Chapter 3

1.9K 218 35
                                    

Empat jam penuh menempuh perjalanan udara kini Ohm telah sampai di bandara tujuannya. Dijemput Mew, sang kakak ipar Ohm meneruskan perjalanannya menuju rumah sang ibunda dengan menggunakan mobil.

"Baru ditinggal sebentar, rasanya banyak yang berubah ya, kak." Ujar Ohm sambil matanya tak lepas memandangi sisi jalan lewat jendela mobil.

Mew yang sedang menyetir mendengus dalam tawa. "Dua tahun kamu bilang sebentar? Kamu terakhir pulang saat minta uang buat ganti motormu yang sekarang kalau kamu lupa."

O menoleh pada suami kakaknya. Menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali. "Hehe, aku kan sibuk kak."

"Sibuk mikirin skripsimu yang molor itu?"

Ohm hanya tertawa hambar. Malas menanggapi.

"Semuanya sehat-sehat aja kan?" Tanya Ohm.

Yang ditanya mengangguk. "Ibu sehat. Nanyain kamu terus malah, kapan anak kesayangannya pulang. Kakakmu juga sehat, masih suka ngomel seperti biasa."

Keduanya tertawa dengan kalimat terakhir Mew. Gulf, kakak kandung Ohm memang orangnya cerewet dan tak bisa diam.

"Kalau Alex gimana? Udah punya adik?" Ohm menggoda.

Yang lebih tua menoyor kepala adik iparnya tanpa mengalihkan pandangan dari jalan raya. "Kamu pikir punya anak mudah apa? Alex satu aja udah bikin rumah rusuh."

"Lho, mudah kan kak? Tinggal tancep, semprot dan cabut. Jadi kan?"

"Ck. Pantesan skripsimu macet, tolol."

Ohm tertawa melihat ekspresi kesal kakak iparnya.

"Kak, memang ibu mau ngomongin apa ya sampai meminta aku pulang begini?"

"Ibu cuma kangen kali, Ohm. Kamu kan anak bontot kesayangannya. Udah dua tahun juga kamu nggak pulang. Ibu mana yang nggak kangen?"

Ohm meresapi perkataan Mew. Benar juga, ibunya pasti merindukannya.

Sudah dua tahun ini setiap ada libur semester Ohm memang tak pulang. Alasannya? Tak ada uang. Tabungannya habis dia gunakan membeli motor. Bilangnya mau beli motor bebek malah yang dibawa pulang motor gede. Habislah tabungan dia. Mau minta kiriman lebih dari kampung, malu rasanya. Pinjam Nanon atau kak Tay? makin berlipat pula malunya.




....





Malam mencapai larut ketika mobil milik Mew memasuki pekarangan rumah terbesar di tengah kampung. Klaksonnya dibunyikan sekali membuat penghuni rumah yang masih terjaga berbondong keluar menyambut si anak kesayangan.

Ibu Ohm keluar diiringi Gulf di belakangnya. Memandang haru anak laki-laki kebanggaannya yang lama tak menginjakkan kaki di rumah mereka.

"Ohm, anak ibu.." panggilnya.

Ohm menjatuhkan tas bawaannya begitu saja. Berlari menyongsong sang ibu untuk kemudian meluknya erat menyalurkan rasa rindu yang teramat dalam.

"Maafin Ohm, bu. Ohm nggak pernah pulang. Maaf.." gumam Ohm di ceruk leher ibunya. Sisi manjanya keluar begitu saja.

Sang ibu menenangkan anaknya. Mengelus belakang kepala si bongsor sayang. "Sstt, nggak apa sayang. Ibu ngerti kok. Kamu pasti sibuk ya jadi mahasiswa tingkat akhir?"

Kekehan ibunya terdengar begitu merdu di telinga Ohm. Salah satu suara favoritnya selain suara milik Nanon, sang pemilik hati.

Ohm melepaskan pelukan ibunya. Beralih memandang kakaknya yang tersenyum teduh. Memeluk Gulf tak kalah eratnya.

"Akhirnya kamu pulang juga, bocah nakal." Gumam Gulf di antara pelukannya.

Ohm terkekeh. "Alex mana?"

THE DECISION (OhmNon Vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang