Late - 01

6.9K 633 17
                                    

Cahaya matahari masuk melewati jendela kamarku, merasa silau aku membuka mataku perlahan, rasanya berat. Sepertinya mataku bengkak karena menangis semalaman, ah aku harus mengompresnya, tentu saja setelah membersihkan tubuhku.

"Papa!"

Suara itu mengejutkanku, menyadari itu aku segera menoleh dan memasang senyum terbaikku.

"Jisung, kemarilah." Aku melebarkan kedua tanganku, tanpa menunggu lama dia sudah ada di dalam dekapan ku.

"Emmm." Terlihat dia sedang menggosok kepala kecilnya di bawah dada bidangku, dia dalam mode manja rupanya.

"Icung mau makan apa hari ini? Papa akan masakan." Aku mengelus rambut halus anakku, aku ingin terus memeluk nya seperti ini. Ah, dia tambah tinggi.

"Aku mau makan nasi goreng!" Jawab anak itu bersemangat.

"Nasi goreng?" Dia mengangguk cepat.

"Baiklah, ayo kita ke dapur." Aku berdiri lalu mengajaknya ke dapur dengan menggenggam tangan kecilnya itu, tapi tiba-tiba dia berhenti.

"Gendong~"

"Anak ini ...." Aku tidak bisa menahan senyumku, dia sangat menggemaskan, aku ingin mencubit kedua pipinya yang cubi itu.

"Papa! Sakit tau!" Jisung merengek kesakitan sambil memegang pipinya yang merah itu, dia terlihat tambah menggemaskan di mataku.






"Ahn, di mana Jeno? Aku tidak melihatnya dari tadi." Aku selesai dengan masakanku, lalu menyiapkan makanan sambil menanyakan pada Ahn (kepala pelayan) dimana keberadaan suamiku itu, aku tidak melihatnya keluar dari kamarnya.

"Tuan besar sudah pergi ke kantor, Tuan." Jawab Ahn.

Aku hanya ber oh ria, tumben dia tidak turun untuk sarapan bersama, dia sudah ke kantor nya pagi-pagi sekali, sepertinya dia sibuk.

"Ini nasi gorengmu Jisung." Aku memberikan sepiring nasi goreng kepada anak tunggalku itu dan tidak lupa dengan senyuman hangat.

"Terima kasih papa!" Dia pun menyantap makanan nya, mulut nya penuh dengan nasi goreng nya itu.

"Pelan-pelan saja, tidak akan ada yang berebut denganmu." Aku membersihkan nasi yang ada di pipinya.

"Pwapwa!"

"Apa hm?"

"Aghu mwau makwan cokwat!"

"Ingin makan cokelat?"

"Iyha!"

"Baiklah, tapi hanya boleh satu ya, nanti gigimu hilang." Kuelus surai rambutnya.

"Tapi habiskan dulu sarapanmu." Lanjutku kemudian.

"makhasi pwapwa!"






"Ahn, aku pergi dulu." Aku mengambil tasku dan beranjak pergi-

"Papa mau kemana ...?" Jisung tiba-tiba muncul dan memelukku.

"Papa mau keluar sebentar."

"Kemana?" Jisung tidak melepaskan pelukannya, justru pelukannya semakin erat membuatku tidak bisa bergerak.

"Papa mau antar bekal ini ke ayah mu." Aku mengelus rambutnya dan mencoba untuk melepaskan tangan nya dari perut ku. Walau itu sia-sia.

"Aku ikut!" Dia mengeratkan pelukannya. Oke, aku merasa sesak sekarang.






"Kita sudah sampai, ayo Jisung." Aku keluar dari mobil dan mengulurkan tanganku pada si mungil.

"Kita sudah sampai?" Tanyanya polos.

Argá [ norenmin ] - ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang