Dania Violetta

16 3 0
                                    

"Aisss, kenapa harus telat sihh" Dania berlari menuruni tangga. Ia sudah sangat telat berangkat sekolah dihari pertama nya ini. Jam menunjukkan pukul 07.10 yang artinya gerbang sekolahnya akan ditutup. Dan Dania baru saja akan berangkat.

"Mah, Dania berangkat dulu ya!" Dania buru-buru menyalami mamahnya. Ia akan berangkat sendiri hari ini karena Papah dan Dilan sudah berangkat duluan.

"Ini gak mau sarapan dulu?" teriak Rani karena Dania sudah diambang pintu. "Nggak mah" Dania balik berteriak. Bagaimana ia mau sarapan, sedangkan sekarang saja ia sudah sangat sangat telat.

Dania berlari menuju halte bus didekat rumahnya. Sudah 10 menit ia menunggu, tapi tidak ada satu pun bus yang datang. Kalau begini mending ia lari saja dari pada memakan waktu. Kemudian, Dania kembali berlari menuju sekolah nya yang cukup jauh. 'Ampun dah gw kalo kayak gini' batin Dania sambil menepuk jidatnya. Kenapa ia bisa telat begini, padahal tadi malam ia tidur awal.

30 menit setelah ia berlari, akhirnya sampai juga. Lihat saja, habis ini perut dan pahanya akan semakin kecil gara-gara lari tadi. Dania sudah berada didepan gerbang sekolah nya yang bertuliskan SMA BINA NEGERI. Yap, itu adalah sekolah Dania. Dania berjalan menuju pos satpam dari balik pagar sekolah nya yang sudah tertutup rapat. "Pak, bukain dongg" Dania mencoba membujuk Pak Supri, satpam sekolah nya. "Dania Dania, ini udah jam delapan neng, mana bisa dibuka lagi" ucap Pak Supri sembari meminum kopi yang sudah ia buat. "Tapi pak, plissss tolongin saya! ini hari pertama loh pak, masa gak dibukain" Dania terus memohon ke Pak Supri. Bisa berabe kalau ia absen dihari pertama nya sekolah. "Nggak bisa nengg" Setelah itu, Pak Supri masuk kedalam posnya. ia sudah malas meladeni Dania si tukang telat itu. Bukannya jahat atau gimana, tapi nanti kalau ia buka pasti ia yang dimarah. Sekolah ini memiliki peraturan khusus yang dimana jika sudah lewat batas masuk kelas maka gerbang sudah harus ditutup. Bahkan anak yang telat pun dilarang masuk.

"Gimana sih, PAK SUPRI BUKAIN DONGGG!" Dania teriak - teriak didepan pagar sekolah nya. Ia terus menggoyang goyangkan pagar tersebut. Tidak peduli kalau nanti pagarnya akan roboh, toh sekolahnya juga kaya kan. Gak mungkin kalau tidak bisa ganti pagar yang harganya tidak seberapa. Tak lama, Pak Supri pun keluar dari dalam posnya. Kalau begini yang ada tambah dimarah dia kalau sampai pagar itu roboh.

"Ya udah saya buka, tapi awas ya besok telat lagi" Pak Supri membukakan pagar itu pasrah. Semoga saja Kepala Sekolah tidak mengetahui kalau ia membuka kan pagar kepada siswa yang telat. Huh, bismillah saja lah.

Setelah dibuka kan pagar, Dania langsung masuk kedalam. Ia menatap sebentar satpam nya yang tengah menggembok kembali pagar tersebut. "Gak janji ya pak" Ucap Dania dan ia langsung berlari menuju gedung kelasnya. 'Kelas gw dimana ya' batinnya sambil terus mencari kelas yang terdapat namanya didaftar siswa yang telah ditempel didepan masing-masing kelas. Saat ia berjalan melewati tangga penghubung antara kelas 10 dan 11, tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing baginya.

"HEH, SIAPA TUH YANG TELAT!" teriakkan itu membuat Dania merinding. Bulu kuduk nya berdiri semua. Padahal tidak ada yang horor, tapi kenapa ia bisa merinding begini. Oh ia tau penyebabnya, pasti karna suara tadi.

Dania diam, ia menatap kebelakang yang ternyata sudah ada sosok laki-laki tua memakai seragam guru. Itu adalah Pak Diswan, guru BK disekolah nya. 'Kenapa nih guru harus muncul sih' batin Dania sambil menggigit bibir bawahnya.

"Eh bapak, apa kabar pak? Kenapa bapak bawa rotan? mau mukul maling ya, tapi saya bukan maling loh pak." Bodoh. Dania bodoh, kenapa ia harus bercanda diwaktu yang tidak tepat. "Kamu ini ya! kenapa telat lagi HAHHH!?!?" Pak Diswan berteriak diakhir ucapan nya. Ia sudah sangat pusing menuliskan nama anak muridnya yang satu ini. Hampir setiap hari, isi buku catatan nya hanyalah nama DANIA VIOLETTA dengan berbagai kasus yang ia buat. Apakah Dania tidak bosan, oh tentu tidak! " Hehe, bapak emangnya gak bosan nulis nama saya dibuku bapak?" Dania menunjuk buku yang ada ditangan Pak Diswan. Ia sudah pastikan bahwa buku itu isinya rata-rata namanya semua. "Sini kamu!" Geram-geram, Pak Diswan menjewer telinga Dania. Beliau membawa Dania menuju lapangan untuk dihukum.

DANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang