“lu pada mau makan apa?” Tanya caca pada ku dan Maura, “gua soto bude” jawabku “samain aja ama kamu ra” jawan Maura “sip, mana duit? Ya kali pake duit gua” pinta Caca sambil kami berikan uang padanya, saat ia mulai beranjak Maura membuka obrolan “emmm…Lun mau tanya boleh?” Tanya nya ragu “apa ra?” jawabku acuh karena sedang asik main game di Hp ku “kamu..ngelakuin tadi itu…emm apa kamu..emmm” ucapnya terbata-bata tampak dengan jelas bahwa ia waspada dengan apa yang akan ia utarakan “ooh belok? Iya gua lesbi” jawabku singkat “hah?” “iya gua lesbo” jawabku memperjelas, membuat Maura melongo dengan kesantaian ku menjawabnya, saat ku melihat tampang oonnya itu ya wwalaupun cantik, kuletakkan hp dan menatapnya “Ra, gua lesbi, suka sesama cewek..lu cantik jadi gua suka” jelasku “semua anak tau kok, ini sekolah biasa aja dengan hal itu asalkan ga ganggu nilai, jadi mereka bebasin aja..banyak kok anak-anak yang belok kek gua, ahh iya disini juga biasa kalau lu liat ada yang mesra-mesraan depan umum, ataupun ngesex bebas..asalkan ga hamil dan ga buat nilai turun yauudah itu aja” jawabku dengan santai menjelaskan padanya “trus Caca?” tanyanya lagi “oh kalau caca dia suka cewek cowok serah dia deh hahahahaha tapi pacar sekarangnya cowok.. Pak Faiz guru olahraga hahahahaha” jawabku “eh..eluuu ra?” tanyaku memastikan “aku? Hmmm jadi gitu-gitu emang udah biasa ya lun” jawabnya mengalihkan pembicaraan, “nih nih pesanan nona nona…” ucap caca sambil membawa nampan penuh dengan pesanan kami. Aku yang pasrah akan jawaban Maura menjadi hilang selera makan ah si Maura suka cowok ucap batinku dengan lirih. Pupus harapan.
.
Tak beberapa lama, bel masuk pun berbunyi. Kami kembali kekelas masing-masing, dan kali ini kami dapat pelajaran olahraga dengan pak Faiz guru ganteng tapi udah punya Caca. “Anak-anak hari ini saya malas ngajar, badan saya pegel butuh istirahat dan pijit” ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya pada Caca “jadi kalian jam ini bebas, tapi bajunya tetap diganti ya..kalau ada guru yang nanya bilang aja kalian udah ambil nilai..jadi yaudah keluar sana” jelas pak Faiz yang dibalas sorakan dan tepuktangan pujian makasih pak ganteng..wehh mantep nih kalau gini pak..”Ra ganti baju yuk” ajakku pada Maura yang dibalas anggukannya. “yahh..ruangannya penuh Lun, tinggal satu tuh, kamu duluan aja kita gentian” katanya sambil tersenyum padaku, akupun menggeleng dan menarik tangannya masuk kedalam ruang ganti “ganti bareng aja, muat kok” ucapku yang tak ditanggapi Maura, iapun dengan santainya mulai mengganti bajunya tapi kali ini ia memunggungiku. “ra?” “hmm..”jawabnya dingin tapi sepertinya ia kesulitan untuk meraih resleting bajunya, akupun timbul ide mesum untuk membantunya.
“sini aku bantu” ucapku “eh..” sebelum sempat dia menyelesaikan kata-katanya aku menarik pinggang Maura dan membuatnya duduk dipangkuanku, ya aku duduk diatas toilet karena kami ganti baju didalam toilet. Dengan perlahan aku membuka resleting bajunya menampilkan punggung Maura yang putih bersih tak bernoda, kusampingkan rambutnya yang terurai itu kedepan agar tak tersangkut dan mengganggu pemandangan indah ini “waw ra..tubuhmu sangat harum” ucapku dengan menggoda ditelinganya dan diakhiri dengan sedikit hembusan yang membuatnya bergendik kegelian “jangan ditiup Lun” ucapnya dengan berbisik dan malu-malu “why?..tapi ini sungguh harum raaa” ucapku secara sensual tepat ditelinganya sambil menghirup aroma tubuhnya dari lehernya, dan melucuti bajunya dengan perlahan “aahh…Luna..” desah lolos dari bibir Maura saat aku mulai menjilati telinganya, tanganku ku eratkan dipinggangnya. Kujilati dengan lembut daun telinganya dan sedikit menghisapkan membuat yang punya menegang dan sedikit mendesah. “aahh…Luunhaa..jhaangaaan” ucapnya tapi tubuhnya berkata lain ia malah memberikan tanda untuk melakukannya dilehernya, akupun tersenyum melihat tubuhnya tak dapat menolak sentuhanku, akupun melakukan apa yang diminta akupun mulai menciumi dan menghisap lehernya, tanganku kini tak tinggal diam, aku perlahan mengelus payudara besar dan montok itu dari luar bra hitam yang dipakainya. “aahh.. aahh…” desahan lolos dari bibirnya, sepertinya Maura mulai teransang terbukti dengan ia mulai menggeliat dan memainkan rambutnya menjadi acak, tanpa meminta persetujuan yang punya aku membuka bra miliknya sanbil menghisap daun telinga Maura, dapat dengan jelas kulihat dua bukit indah yang sintal dengan putting berwarna pink itu. Akupun menangkupnya dengan kedua tanganku, ukuran yang cukup besar karena tanganku tak dapat menggenggam seutuhnya, ku mulai menyentuh gundukan itu dengan perlahann “aahh..” desahnya yang sangat indah masuk dalam telinga ku, ku pijat perlahan keduanya dengan lembut membuat empunya menggigit bibir bawahnya dan itu sangat sexy, ia menengadahkan kepalanya sambil memegang rambutnya seakan terbuai oleh sentuhanku.
.
Perlahan pijatan itu berubah menjadi remasan yang membuat putting payudaranya menjadi menegang “eehmm..ahh..lunn” sesaat Maura memegang menghentikan perbuatanku “kenapa ra?” tanyaku bingung, padahal aku sangat puas menyaksikan dan melakukan hal tersebut. Maura berdiri dan berbalik menghadapku, kini dua buah gundukan itu tepan didepan mataku, rambut acak-acakan akibat ulah Maura sendiri dan muka merah padam terbawa nafsu itu sangat menggiuurkan untukku pandang. Maurapun duduk kembali kepangkuanku dengan napas tak beraturannya menghadapku “Luna..ini aneh tapi aku mau lebih” ucapnya yang mengagetkanku namun membuatku tersenyum.
Akupun….