3

1K 176 23
                                    

Belakangan ini Jeno selalu memperhatikan adik kembarnya itu. Dan ia baru sadar akan hal baru, jam tidur Eric ada dua, yaitu sore dan malam.

Jeno akan berpura-pura tidur ketika waktu sudah larut agar ia bisa memantau Eric. Adik kembarnya selalu tidur larut malam, karena tadinya ia tidur sore sekitar jam 4 yang membuatnya tidak mengantuk pada malam hari.

Terdengar tidak mencurigakan. Namun yang dimaksud Jeno bukan hanya jam tidurnya saja, tetapi sifat Eric yang berubah setiap ia bangun dari tidur sore.

Sebenarnya tidak banyak berubah, hanya saja sifat Eric menjadi sangat dingin dan irit bicara. Cowok itu akan terus sibuk dengan buku di meja belajar, bahkan di hari libur saja ia pasti akan membaca buku di malam hari. Entah untuk apa dan buku apa yang ia baca.

Waktu jam sekolah telah usai sejak 2 jam yang lalu. Kini si kembar tengah bermain lego di kasurnya masing-masing. Mereka hanya mempunyai 1 kamar, namun terdapat 2 tempat tidur yang memisahkan mereka.

Kenapa dipisah? Itu Jeno yang mau.

"Ric," panggil Jeno yang membuat aktivitas Eric terhenti.

Eric mendongak, memandang Jeno yang berada di kasur seberang dengan penuh tanya.

"Kenapa?"

"Kenapa sifat lo selalu berubah setiap bangun dari tidur sore? Kepribadian ganda lu?" Tanya Jeno dengan alis sebelah yang naik.

Sementara itu Eric hanya diam. Lego yang ada di tangannya sudah berhamburan di atas kasur. Sekarang, ia harus jawab apa?

Jeno kesal karena dirinya tak mendapat jawaban dari Eric. Alih-alih menjawab, Eric hanya menunduk sambil terus berdiam diri di tempatnya tanpa bergeming sedikitpun.

"Ric?"

Lamunan Eric buyar seketika. Ia kembali mendongak, gestur tubuhnya juga berubah menjadi lebih kikuk.

Tangannya menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal. Kemudian Eric menunjukkan cengiran yang tampak menjengkelkan di mata Jeno.

"Eh---oh, itu.., gapapa, hehe. Cuman.., kalo abis bangun tidur bawaannya badmood terus, jadi ya.."

"Gua gak suka orang yang bohong." Sela Jeno yang tidak melirik Eric sama sekali. Rasanya malas untuk menatap wajah Eric, entah kenapa tangannya selalu gatal untuk memukul wajah adik kembarnya itu.

Eric dibuat bungkam oleh ucapan Jeno. Namun karena tak kehabisan akal, lagi-lagi ia menjawab perkataannya. "Bohong apa maksudnya?"

"Lo bohong kan tadi? Gue gak bego, Eric."

"Sifat gue gak berubah. Gue cuman capek, makanya tiap malem gak banyak tingkah gak banyak omong." Eric mengelak.

Setelah beberapa detik saling bertatapan, akhirnya Jeno memalingkan wajah ke arah lain, memutuskan kontak matanya dengan Eric.

Ia tak sepenuhnya percaya dengan Eric, tetapi alasan dari adiknya itu cukup masuk akal.

Jeno kembali bersama legonya, menyusun printilan-printilan itu menjadi sebuah objek yang ada di dalam benaknya sekarang. Objeknya adalah pohon.

"Emang kenapa, Jen? Kok tiba-tiba nanya gitu?" Tanya Eric bermaksud iseng.

"Enggak."

"Katanya benci sama gua, kok sekarang tiba-tiba peduli?"

"Siapa yang peduli anjing?!"

"Iya-iya, gausah ngegas."

Percayalah, sebenci-bencinya seorang kakak, pasti ia selalu memperhatikan gerak-gerik adiknya. Jika ada sesuatu keanehan pada adik, sang kakak selalu ingin bertanya lebih lanjut kemudian membantu.

Rasa peduli kakak hanya tertutupi oleh gengsi. Itu saja kok.

Tapi Jeno tidak mau berpikir panjang. Ia terus menyusun legonya sambil berusaha melupakan percakapan singkat tadi mengenai perubahan sifat Eric.

Twins || Lee Jeno & Eric Son [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang