9 (epilog)

1.3K 140 7
                                    

Keringat mengucur deras di dahi dan lehernya. Matanya membola, ia terbangun dari tidurnya dengan napas yang terengah-engah.

Eric memandang ke sekitar kamarnya, kemudian ia melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Sial, mimpi itu lagi.

"Aaarghh!" Suara erangan Eric mengisi ruangan kamarnya yang sejak tadi hening. Eric kesal, sudah bertahun-tahun ia selalu bermimpi itu lagi.

Mimpi tentang masa lalu. Dan juga Jeno yang terus meminta tolong untuk dicarikan potongan tubuhnya.

Seakan-akan dirinya tengah menonton film thriller sekaligus horror yang terus diulang berkali-kali ketika ia bermimpi.

Memang benar, masa lalu tidak akan menghilang. Sesuatu yang berkesan akan terus disimpan di dalam memori ingatannya. Seperti kisahnya dengan si alter ego, juga kisahnya dengan Jeno.

Namun ia ingin sekali terbebas dari mimpi buruk itu. Kenangan masa lalu terus menghantuinya setelah ia bermimpi.

Cklek!

"Eric," panggil seseorang yang telah membuka pintu kamarnya. Membuat Eric menoleh ke sumber suara seraya mengelap keringat di dahinya.

Seseorang itu tak lain adalah teman Eric. Ia menunjukkan cengiran hingga kedua lesung pipinya terlihat jelas. Sebut saja Soobin.

"Mimpi buruk lagi?" Tanya Soobin seraya menutup pintu kamar. Ia melangkahkan kaki dan duduk di kasur yang ada di sebelah kasur milik Eric.

Itu adalah bekas peninggalan sang kakak. Kasur milik Jeno yang tak lagi dipakai, namun masih disimpan oleh Eric. Sengaja memang. Rasanya seperti ada yang kurang jika ia tidak melihat kasur itu dalam sehari saja.

Eric pun menghela napas. Ia kembali merebahkan dirinya di kasur. Tangannya bergerak untuk melepaskan kedua earphone yang masih saja menyumpel lubang telinganya. "Biasa. Mimpi yang sama kayak kemaren malem." Balasnya menjawab pertanyaan Soobin.

Sementara itu Soobin manggut-manggut. Ia ikut merebahkan dirinya di kasur milik Jeno.

Eric sudah kenal lama dengan Soobin karena cowok itu adalah rekan kerjanya. Asisten untuk menjalankan rencananya dengan lancar dan sempurna. Apalagi kalau bukan membunuh?

Selama ini Eric akan menuliskan susunan rencana pada buku miliknya, kemudian memberitahu Soobin apa saja yang akan dilakukan untuk pembunuhan berencana kali ini.

Bukan Eric di pagi hari yang menulis rencananya. Tetapi Eric yang satu lagi yang telah melakukannya.

Pada pagi hari Eric terbangun dari tidurnya. Kemudian menjalani hari dengan berbagai aktivitas menggunakan dirinya yang asli. Sementara itu ia akan tertidur di sore hari untuk mengubah dirinya ke alter ego.

Ya, setiap kali Eric tertidur, ia dapat merubah kepribadiannya. Entah itu sifat, tingkah laku, maupun suara. Namun Eric akan sadar dan mengingat apapun yang terjadi ketika ia berganti kepribadian.

Eric memiliki alter ego. Bukan kepribadian ganda. Jelas keduanya berbeda.

Karena orang yang mengidap kepribadian ganda tidak akan mengingat apapun yang terjadi ketika dirinya berganti kepribadian, juga biasanya mereka akan sulit untuk merubah kepribadiannya sendiri.

Dan saat ini Eric sudah terbangun dari tidur sorenya. Itu artinya, yang berada di samping Soobin sekarang adalah Eric yang kedua.

"Obat lo masih ada?" Tanya Soobin bermaksud basa-basi.

"Masih banyak. Gue konsumsi kalo kambuh aja." Jawab Eric.

Kalau kalian bertanya apakah Soobin tahu tentang alter ego milik Eric? Jawabannya iya.

Jelas ia tahu. Buktinya saja ia sempat menanyakan tentang obat milik Eric. Obat yang dapat menenangkan Eric ketika cowok itu tengah berada di luar kendali. Yang jelas, Eric seperti itu karena alter ego yang telah mempengaruhinya.

"Jadi sekarang gak?" Tanya Soobin lagi.

Awalnya Eric berpikir sejenak. Ia mengingat-ingat pembunuhan berencana seperti apa yang Eric rancang kemarin malam di dalam buku miliknya.

Setelah melamun cukup lama, akhirnya ia pun mengangguk sebagai jawaban. "Jadi." Katanya.

"Target?"

"Seseorang yang lagi main ke rumah temennya. Hmm.., gimana kalo kita bunuh dia bareng-bareng? Gue bosen nulis mulu dari dulu."

Mata Soobin berbinar-binar mendengarnya. "Boleh tuh! Ayo!"

Keduanya beranjak dari kasur, kemudian Eric mengambil buku miliknya dan juga alat-alat yang dibutuhkan untuk membunuh kali ini, sementara itu Soobin sudah pergi keluar kamar lebih dulu.

Eric pun menyusul. Cowok itu juga sempat melihat-lihat sekitar kamarnya sebelum pada akhirnya ia mematikan lampu dan keluar kamar, tak lupa mengunci pintu kamarnya rapat-rapat.

Hahh.., Eric masih terbayang-bayang dengan mimpi buruk itu.

Sudahlah, ini waktunya untuk menjalankan rencana. Eric bergegas menemui Soobin yang ternyata sudah sampai di lantai bawah----hendak keluar apartemen dan menaiki mobilnya.

Tanpa Eric sadari, ada sebuah sepasang mata yang tengah mengintip dari balik lemari baju di kamarnya. Ia tersenyum lebar mengerikan.

"I'm always watching you, Lee Eric.." Kepala Jeno akan selalu melayang dan bersembunyi di dalam lemari bajunya, memantau kegiatan Eric sehari-hari dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya.

"Siapa yang ingin dipantau juga? Hehehe.."






















Twins Lee Jeno & Eric Son is officialy over!
Maaf kalau hasilnya tidak memuaskan.

/tsah

Jujur, sebenernya gak tega bikin si anak bontot ini jadi antagonis. Tapi bingung, kalau bukan Eric sama Jeno, terus siapa lagi?

Aku gak tau banyak idol-idol yang mukanya mirip dan se-line gitu, jadi yaa aku pake si Jeno dan anak bontotku Eric sebagai main cast jiahh. Untuk tokoh pendukung ada Soobin sama Sanha, menurutku mereka memang lumayan mirip dan se-line juga wkwk.

Semoga kalian suka dengan short story ini. See yaa!

Jangan lupa mampir ke story ku yang lain, oke? <3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Twins || Lee Jeno & Eric Son [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang