Happy Reading
Ay saat ini tengah melangkah menuju kamar utama dengan membawakan, beberapa cemilan serta minuman untuk sang ayah. Di saat ia hendak membuka knop pintu pada kamar tersebut Ay mendengar suara sang ayah.
"Na kenapa kamu pergi meninggalkan ku. Maaf kan aku Na."
"Kenapa kamu tidak mengajak ku pergi bersama mu Na, mengapa aku harus disini dengan seseorang yang telah membunuh mu Na. Kenapa kau terus menyuruhku untuk menjaganya padahal ia yang menyebabkan kamu pergi," ucap Devano dengan memandangi sebuah bingkai sang istri tercinta, Kanaya.
Ay yang mendengar semua ucapan Devano merasa sakit pada hatinya, ayahnya masih menganggap bahwa ia yang telah membunuh ibunya.
Ay yang awalnya akan masuk untuk memberikan cemilan mengurungkan niatnya, cemilan beserta minuman tersebut ia simpan di meja depan kamarnya. Lalu Ay segera pergi meninggalkan rumahnya berlari ke taman kompleknya.
Rasanya sakit sekali ketika di tuduh sebagai pembunuh oleh sang ayah yang selalu ia sayangi, pahlawan bagi dirinya, penjaga juga bagi dirinya. Ia menangis dalam keheningan sembari memukul dadanya mencoba meredakan rasa sakitnya.
***
Saat ini Ay tengah berdiri di depan balkon rumahnya dengan mendengarkan lagu kesukaannya, Still with you-Jungkook BTS lagu itu terus mengalun dengan indah di tengah suasana malam yang sepi bahkan menurutnya arti dari lagu tersebut sangat begitu sama dengan keadaan nya saat ini.
Tanpa disadari air mata terus turun mengenai kedua pipi nya.
"Bunda Ay kangen bunda, Ay kesepian. Ay ga suka sepi bunda."
Ay terus berucap lirih sembari memandang langit malam yang di taburi bintang malam, begitu indah terang benderang di tengah gelap nya yang sepi.
Ia menghapus air matanya, lalu mencoba tersenyum dengan begitu manis. "Ayo Ay lo kan kuat."
Pagi pun tiba, Ay saat ini tengah bersiap untuk melakukan aktivitas rutinnya yaitu berangkat sekolah. Ia tengah mengaca pada sebuah cermin. "Gila Ay lo cantik banget," ucapnya dengan sangat percaya diri.
Setelah semuanya siap, ia pun meninggalkan rumahnya dengan menggunakan mobil. Ah untungnya kemarin ayah Ay tidak mengambil mobil ini, pikirnya.
Setelah memarkirkan mobilnya ia segera turun, lalu tak lama sahabatnya pun sudah terlihat tengah berjalan mendekatinya. Shakila saat ini diantar ayahnya pergi ke sekolah jadi ia tidak meminta jemput pada Ay.
"Pagiii Ay."
"Pagi kembali Khila, yuk ke kelas."
Disaat mereka akan pergi ke kelas, keduanya melihat pandangan sebuah mobil memasuki pekarangan sekolahnya tepat beberapa meter dari Aileen dan Shakila.
Turun lah seorang gadis cantik lalu di ikuti seorang pria paruh baya, yang sangat Ay kenal serta Ay sayangi. Ayah Aileen sedang mengantar anak tirinya ke sekolah.
Devano mengacak surai anak tirinya tersebut dengan senyuman hangat, membuat seorang gadis yang sejak tadi memperhatikan merasa ngilu di hatinya.
"Belajar yang giat ya nak."
"Siap kapten."
Setelah saling berpamitan, kedua orang tersebut mulai meninggalkan tempat tersebut. Aileen mengenal gadis yang telah di antar oleh ayahnya ia hanya dapat tersenyum menahan perih.
"Ay u okey?"
Aileen yang mendengar pertanyaan dari sahabatnya segera menganggukkan kepalnya. "Tenang aja Khil, gue oke kok. Yuk kelas."
Seperti itulah Aileen, ia akan so kuat di depan banyak orang. Ia tidak mau terlihat menyedihkan atau lemah, karena menurutnya, terkadang orang lain melihat kita sedang berada di titik terendah itu sebagai hiburan semata.
Di saat kedua gadis tersebut tengah melangkah kan kakinya untuk memasuki kelas, di koridor sekolah Ay melihat Arvin yang sedang merasakan risih sangat terlihat dari mukanya.
Aileen dengan ide cemerlang nya mendekati kedua manusia tersebut. "Arvin kok kamu ninggalin aku sih," dengan tangan Aileen yang langsung merangkul lengan Arvin.
Arvin awalnya terkejut apa apaan ini, tiba tiba sebuah tangan mungil berada di lengannya yang kokoh ini. Sebelum Arvin mencerna semuanya seseorang telah menarik Arvin pergi.
"Lo ngapain sih orang aneh, main narik tangan orang sembarangan aja," dengan melepaskan tangannya.
"Ck. Harusnya lo tuh berterimakasih sama gue, karena gue udah nyelametin elo dari nenek sihir."
"Ya emang sih gue keluar dari kurungan nenek lampir, tapi sekarang gue masuk kurungan nenek gayung."
Aileen yang mendengar perkataan Arvin segera mendengus sebal, orang ini benar benar menyebalkan. Pikirnya.
"Nyebelin banget lo, nyebut gue nenek gayung."
"Itu kenyataan."
"Okey kalo gue nenek gayung, berarti lo kakek gayungnya kan gue harus berdampingan sama lo." Aileen mengucapkan kalimat tersebut dengan menaik turunkan alisnya, membuat Arvin berdecak sebal lalu berkata. "Sinting."
"Lo ya dari tadi ngejek gue terus, tau ga sih lo menyebalkan sangat menyeb..." Ucapan Aileen terpotong karena melihat Arvin yang sekarang sudah berjalan jauh.
"ARVIN!!!."
Tanpa mereka sadari seseorang tengah mengamati kejadian tersebut sejak tadi. "Kurang ajar orang itu nyebut gue nenek lampir."
Ya orang yang sedang mengamati sejak tadi, ah ralat mungkin sejak kejadian dimana kepala Aileen yang terbentur bola basket adalah orang yang sama.
Gadis tadi yang menghadang jalan Arvin saat akan pergi ke kelasnya, gadis tersebut mengikuti Arvin dan Aileen. Karena ia curiga sejak kapan, Aileen dan Arvin menjadi dekat.
.
.
.Terimakasih untuk semuanya😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Life Goes On
Teen Fiction"gue didepan banyak orang bisa kok terlihat baik baik aja, bahkan gue tersenyum lebar tanpa beban dan gue yakin gue bahagia, buktinya gue sekarang di depan lo, sedang menampilkan wajah cantik gue dengan senyuman yang begitu manis betulkan? lo tenang...