8

890 123 5
                                    

Kembali dengan buku kesayangannya. Entah keberapa kalinya Eric menulis akan nama target serta teknik cara membunuh di dalam buku itu. Kalau dihitung-hitung, korban dari pembunuhan berencana ini lumayan banyak.

Nama target akan dicoret setelah nyawanya berhasil hilang. Siapa yang menghilangkan nyawa si target? Tentu saja Soobin. Kalau bukan dia, siapa lagi?

Tugas Eric---atau yang lebih tepat adalah alter egonya---hanya menulis nama dan langkah-langkah membunuh di atas kertas bak sebuah cerpen.

Ya, cerita pendek yang menjadi kenyataan.

Eric akan memberikan hasil cerpennya pada Soobin. Lalu Soobin akan berperan sebagai pembunuh atau psikopat yang tengah membunuh mangsanya di dalam cerita pendek itu.

Soobin adalah teman SMP Eric yang tidak suka menunjukkan kedekatannya di lingkungan sekolah. Semua berawal dari Soobin yang tak sengaja melihat Eric tengah membunuh murid sekolah sebelah di halaman sekolah, disitu mereka mulai dekat.

Mengingat kejadian yang sudah lalu, kini Eric melirik plastik berisi bubuk racun di meja belajarnya. Racun yang pernah dicampur ke dalam makan malam milik Papanya. Ia mendapatkan racun itu dari Soobin, cowok itu selalu menyimpan benda-benda aneh untuk melakukan pembunuhan berencana.

Eric tahu, Soobin begitu karena mentalnya terganggu.

Brakk!

Kaca jendela terbuka secara tiba-tiba, tirainya pun ikut terbuka lebar karena angin di luar sana yang begitu kencang.

Sontak Eric beranjak dari meja belajar. Tangannya bergerak untuk menutup jendela tersebut. Pandangannya mendapatkan di luar sana sedang hujan deras disertai angin kencang. Suara petir dan juga kilat tiba-tiba menyambar, membuat Eric mempercepat gerakannya untuk segera menutup kaca jendela.

Melihat tirai dan lantai yang basah akibat terkena air hujan, Eric menghela napas. Ia akan mengelap dan mengganti tirainya nanti, cowok itu masih harus menyelesaikan cerpennya untuk ditugaskan pada Soobin malam ini.

Jarum jam terus berdenting, menimbulkan suara yang cukup keras di ruangan hening ini. Si Eric kedua terus berpikir kemudian menulis, berpikir lagi, dan menulis lagi hingga rencananya tersusun sempurna.

Udara dingin semakin menusuk. Hujan deras di malam hari membuat hawa di kamar Eric berubah seketika. Eric sendiri merasa cemas, apakah Soobin dapat menjalankan rencananya malam ini juga?

Ctakk!

Eric terlonjak kaget. Buru-buru ia mencari hapenya untuk menyalakan senter.

Lampu yang tiba-tiba padam menghentikan aktivitas menulis Eric. Cowok itu sudah menemukan hapenya, kini ia panik sendiri setelah mengetahui kalau ponselnya sama sekali tidak menyala.

"Perasaan batrenya masih banyak." Gumam Eric menekan tombol on-off, namun hapenya tetap mati.

Lantas Eric pun menghela napas. Menjulurkan tangannya, meraba-raba benda yang ia jangkau di antara kegelapan.

Sebenarnya Eric masih bingung, mengapa listrik tiba-tiba padam? Ia mencoba berpikir positif. Ah, semoga saja listrik mati akibat hujan deras, bukan karena yang lain.

Ctakk!

Lampu kembali menyala. "Cepet banget mas-mas PLN benerin listriknya." Eric merasa heran.

Dengan cepat ia meraih sebuah senter yang terdapat di lemarinya, untuk jaga-jaga apabila listrik kembali padam.

Namun, saat Eric menutup lemari dan hendak berbalik badan, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang. Perasaan tak enak menghampirinya. Ia merasakan ada sesuatu yang memantaunya dari belakang.

Twins || Lee Jeno & Eric Son [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang