Di sebuah ruangan berbentuk persegi dengan dinding warna-warni itu terlihat seorang wanita muda yang sudah menginjak usia dewasa beberapa bulan yang lalu. Dia adalah Ameira Salsabilla, seorang Mahasiswi di satu-satunya universitas negeri yang ada di daerah tempat tinggalnya. Namun meskipun begitu tetap saja Ia harus kos karena rumahnya tetap masih jauh dari kampus, walaupun masih satu daerah.
Saat itu terlihat waktu menunjukkan pukul 22.06 WIB, sudah mulai larut malam tapi entah mengapa Mey terlihat masih sibuk bergelut dengan buku-buku dan kertas corat-coret yang penuh dengan rumus matematika, ya dia adalah mahasiswi jurusan Matematika Murni yang lulus dari jalur nilai rapot dan mendapatkan beasiswa. Mey adalah sapaan akrabnya yang diambil dari namanya sendiri Ameira, Mei yang menjadi Mey. Mungkin kalian akan mengira Mey lahir di bulan Mei, namun ternyata bukan dan siapa sangka Ia justru lahir di bulan Januari, tepatnya pada tanggal 31 Januari 2000.
Di saat kesibukkannya yang masih terus mengerjakan tugas hingga larut malam, Ia terlihat diam sejenak menatap kosong ke arah jendela yang ada di depannya seakan mengingat sesuatu yang melambungkan jauh pikirannya ke masa-masa dulu saat Ia masih kecil.
"Dulu gue pernah merasa seakan dituntut untuk selalu menjadi juara pertama, selalu mendapat nilai tinggi dengan tanpa mereka tahu gimana usaha gue mereka cuma mikirin hasil, kalo hasilnya gk sesuai harapan mereka seakan gue paling bersalah sampe stres banget". Katanya sambil tersenyum dengan tatapan kosong ke depan sampai tidak terasa ingatannya pun menerawang masa-masa itu lagi.
Pagi itu terlihat cerah, matahari bersinar sangat ceria menyapa anak-anak hingga orang dewasa yang akan memulai rutinitasnya di hari senin. Hal itu juga berlaku di sebuah rumah sederhana sepasang suami istri bersama satu orang anak perempuannya yang masih berusia lima tahun.
Keluarga kecil itu terlihat sedang sibuk mengurus persiapannya masing-masing dengan si suami yang sibuk mencari kaos kaki lain karena yang kemarin basah akibat kehujanan saat pulang kerja, lalu si istri yang sibuk menyiapkan buku dan bekal makanan bagi si anak yang sudah mulai sekolah di Taman Kanak-kanak dan selanjutnya si anak yang terlihat sedang sibuk mengunyah sarapannya yaitu sepotong roti tawar yang di lumuri susu kental manis coklat beserta segelas susu coklat hangat yang merupakan sarapan kesukaannya yang selalu disediakan sang mama.
"Dek ayo cepet sarapannya ini udah mau jam 8, kamu kan mau sekolah" terdengar suara mama yang memanggil sedikit keras karena dari dapur.
Lalu seorang anak berumur lima tahun itu hanya mengangguk dan meminum susunya hingga tandas. Lalu sang Papa yang baru datang dari arah kamar dan bersiap untuk berangkat kerja pun seakan tersenyum bangga melihat anaknya yang meminum habis susunya.
"Ma, Papa mau berangkat kerja sekarang" panggil sang papa kepada mama yang masih sibuk di dapur.
Lalu sang mama yang dipanggil pun datang dengan sekotak bekal dan sebotol minum yang sudah siap untuk dibawa sekolah sang anak dan tak lupa juga untuk menyalami papa yang akan berangkat kerja. Setelah papa berangkat kerja, kini giliran sang anak yang akan berangkat sekolah bersama mamanya dengan berjalan kaki karena jarak dari rumah menuju sekolah cukup dekat. Saat sudah sampai terlihat sudah ramai juga anak – anak lain yang sudah lebih dulu sampai.
"Mey" salah satu anak disitu memanggil seseorang yang yang baru tiba bersama mamanya. Ya anak kecil berusia lima tahun yang sedari tadi kita bicarakan adalah Mey, Ameira Salsabilla.
Lalu Mey pun yang dipanggil namanya tadi tersenyum tipis sambil melambaikan tangannya.
"Dek, kamu mau main dulu sama temen kamu?" tanya mama dan Mey hanya tersenyum dan mengangguk lalu berjalan sendiri menghampiri teman sekolah sekaligus tetangganya itu yang memanggil.
Setelah cukup lama bermain akhirnya kelas pun akan dimulai, banyak anak-anak yang malah berlari-larian bahkan menangis tidak mau masuk kelas namun beda halnya dengan Mey, Ia terus tersenyum sedari awal ke sekolah, Ia menghampiri sang mama untuk ditemani masuk kelas dan dicarikan tempat duduk karena ini adalah hari pertama masuk TK.
Di hari pertama sekolah, kelas terlihat sangat ramai karena banyak anak yang aktif, ingin mencoba ini dan itu yang ada disana tapi berbeda dengan Mey, Ia hanya diam sendirian dikursinya mengamati sekitar sampai tiba-tiba ibu Dian salah satu dari dua guru yang mengajar di kelas itu menghampirinya.
"Halo, nama kamu siapa?" Mey pun sedikit kaget namun akhirnya menoleh sambil tersenyum ke arah seseorang yang menyapanya tadi.
"Mey" katanya dengan senyum yang sedari tadi tidak pudar.
"Wah, cantik sekali Mey" puji Bu Dian yang hanya dibalas anggukkan.
"Kenapa mey gk ikut bermain sama teman- teman yang lain?" Mey pun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa menjawab apapun.
Yang mendapat jawaban seperti itu pun akhirnya hanya tersenyum, mungkin anak itu masih belum terbiasa dengan lingkungan baru saja pikirnya. Lalu setelah itu, Bu Dian pun berlalu dan meminta anak-anak lebih tenang agar kelas bisa dimulai dengan perkenalan terlebih dulu. Anak-anak pun diam dan menyimak ibu guru yang sedang menjelaskan kalau mereka akan dipanggil secara acak untuk perkenalan di depan kelas yang nantinya akan diberi hadiah, sontak anak-anak pun senang dan bersorak bahagia karena akan diberi hadiah.
Kegiatan perkenalan itu berlangsung ceria dan menyenangkan, anak-anak dengan percaya diri maju setelah dipanggil oleh bu guru untuk memperkenalkan dirinya. Hingga sampailah kita pada dua siswa terakhir yang akan memperkenalkan dirinya yaitu Cika dan Mey. Setelah mereka masing-masing sudah melakukan perkenalan, mereka pun diberi hadiah yang sama, Cika mendapatkan pensil berwarna merah dengan motif polkadot dan penghapus berbentuk strawberry diatasnya sedangkan Mey mendapat pensil berwarna hitam putih seperti zebra dengan penghapus yang memang berbentuk zebra di atasnya. Mey terlihat sangat bahagia seakan memang itu yang sudah Ia incar dari tadi.
Melihat itu, entah kenapa Cika seperti tidak suka dan merebut pensil Mey tiba-tiba hingga membuat Mey kaget dan mencoba merebutnya kembali dan berhasil namun Cika malah menangis dan ibu guru pun sedikit panik dan mencoba untuk memisahkan mereka. Raut wajah Mey terlihat kesal membuat senyumnya yang sedari awal tidak pernah pudar pun luntur seketika dia merusak pensilnya tadi sampai penghapus zebra diatasnya patah lalu ia banting membuat Cika menangis semakin keras. Namun, tidak lama dari itu mama Mey pun datang dengan paniknya dan langsung menghampiri sang anak yang sedang di tenangkan oleh bu guru, lalu segera setelah kejadian itu juga kelas berakhir dan semua anak-anak dipulangkan kecuali Mey, Cika dan orang tua mereka yang masih sedang berbicara dengan bu guru terkait masalah yang baru saja terjadi.
Saat ini Mey terlihat marah dan kesal namun tidak menangis sama sekali, Ia hanya duduk diam dengan pandangan menunduk ke bawah menunggu mamanya selesai berbicara dengan ibu guru. Tidak lama kemudian mamanya datang dan menghapirinya, terlihat Mey langsung mengangkat kepalanya dan tersenyum manis ke arah sang mama yang juga dibalas dengan senyuman.
"Ayo pulang dek" ajak mama sambil mengulurkan tangannya kepada Mey untuk mengandengnya.
Saat setelah kejadian itu Mey semakin menjadi penyendiri di sekolah, Ia seakan dijauhi teman-temannya karena mereka takut barangnya akan dirusak juga namun Mey tidak menangis Ia hanya tersenyum manis seolah itu bukanlah masalah bagi seorang anak kecil berusia lima tahun. Hari-harinya di TK itu berhasil dilalui selama satu tahun dengan senyuman manis yang seakan tidak akan pernah pudar. Di TK itu juga Ia mulai mendapat beberapa penghargaan, seperti juara kelas dan lomba-lomba lain yang sifatnya akademis menjadikannya seakan akan diasingkan seperti itu pun tidak mempengaruhinya sama sekali. Mama dan Papanya sangat bangga melihat putri satu-satunya itu, tapi mereka tidak tahu mungkin sebenarnya ada banyak luka yang disembunyikan putri kecilnya itu.
Seakan tidak terasa waktu bergulir begitu cepat, saat ini menunjukkan pukul 02.13 WIB dini hari. Ia masih terombang-ambing menerawang masa lalu, seakan tidak sengaja diputar kembali pada memori ingatannya. Hingga sampai pada akhirnya, Ia disadarkan oleh suara gerimis yang turun diluar jendela kamar itu. Ameira Salsabilla, Ia akhirnya tersadar dari lamunannya dengan mata yang tidak terasa mulai berair namun segera Ia hapus dan bergegas untuk menyelesaikan tugas dan berlalu tidur karena esok harinya akan ada kelas pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kotak Emosi
Fiksi Remaja[PROLOG] Perjalanan dalam menata kehidupan terkadang membuat banyak orang terlalu berambisi, entah mencari apa lagi seakan tidak pernah merasa cukup. Berlomba-lomba bekerja paling keras mencari pencapaian, sampai tidak memikirkan perasaan. Ini tenta...