5

11.6K 66 0
                                    

“waaahhh anjing looo lunnn, udah cipokan padahal sehari” ucap Caca yang kaget dengan apa yang terjadi kemaren “kasar lu nyettt!!!!” akupun menjitak kepala Caca “jangan lupa PJ gua yaa.. starbuck aja gapa” ucapnya “dah ah gua balik tempat duduk gua dulu, cewe lu datang” sambungnya dengan sedikit berbisik. “Hai Lun… Hai Ca..” sapa Maura sambil tersenyum pada kami “Hai” jawab kami serempak dan caca pun meninggalkan kami kekursinya. “gimana kabar lu ra?” sapaku “kamu ya, aneh.. kadang panggil lu gue, kadang aku kamu hahahha kabar baik lahh” ejeknyaa “haha ya namanya juga baru bisa ngomong” ucapku yang disambut tawa olehnya.
.
Selama pelajaran kami tak banyak bicara, kami hanya focus mendengarkan ap yang disampaikan guru. Ide jahil pun terlintas dibenakku, aku menarik kursi Maura agar mendekat kearahku yang duduk disudut. “ngapain?” tanyanya sedikit berbisik “huuusttt.. diem aja napa, nanti dimarahin bu Wati baru tau” jawabku takkalah berbisik, akupun mulai merangkul tangannya dan menggenggam tangannya sambil menopang daguku, Maura pun kaget dengan apa yang kulakukan “ngapain?????” tanyanya lagi “bosen raa..pinjem tangan bentar” jelasku dan dibalas anggukan, dapat kulihat dia menjadi salah tingkah dan mukanya merona melihat sekeliling dan memastikan tidak ada yang melihat. Sejujurnya tidak ada yang melihat karena meja kami paling belakang disudut sendirian, didepan kami pun ada anak gembul yang menghalangi dari depan. Posisi yang pas untuk aku yang sering tidur dikelas.
.
Akupun mulai melainkan tangan Maura, awalnya ku elus-elus dengan ibu jari, namun ada hal yang membuatku tersenyum. Aku mulai memasukkan satu jari Maura kemulutku, ku jilati dengan perlehan dan sensual membuat yang punyanya tegang memandangku seketika, matanya membesar sambil menganga. Aku pun tersenyum melihat wajahnya dan mengedipkan sebelah mata. “udah liat kedepan dengerin buk Wati” sambil tanganku mengarahkan kepalanya kedepan, dia pun menurut namun tak menghilangkan rona diwajahnya. Akupun melanjutkan aksiku, ku sentuh perlahan telunjuknya dengan ujung lidahku, “Luu..Luun…” bisik Maura yang sudah tak bisa focus lagi akupun memberikan senyuman manis padanya dan memperlihatkan secara sensual menjilati jarinya, perlahaann..perlahan…ku masukkan jari itu kemulutku dan kukulum didalam oralku dengan lembut. Maurapun kini menunduk seakan takut ada yang melihat, puas rasanya melihat dia menjadi seperti udang rebus karena malu ini. Akupun mengarahkan jarinya yang telah ku kulum kebibirnya “coba ra” “aa.aa..ku?” yang kutanggapi dengan anggukan, dia pun mengikuti yang kulakukan, aku yang panas melihatnya karena sepertinya dia lebih sensual daripada yang kulakukan, mengubah jari tersebut dengan jariku. “punya ku ra” ucapku berbisik sedikit menggoda, benar saja dia hanya menjilati jariku tapi dengan sensualitas yang dimilikinya membuatku terangsang. Kriiiiinnggggg kriiiinnngggg kriiiinggggggg “shit! Bel sialan” kutukku.

BERBAGI RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang