Late - 04

4.6K 523 2
                                    

Di pagi hari yang cerah, tapi tidak dengan Renjun. Pria mungil itu masih memikirkan hal kemarin, dia tidak menyangka Jeno bisa berbuat seperti itu. Suaminya itu juga tidak pulang ke rumah sejak Yeri kembali.

"Renjun?" Suara lembut itu memecahkan lamunan Renjun, dia menoleh melihat siapa yang memanggilnya.

"Winwin ge ...?" Renjun terkejut melihat siapa yang ada di belakangnya saat ini.

"Tadi Ahn yang membukakan pintu, maaf aku tidak mengabarimu dulu." Ucap Winwin hangat.

"Tidak gege, maaf aku tidak melihatmu tadi ...." Renjun menggaruk pipi nya yang tidak gatal, sedari tadi dia hanya melamun sambil memotong asal beberapa wortel, dia juga tidak tau apa yang dia lakukan.

"Sedang apa?" Tanya Winwin mendekatkan wajahnya melihat apa yang dilakukan adik iparnya ini hingga tidak bisa mendengar pintu diketuk.

"Astaga- jarimu terluka ...!" Winwin kaget saat melihat jari Renjun terluka karena ulahnya sendiri.

"Eh? Aku tidak sadar ...." Ucap Renjun dengan tawa canggung, sungguh dia tidak sadar bahwa pisaunya mengenai tangannya sendiri.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan? Ahn! Tolong ambilkan kotak P3K." Teriak Winwin sambil menggenggam pelan tangan kiri Renjun untuk melihat apakah lukanya parah atau tidak.

Renjun hanya diam, dia sendiri tidak tau apa yang dia lakukan.

Ahn pun datang dengan perlengkapan P3K di tangannya "Biar saya saja yang obati." Ucap Ahn.

Winwin mengangguk. "Silahkan duduk Tuan" Renjun menurut, Ahn mulai mengobati jari-jemari Renjun.

"Hais, bisakah kau lebih berhati-hati?" Ucap Winwin mengusak rambutnya kasar.

"Maaf ...." Renjun masih menundukan kepala melihat jarinya diperban.

"Kenapa kau minta maaf?" Winwin memijat keningnya sendiri.

"Kau tak apa?" Lanjutnya ketika Ahn selesai mengobati tangan Renjun.

"Iya, ini hanya luka kecil." Jawab Renjun dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

"Tidak, bukan lukamu, tapi kondisimu."

Winwin menatap tajam Renjun, dia tau kalau adiknya ini sedang dalam masalah.

Renjun terdiam, tapi tak lama dia bersuara karena gege nya terus menatapnya lama seakan meminta jawaban.

"Aku baik-baik saja Gege." Jawab Renjun dengan senyum palsu.

Winwin menghela nafas, dia tau Renjun sedang tidak baik-baik saja, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Aku tidak tau apa masalahmu, tapi yang terpenting kau harus cepat menyelesaikan nya, aku selalu ada di sampingmu" Ucap Winwin hangat sambil mengelus pelan surai Renjun, dia tau betul jika Renjun sudah dalam kondisi ini, maka kesehatan nya akan terganggu, dia tidak ingin itu terjadi, dia sudah menganggap pria mungil di depannya seperti adik kandungnya.

Renjun terharu mendengar perkataan Winwin, dia tau kakaknya ini sedang mengkhawatirkan nya. Dia sebenarnya ingin berkata jujur tapi dia tidak ingin gegenya jadi lebih khawatir.

"Terima kasih Gege."

Winwin tersenyum "Sebenarnya aku kesini ingin memberi tahu satu hal padamu." Ucap Winwin yang membuat Renjun penasaran.

Renjun menaikkan satu alisnya "Apa itu?" Tanyanya.

"Bulan lalu saat aku berada di China, aku mengadopsi seorang anak kecil."

Renjun tersentak kaget, sudah lama gegenya ini menginginkan seorang anak. Tapi tidak pernah terwujudkan. "Benarkah?" Renjun terlihat antusias.

"Iya, namanya Chenle, tahun ini dia menginjak usia 6 tahun, dia sangat imut, dia ...." Winwin panjang lebar. dia terlihat bahagia, melihat itu Renjun pun ikut senang, sudah lama Winwin tidak sebahagia ini, walau bukan anak kandung, Winwin menyayanginya seperti darah dagingnya sendiri, baguslah -Renjun.










Argá [ norenmin ] - ( ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang