Kediaman keluarga Aldinata...
Sebuah mobil Nissan Serena berhenti tepat didepan rumah mewah itu. Sang supir menoleh ke belakang melihat ke arah seorang pemuda tampan yang tidak langsung turun dari mobil.
"Tn. Muda. Kita sudah sampai." Kata Supir kepada anak majikannya.
AACE
Aace mengangkat kepalanya melihat kearah rumah yang nampak bercahaya itu. "Apa di dalam banyak orang?" Tanyanya.
"Tentu saja, Tn. Muda. Semuanya sedang menunggumu di ruang makan."
Aace kembali memalingkan wajahnya dari rumah itu. "Aku tidak ingin masuk kesana."
Benedict, supir pribadi Aace yang umurnya dua kali lipat lebih tua dari Aace, mendengus hebat. "Jangan takut, Tn. Muda. Saya akan melindungi Tn. Muda di dalam sana."
Aace terdiam.
"Lagipun, tidak akan ada yang berani melukaimu di dalam sana, karena ada Nyonya Rainey, Nenekmu yang tidak akan membiarkanmu dilukai oleh kedua orang tuamu."
Ya. Aace akui ucapan Benedict memang benar. Tapi, Aace sungguh sedang sangat tidak ingin melihat wajah kedua orang tuanya.
"Aace!"
Teriakan seseorang di luar mobil terdengar. Setelah dilihatnya siapa, rupanya Nenek yang memanggil Aace. Beliau sedang menuruni setiap anak tangga seperti hendak menghampiri Aace.
Hhh. Baiklah. Tidak ada pilihan lain. Aace keluar dari mobil untuk menemui Neneknya. Senyuman manis dia berikan untuk beliau.
Benedict juga ikut keluar dari mobil dan menyapa Nyonya Rainey. Biasanya Benedict akan pergi memarkir mobilnya setelah memastikan Aace sudah benar-benar masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WITCH'S HEART || HEERINA
Fantasy"Tentang kebahagiaan kami yang dirusak." -Anna Levirne Carlovy, Aace Aldinata.