‗ ❍ [page 013] ¡! ❞

1.8K 337 116
                                    

ding dong

chan bergegas membuka pintu menyadari itu adiknya yang baru saja pulang.

"adek?! nggak papa kan?" seru chan melihat adiknya yang sedikit basah namun ia menghela napas begitu menyadari felix terlihat baik baik saja.

"maaf ngerepotin—lah hyunjin?!" seru chan kaget melihat siapa yang mengantar adiknya pulang.

"ohh bang chris? lu kakaknya felix?" hyunjin juga sama terkejutnya. felix hanya mengangkat bahu, ia juga tidak tahu bagaimana crushnya dan kakanya mengenal satu sama lain.

"neduh dulu jin? hujannya masi deres tuh" kata chan bergeser memersilakan hyunjin masuk.

"kalau boleh..." hyunjin menatap felix. seolah persetujuannya lebih penting daripada chan.

felix mengangguk sekilas kemudian barulah hyunjin masuk melepaskan sepatunya dan memasuki rumah felix.






"jadi gimana ceritanya kalian bisa ketemu? kakak juga kenapa ngga pernah cerita?" ujar felix yang baru turun dari lantai dua.

ia sudah berganti baju piyama. dengan bandana putih berbentuk pita melingkar manis di rambut pirangnya. felix menggendong si kucing bulu putih, mochi untuk menghangatkan kedua tangan.

hyunjin tak bosan memerhatikan felix yang terlihat soft and fluffy. kalau dengan memerhatikan felix ia bisa mendapatkan uang, hyunjin bisa jadi orang paling kaya sedunia.

"mana kakak tahu hyunjin temen sekelas kamu. waktu kakak tanya soal kamu ke hyunjin karena nama sekolah kalian sama, hyunjin malah bilang dia nggak tahu di sekolah ada anak yang namanya felix"

chan kembali dari dapur membawakan tiga cangkir teh hangat bukan merk ulat bulu. felix menatap tajam ke arah hyunjin dan lelaki itu hanya menelan ludah dengan canggung.

"dulu abang lu tanya pas PLS sih.. ya kali gue langsung kenal anak anak sekolah." jawab hyunjin.

"then? gimana kalian bisa kenal?" tanya felix menyeruput teh nya. hyunjin terus terusan memandang bibir felix yang meniup tehnya yang masih panas.

"heh matanya" chan menampar pipi hyunjin main main.

"eh.. maaf bang" katanya nyengir memalingkan muka dengan canggung.

"adek gue lucu kan?" bisik chan mendekatkan diri ke arah hyunjin.

"i-iya..."

"udah lu pacarin belom?"

"hah?! belom bang..."

"yahh gak asik lo, jin."

"kan gue bilangnya belom bukan enggak bang"

"ck jangan lama lama ntar gue jodohin sama orang lain loh"

"waduh jangan dulu lahh"

"hai hai felix disiniii! ngapain bisik bisik gitu hah?! felix tanya malah gak dijawab masih mending mochi, aku panggil pasti meong. ya kan mochi?" seru felix melambai lambaikan sweater pawsnya.

"miaw!" felix memeluk kucing putihnya itu dengan gemas.

"maaf dek. kamu tadi tanya tentang kakak sama hyunjin ya? hmmm kayanya dulu kita ketemu di studio Passion?"

"iya. nemenin bang changbin sama jisung belajar rap. dulu gue impress banget sama bang chris yang udah punya studio musik sendiri"

"haha it's not that much.. tapi hyunjin orangnya keren kalo lagi nge band, ya 'kan felix?" tanya chan ke adiknya.

wajah felix memerah dan ia langsung menyembunyikan diri dibalik tubuh berbulu kucingnya, "se-sedikit..."

chan dan hyunjin tertawa melihat reaksi felix. ketiganya menghabiskan sore dengan teh hangat dan suara gerimis yang terdengar damai di luar sana.

hari sudah malam ketika hujan sudah berakhir dan menyisakan bau tanah yang teduh. chan mengantar pemuda itu ke depan pintu, "makasih ya udah anterin adek gue pulang"

"nggak papa. adek abang ringan gemes dan lucu"

"wow. lu bener bener bucin ya?"

"who doesn't" hyunjin menyeringai dan itu benar benar membuat chan tertawa karena ia sepenuhnya benar.






"hyunjin udah pulang, kak?" tanya felix tiduran di sofa.

"sudah.. hyunjin gimana dek kalo di sekolah?" tanya chan duduk di sofa membuat felix refleks menidurkan diri di pahanya. chan lantas mengusak rambut pirang adiknya yang tidur disana.

"pinter kak. tapi sering bolos..." jawab felix. ia tak mau bilang kalau dia pernah menjadi musuh besar dengan hyunjin. bisa bisa bertanya segala macam si kakak dan akan berakhir dengan sikap overprotektifnya lagi.

"hmmmmm kamu suka hyunjin ya?" tanya chan menggoda. ia jelas tahu pipi adiknya terus terusan memerah sepanjang sore tadi dan tak bisa melepas matanya dari hyunjin.

"i-iya kak... apa boleh?" cicit felix mendangak menatap kakaknya.

"hyunjin is a nice guy. kakak memang jarang ketemu tapi kakak tahu dari cara dia fokus dengan hobi musiknya dia orang yang tulus dan jujur. sepertinya sedikit barbar tapi mungkin itu hanya karena fase remaja."

"kalau misalnya ((tapi amin)) aku pacaran sama hyunjin apa kakak bakal marah sama perbuatan dia?" kata felix sedikit murung meng "quote" apa yang dulu hyunjin pernah lakukan dengan bibirnya.

jika chan tahu, apa mungkin ia tidak akan diperbolehkan untuk bersama dengan hyunjin?

"itu pilihan kamu felix. kakak nggak bisa ngelarang dan kakak cuman bisa berharap yang terbaik buat kamu" chan tersenyum lembut menatap adik semata wayangnya itu.

"really?" sahut felix dengan wajah berbinar.

"yes. can we sleep? chrissy need lixie's hug right now~" chan menggendong adiknya dengan mudah sesekali mengusakkan diri di leher yang lebih muda kemudan dibawa ke kamar di lantai dua.

"akk kakak!! turunin!! felix bisa jalan sendiri!" chan hanya terkekeh melihat adiknya yang memberontak sambil tertawa riang.

mungkin kamu akan bertemu dengan orang yang kamu cintai.

tapi aku tetap ingin menjadi sumber kebahagiaanmu, felix.

© PARFAIT, 230621

seungjeonglix karam but how about chanlix :>

❪ 恋 ❫ PARFAIT • hyunlix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang