siapa?" Tanya Radit, sekarang wajahnya seperti berkata senggol bacok!

"Andaranya ada?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua garis biru - Choi BeomgyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang