Epilog

3.8K 227 28
                                    

Biner gelap itu perlahan terbuka. Berkedip beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang merangsak memasuki mata. Jemarinya yang berhari-hari diam tanpa gerakan, sedikit demi sedikit bergerak halus.

Tangan putih itu perlahan menuju perut. Merabanya pelan, menuai kaget. Perutnya kembali rata.

"Non..." sebuah suara memasuki indera pendengarannya. Membuat ia menoleh. Mencari-cari sumber suara.

"Ohm.. kamu.." kembali air mata menuruni lekuk sempurna pahatan wajahnya.

Si pemilik nama yang dipanggil tersenyum tampan. Senyum yang sangat dirindukan Nanon. Tangannya menggenggam erat tangan si manis. Mengecupnya berulang kali.

Otak Nanon tak mampu merangkai memori. "Ohm, apa kita ..?

Ohm paham kemana arah pertanyaan sang kekasih yang menatap gelisah. "Kita masih hidup, sayang. Kita masih hidup." Jelas Ohm menghapus air mata di pipi Nanon.

Ohm sadar dari komanya di hari yang sama dengan kelahiran sang buah hati.

"Lalu.. anak kita? Di mana anak kita?" Air mata seolah tak mau berhenti.

"Stt.. tenanglah sayang, anak kita pasti bahagia. Tenanglah.."

"Bahagia? Apa maksud kamu? Mana anakku, Ohm? Kembaliin anak aku !!" Nanon memaksa duduk namun ditahan oleh Ohm.

"Sabar, sayang. Tenangin diri kamu."

"Kamu pikir aku bisa tenang kalau anakku...."

"Dia ada di inkubator. Di ruangan bayi."

Bahu Nanon seketika turun. Badannya terasa lemas namun dalam hatinya bahagia begitu membuncah.

"Anakku, gimana keadannya?"

"Anak kita, sayang. Dia baik-baik aja. Dia masih harus diinkubasi sampai keadaannya kuat." Dipeluknya badan Nanon dalam rengkuhan hangat.

Wajah merah itu mendongak. Menatap Ohm dari sisi bawah. "Dia laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki dan sangat tampan. Nanti kita tengok dia bareng ya?"

Nanon mengangguk. Kembali duduk tegak tatkala mengingat sesuatu.

"Ohm, gimana kalau kita..... nikah?"

"Hah?"

"Nikah sama aku, Ohm. Mau kan?"

"Nggak, Non. Aku nggak bisa."

Nanon terdiam mendengar jawaban sang kekasih. Apa dia sudah terlambat?

Ohm menoel ujung hidung si manis yang tampak melamun. "Aku nggak mau nikah kalau kamu yang ngelamar aku, sayang. Biar aku yang ngelamar kamu. Gimana?"

Nanon memukul kepala Ohm kesal. "Bastard!! Aku kirain kamu udah nggsk mau nikah sama aku."

Gelak tawa terdengar dari mulut Ohm, mengabaikan cebikan kesal sang kekasih. "Nggak akan. Kita ulangi, ya. Nanon, will you marry me?"

"Cincinnya?"

"Terima dulu nanti aku ambilin di apartment."

"Dasar. Aku bakal terima lamaran kamu setelah cincin itu ada di jari aku."

Ohm hanya mengangguk mengiyakan tanpa menolak, tersenyum bahagia. Dibawanya sosok manis itu kembali dalam pelukan mesra sambil sesekali menciumi pucuk kepala sang kekasih.

"Aku cinta sama kamu, Non."

"Cuma aku?"

"Sama baby dong..."

"I love you too, Ohm."








Actually End




Thank you yang udah ngikutin dari awal 😊

Sampai ketemu di book yang lain ya..

Btw udah cek Prolognya CATASTROPHE?? nunggu respon kalian loh, 😉

THE DECISION (OhmNon Vers.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang