06

5 1 0
                                    

Let's reading guys...

**********

Senin pagi//

Hari pertama masuk sekolah.
Feli terlihat sibuk berkutat dengan seragamnya. Kemarin setelah selesai beberes rumah dan menata ulang barang-barang dari rumah lama. Feli bergegas ketempat penjahit, untuk membenarkan sedikit seragam sekolahnya. Ditemani Icha teman baru Feli yang tinggal tepat di rumah sampingnya.

Ica sangat senang mendengar bahwa mereka akan memiliki tetangga baru yang juga memiliki seorang putri seumuran dengannya. Bahkan, Ica mendengar dari Feli saat berkenalan jika mereka akan berada disekolah yang sama. Kesenangan Ica semakin bertambah.

Pasalnya, semenjak Ica dan keluarganya pindah ke komplek itu, yang selalu Ica temui adalah anak laki-laki. Termasuk 2 anak pak Surya, yang rumahnya tepat didepan rumah baru Feli.

"Kita nebeng mobil papa gue. Terus nanti kita turun di halte bus buat kesekolah" seru Ica yang sudah menghampirinya dirumah.

"Gue ada motor. Kenapa gak naik motor gue aja?" Sahut Feli.

"Lo kan belum pernah naik bus disini?" Serunya.  Yang mendapat gelengan kepala dari Feli.

"Nah. Kalau gitu, Lo cobain sama gue" lanjut Ica.

"Okay.."

Mereka berangkat setelah berpamitan pada ibu Feli dan juga ibu Icha. Dengan diantar ayah Icha menggunakan mobil menuju halte bus. Jam belum menunjukan keterlambatan mulai dari mereka sampai di halte dan menunggu bus hingga mereka memasuki bus.

Hingga akhirnya mereka sampai di halte bus  yang tepat berhadapan dengan gerbang besar dan tinggi milik sekolah barunya.
Ada nama yang tertera pada gerbang itu. SMA Bina Bakti.

Mereka berjalan bersamaan menyebrangi jalan untuk sampai dimana gerbang megah itu berada.
Diperjalanan, Feli juga Ica tak berhenti bercerita. Nampaknya, Feli pun mulai bisa akrab dengan Ica yang notabennya adalah tetangga sekaligus teman satu sekolah barunya. Menurut Feli, Ica adalah gadis manis yang baik. Dia agak cerewet dan kata-katanya sedikit pedas.

Terbukti saat tadi mereka berada didalam bus, ada dua pemuda dengan seragam sekolah yang berbeda dengan mereka. Kedua pemuda itu sibuk mengganggu gadis berkuncir dua dengan kacamata yang mereka sebut gadis cupu.

Ica dengan beraninya menarik tangan gadis itu menjauh. Bahkan dengan berani pula, Ica mengatai dua pemuda itu lebih cupu dari gadis yang mereka ganggu. Bahkan Ica menyebut mereka sebagai "Banci".

Apalagi saat melihat matanya.
Mata yang tajam milik Ica mampu membuat kedua pemuda itu tak berani melawan atau sekedar menjawab ucapan sadisnya tadi.
Mengerikan.

"Fel. Udah sarapan belum?" Tanya Ica saat mereka sudah menginjakkan kaki didepan gerbang itu.

"Udah. Tadi ibu masakin, jadi gue bisa  sarapan dirumah" jawab Feli. Ia memicing melihat gerak-gerik Ica yang mencurigakan.

"Lo kenapa?" Tanya Feli yang penasaran.

"Gue.." seru Ica terbata.
Feli menaikkan alis kanannya bingung.

"Gue laper. Hehe!" Lanjut Ica.

"Kirain kenapa!!"

"Yaudah yuk, gue temenin cari makan!!" Sahut Feli.

"Tapi. Bukannya Lo harus ketemu Bu Risa dulu ya?" Tanya Ica mengingatkan.

"Gak jadi. Hari Sabtu kemarin kan gue Dateng kesekolah lagi. Bu Risa udah kasih buku-buku mata pelajaran sama kunci loker gue" jelas Feli.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FELIANA-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang