1|Kue Ikan

23 0 0
                                    

Kata orang jodoh itu gak kemana, tapi kok sampe sekarang rasanya jodoh gue kayak kemana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kata orang jodoh itu gak kemana, tapi kok sampe sekarang rasanya jodoh gue kayak kemana-mana. –Alena.

Mentari tengah bersemangat menaungi para manusia yang telah sibuk dengan aktivitas keduniaan yang kerap kali membuat mereka mengeluh karena beratnya beban yang hendak ditanggung oleh mental dan tenaga terbatas. Bahkan awan putih yang memiliki tugas meringankan panasnya mentari tak nampak di atas sana, membuat sebagian orang semakin mengeluh karena cuaca yang kelewat terik.

Hingga sebagian orang memilih makan di restoran atau rumah makan dengan penyejuk udara yang menyegarkan, dikala terik yang menyengat hingga membuat kulit rasanya hendak terbakar.

Mata indah seorang wanita menatap pada kejauhan, di mana orang-orang sibuk menikmati makan siang sekaligus melindungi diri dari mentari siang itu.

"Mbak!" tepukan pada bahu kecilnya membuat wanita tersebut sedikit tersentak dari lamunannya.

"Astaga Celine."

Perempuan berambut pendek yang siang itu dikuncir satu hanya menampilkan cengiran khas karena tindakan sedikit kurang etis yang dilakukan seorang pegawai kepada bosnya.

"Hehehe maaf Mbak."

"Iya dimaafin." Alena melangkahkan kakinya menuju lantai 3 tempat studio tempat karyawannya membuat pakaian-pakaian indah hasil goresan pensil di atas kertas hasil ide-ide cemerlang otak cantiknya.

"Kenapa Cel."

"Itu loh mbak, kata Sasa baju buat resepsi mbak Kanya ada beberapa yang pengen ditambah katanya." Penjelasan Celin membuat kepala Alena yang tadinya baik-baik saja seketika terasa pening. Bagaimana tidak pusing, pernikahan teman semasa SMAnya itu tinggal menghitung hari dan sudah fiting terakhir juga, dan sekarang seenaknya ingin meminta tambahan.

Baiklah ia juga akan meminta tambahan pembayaran baju temannya itu, bisnis ya bisnis bagi seorang Alena. Bahkan keluhan soal dia mengenai harga teman tak membuat ia gentar.

"Dia mau bikin apaan lagi sih?"

"Itu Mbak katanya..." Celin mulai menjelaskan secara rinci mengenai gaun resepsi dari teman bosnya itu.

Alena merenggangkan kedua tangannya yang sedikit terasa pegal karena dipakai seharian berkerja. Penampilannya tidak secerah pagi tadi, bahkan sedikit kusut karena beberapa masalah mengenai butik, sedangkan kafe ia bersyukur berkat kepiawaian Zaki menghandel kafe membuat pekerjaan terasa lebih ringan.

Ia melirik penunjuk waktu yang bertengger manis dipergelangan tangan. Baiklah dia akan mengecek kembali keadaan kafe untuk yang terakhir kali sebelum pulang membaringkan tubuh yang lelah dan memakan masakan ibunya yang selalu membuat ia rindu akan rumah apalagi dikala sang kepala keluarga masih berada di sisinya.

"Zaki!"

"Iya mbak."

"Gimana perkembangan pembukaan cabang kita?"

Part Of A LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang