Pernikahan

283 36 38
                                    

     Enam bulan kemudian di sebuah rumah berdiri tenda pernikahan mewah dan dihiasi indahnya bunga berwarna-warni.
Suara musik  terdengar sangat gemuruh diiringi  nyanyian sang biduan.

      Suasananya nampak sungguh meriah .
Tamu undangan berdatangan berpakaian mewah dan wajah mereka sangat berseri-seri.
Anak-anak berlarian ditengah keramaian pesta menambah meriah suasana .

     Para remaja putri berdandan rapi dengan memakai seragam kebaya warna pink mereka bercanda dengan riang gembira .
Mereka melayani tamu dengan senyum  ramah ada yang menyambut tamu dan ada yang menjaga konsumsi.

     Remaja putra  bertugas sebagai panitia pesta mondar-mandir melihat kalau ada tamu yang berdiri atau sekedar mengangkat piring yang kotor.

Dari ujung jalan berjejeran papan bunga bertuliskan...

          "Pernikahan Surya & Widia".

     Tepat di gerbang masuk terpampang foto Surya dan Widia dengan ukuran besar.
Pasangan itu sangat serasi bak pinang dibelah dua.
Dari jauh tampak mereka  sibuk menyalami tamu yang datang memberikan ucapan selamat dan tersenyum manis.

     Pak Taufik juga sibuk menyalami para tamu undangan demikian juga bisannya pak Pratama .
Dari wajah kedua lelaki itu terpancar  kebahagiaan karena perjodohan Surya dan Widia sudah sampai ke jenjang pernikahan. Semoga kekal sampai ke anak cucu.

                             ***
     Tak terasa sudah satu bulan Widia berstatus sebagai nyonya Surya Pratama .
Hal ini sangat berat sekali di dalam hati tapi sebagai seorang istri Widia tetap menjalankan kewajibannya sebagaimana layaknya.
Semoga ini jalan yang terbaik dan keputusan yang tepat yang diambilnya.

     Widia berharap semoga pernikahan ini dapat memberikan harapan dan impian  baru bagi kehidupannya di masa depan.
Widia menarik nafas  dan menghembuskan perlahan-lahan agar sesak dan pilu yang mengganjal di dada menguap bersama angin.

     Lagi pula tak ada lagi yang harus ditunggu dan diharapkannya.
Lagi-lagi Widia teringat dengan mas Irwan mantan kekasihnya itu .

      "Ya Allah, bantu lah hamba melupakan lelaki itu," bisik Widia didalam hati.

Tapi kenangannya bersama mas Irwan masih terbayang di pelupuk mata.

     "Seperti baru semalam kita berpisah,"

      "Mas Irwan," batin Widia.

Widia berusaha menyadarkan dirinya agar tidak larut dengan masa lalu.

     Hari ini sudah sampai waktunya Widia harus pindah ke rumah dinas mas Surya suaminya.
Sesuai dengan permintaan ayah ,  mereka baru boleh pindah rumah  setelah sebulan pernikahan.

     Walau terasa sangat berat di dalam hati untuk meninggalkan ayah dan ibu yang disayangi.

     Namun Widia  tak bisa menolak kehendak mas Surya  .
Karena sebaik-baiknya tempat seorang istri adalah bersama dan di samping suaminya.

     Pagi ini udara terasa dingin sekali di tambah dengan rintik hujan tak henti-hentinya.
Hari masih gelap gulita di jalan masih tampak lengang dan sunyi. Sekali-sekali terdengar deru kendaraan yang melintas di depan rumah.

     Seperti biasa  ibu dan  Widia sibuk menyiapkan sarapan pagi di dapur.
Tak jauh dari mereka tampak ayah sedang berbincang-bincang dengan Surya menantunya.

      " Jadi hari ini, kalian pindah," tanya ayah serius.

      "Iya, Ayah," sahut mas Surya singkat.

Jodoh Setengah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang