5 - Rumah

110 22 31
                                    

Happy Reading

Aileen saat ini tengah berjalan memasuki rumahnya, sepi itulah kata pertama saat Ay memasuki kediamannya.

Rumah ini selalu sepi setiap harinya karena ibu Ay sudah meninggal sekitar 4 tahun yang lalu, kejadian itu sangat membekas bagi Ay. Karena setelah ibunya meninggal ayah Ay meninggalkan ia seorang diri.

Ayah Ay tidak pernah pulang ke rumah ini karena menurut ayah Ay, kematian sang istri karena salah Aileen.

Setelah pergi meninggalkan kediaman nya, setahun kemudian ayah Ay menikah lagi dengan perempuan beranak satu. Anaknya pun seusia dengan Ay, yang paling menyakitkan bagi Ay adalah kenyataan bahwa ayahnya sekarang lebih memilih dengan keluarga barunya di banding dengan Aileen anak kandungnya sendiri.

Setelah Ay memasuki rumahnya maka ia segera bersiap untuk pergi bekerja, ya Ay saat ini bekerja mengelola cafe miliknya sendiri yang baru ia buka 3 bulan yang lalu bersama sahabatnya Shakila.

Cafe ini hasil kerja keras Ay sendiri dengan mengumpulkan uang dari hasil ia bekerja keras selama beberapa tahun kebelakang serta uang tabungan yang ia kumpulkan semasa kecil.

Saat ayahnya Ay pergi, ia tidak memberikan uang sepersen pun untuk Ay. Untungnya saat itu ibu Ay pernah memberi tahukan padanya kalo sang ibu mempunyai sebuah tabungan, Ay saat mendengar ucapan sang ibu dulu merasa bingung. Mengapa ia harus memberi tahukan persoalan tabungan ini padanya.

Mungkin sang ibu sudah mempunyai firasat atau memang hanya kebetulan saja, walau Ay mempunyai uang tabungan tersebut beserta tabungannya namun Ay sadar ini hanya dapat di pakai untuk beberapa bulan ke depan.

Ay pun mulai mencari pekerjaan saat itu, lalu mengumpulkan uang mencoba membuat suatu bisnis sendiri yaitu dengan mendirikan sebuah cafe, Shakila sebagai sahabat Ay dengan senang hati ingin ikut serta, yang awalnya ditolak oleh Ay karena ia sadar terlalu merepotkan bagi Shakila.

Setelah banyak perdebatan hingga pada akhirnya Ay setuju karena Shakila terus memaksa dan kata Aileen nanti hasilnya dapat di bagi dua.

Setelah Ay bersiap ia pun segera pergi menuju cafenya menggunakan mobilnya, ah soal mobil ini kebetulan sang ayah tidak membawa mobil ini bersamanya maka Ay pakai saja.

Sebelum melangkah masuk kedalam mobilnya, tiba tiba muncul sebuah mobil lainnya lalu berhenti tepat di depannya.

Ay yang melihat mobil tersebut dengan perlahan mengembangkan senyumnya. "Ayah."

Seorang pria dengan usia sekitar 49 tahun turun dari mobil berwarna hitamnya dengan tatapan yang tegas, walau usianya sudah berkepala 4 namun pria ini seperti seseorang yang masih berkepala 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seorang pria dengan usia sekitar 49 tahun turun dari mobil berwarna hitamnya dengan tatapan yang tegas, walau usianya sudah berkepala 4 namun pria ini seperti seseorang yang masih berkepala 2.

"Ayah," sapa Ay dengan mendekat ke arah sang ayah. Tuan Devano pemilik perusahaan Devan's Grup, perusahaan terbesar ke tiga se Asia.

Tuan Devano tidak menjawab sapaan tersebut ia terus berjalan memasuki kediamannya yang lama, sudah sekitar 4 tahun ia tidak tinggal disini karena Tuan Devano mendirikan rumah baru bersama keluarga barunya.

Ay hanya dapat tersenyum masam, ah ya Tuan Devano memang terkadang sering mengunjungi rumah ini, jika ia merasa rindu pada mendiang istrinya. Tuan Devano akan berdiam diri di kamar nya yang dulu ditempati bersama sang istri lalu jika telah malam ia akan pergi dari rumah ini.

"Ayah ingin minum apa? Biar Ay buatkan minuman untuk ayah yah."

Hening

"Ah apa ayah lapar? Ada bahan makanan kok disini, biar aku masakan sesuatu untuk ayah."

Hening

"Ayah ap..."

"Tolong diam, saya kesini hanya ingin berdiam diri di kamar saya dan istri saya. Pergilah," ucap Tuan Devano dengan melangkah pergi memasuki kamar utama rumah ini.

Sekali lagi Ay hanya dapat tersenyum dengan menahan perih di dadanya, ayahnya masih tidak ingin menganggap Ay ada.

"Baiklah ayah, jika membutuhkan sesuatu panggil aku saja yah."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Aileen segera mengirim pesan pada Shakila bahwa ia tidak bisa pergi ke cafe hari ini, karena ayahnya datang ke rumah.

Shakila sempat menanyakan kabarnya apa dia baik baik saja, lalu di balas ia baik, Shakila tidak perlu mencemaskan dirinya.

Shakila mengetahui seluruh masalah Ay, ia juga mengetahui rasa sakitnya yang sedang Ay tanggung. Shakila ingin membantu nya namun terus di tolak oleh Ay.

Padahal Shakila ingin membantu dengan tulus tanpa mendapatkan imbalan serta balasan dari Ay, namun Ay tetap keras kepala ia tidak ingin merepotkan Shakila lagi.

Hingga pada akhirnya Shakila berjanji sebisa mungkin untuk menjaga sahabatnya ini, ia ingin melihat Aileen dapat bahagia.

Aileen saat ini tengah menyiapkan cemilan serta minuman untuk ayahnya, walau tadi ayahnya menolak apapun pemberian dari Ay.

Tapi tetap Ay akan membuatkan sesuatu untuk ayahnya, karena Ay yakin ayahnya merasa lapar, karena sehabis pulang dari kantor Ay yakin bahwa sang ayah langsung melesat menuju rumahnya tanpa istirahat atau makan terlebih dahulu. 

.
.
.








Terimakasih yang udah baca cerita ini 😊 jangan lupa vote dan kasih komen yah, jika ingin memberi saran pun di persilahkan 🥰

Life Goes On Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang