2

558 78 17
                                    

Lesti mengekori langkah guru yang kini menjadi wali kelasnya, ia akan menjadi siswi di kelas 1-A. Lesti memang cukup pintar, nilai akademiknya cukup tinggi apalagi dalam mata pelajaran Seni dan Matematika.

"Ayo masuk, Lesti!" perintah Bu Soy, wali kelasnya.

"Pagi anak-anak!"

"Pagi, Bu." jawab para murid, kompak.

"Pagi ini, kita kedatangan teman baru dari Bandung. Ibu mohon kalian menyambutnya dengan baik, ya!"

"Silahkan perkenalkan diri kamu."

Lesti mengangguk, "Perkenalkan, nama aku Lestiani Sudrajat. Salam kenal buat semuanya, mohon bantuannya!"

"Oke, Lesti. Silahkan duduk di bangku yang kosong." Bu Soy mengedarkan pandangannya, mencari bangku yang masih kosong. Kebetulan ada di barisan paling belakang.

"Kamu gak apa-apa duduk di belakang?"

"Gak apa-apa kok, Bu."

"Oke, berarti kamu duduk di samping Hari. Tuh yang lagi asyik tidur!" Bu Soy menunjuk bangku paling belakang, jejeran kedua sebelah jendela.

Lestipun mulai berjalan menuju bangku miliknya.

"Hari! Segera kembali ke bumi. Ini sudah bel, ganteng!" pekik Bu Soy, kebetulan pagi ini dimulai oleh mata pelajaran yang ia ajarkan, Matematika.

Seisi kelas hanya terkikik mendengar pekikan merdu dari pita suara Bu Soy. Tidak ada yang berani membangunkan Hari, manusia es. Ya, dia dijuluki manusia es karena ia jarang bicara, ia hanya menjawab pertanyaan guru, tatapan matanya juga tajam bila ia malas meladeni seseorang.

Hari mendongakkan kepalanya, ia kemudian mengucek matanya. Ia melihat ke arah depan, Bu Soy tersenyum melihatnya yang sudah terbangun. Hari kemudian mengedarkan pandangannya, ia sedikit tersentak melihat bangku kosong di sebelahnya kini sudah ada yang mengisi.

Lesti tersenyum ketika Hari menatapnya dengan mata yang masih ngantuk itu. Namun Hari tak menghiraukannya, ia kemudian membuka tasnya untuk mengambil buku matematika.

"Jangan heran ya! Dia mah gitu orangnya!" bisik Rara, siswi yang duduk di depan Lesti.

Lesti hanya mengangguk.

"Oke anak-anak, kita mulai pelajarannya sekarang."

Seisi kelaspun belajar dengan hikmat ketika Bu Soy mulai menerangkan materi pelajarannya, mata pelajaran yang ia ajarkan adalah Biologi. Kesan pertama Lesti saat memasuki kelas ini, 'lumayan'.

***

Bel istirahat telah berbunyi, namun Billar masih berkutat dengan buku fisikanya. Hari ini guru fisika tidak masuk, guru piket hanya memberikan tugas yang akan di evaluasi nanti setelah guru fisika kembali mengajar.

"Rajin bener...." celetuk Arfan, ketua kelas 2 IPA A.

Billar mendongakkan kepalanya lalu tersenyum tipis.

"Temen-temen kamu belum jemput?" Arfan duduk di depan Billar, ia mengahadapkan tubuhnya pada Billar.

"Kayaknya belum, kenapa?"

"Kita ke kantin bareng! Semenjak semester satu, kayaknya kamu kurang akrab sama temen sekelas. Banyak yang komplain tuh, mereka jadi canggung sama kamu." tutur Arfan, memang benar, Billar kurang akrab dengan teman sekelasnya. Ia lebih suka menghabiskan waktunya dengan Harris dan Adi. Padahal Billar huga menyadari bahwa Harris dan Adi menganggapnya teman karena ia banyak uang.

"Boleh." Billar membereskan bukunya ke dalam tas.

"Gitu, dong!"

Arfan dan Billar jalan bersama menuju kantin, seperti biasa, suasan koridor menjadi riuh melihat Billar yang baru saja lewat.

Sesampainya di kantin, Arfan mengedarkan pandangannya, mencari kumpulan anak IPA yang sedang mengisi amunisi.

"Eh, si Billar? Gak salah ama Arfan, tuh?" Syifa menunjuk Billar dan Arfan yang berbarengan masuk ke dalam kantin.

Arfan mengajan Billar duduk di dekat Syifa, disana beberapa teman sekelasnya berkumpul. Anak IPA memang sudah terbiasa berkumpul bersama, di kantin ataupun perpustakaan.

"Tepuk tangan buat A Arfan yang berhasil ngajak Billar makan bareng kita." seru Eno, anak yang tampangnya diragukan masuk kelas IPA. Beberapa orang dikelasnya sering memanggilnya 'uncle mutu' alias paman muka tua. Wajahnya memang sedikit terlihat lebih tua daripada umurnya.

"Apaan sih, Mutu! Heboh banget." tukas Syifa.

"Kamu mau makan apa?" tanya Arfan.

"Eh, biar aku aja yang pesen."

"Aku aja, sebagai balesan karena kamu udah mau ikut bareng kita." ujar Arfan.

"Em, aku lagi mau burger keju sama es jeruk." Billar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ok!" Arfan mengacungkan jempolnya seraya pergi menuju stand burger.

"Kalian udah pada bayar?" tanya Billar pada anak-anak yang lain.

"Belum." jawab mereka kompak.

"Ya udah, kalian aku bayarin." Billar kemudian mengeluarkan dompetnya, ia lalu mengeluarkan 5 lembar uang pecahan seratus ribu.

"Semoga cukup, ya!" imbuhnya.

Yang lain hanya melongo, sedangkan Syifa mengangguk paham, pantesan Harris dan Adi betah mengekori Billar, ia tahu alasannya sekarang.

***

Lesti melangkah perlahan, mencari lokasi kantin. Perutnya lapar, namun ia enggan bertanya pada anak lain dimana lokasi kantin sekolah.

"Kamu kenapa, sih? Kaya orang kebingungan gitu." suara Rara, yang ternyata teman sekelasnya mengagetkan Lesti.

"Oh, enggak. Aku lagi lihat-lihat aja."

"Mau ke kantin bareng, gak? Yuk!" Rara lalu menarik tangan Lesti, namun Lesti langsung menepisnya.

"Eh, maaf, aku lancang ya."

Lesti tak menjawab, ia hanya menatap Rara dingin, membuat Rara menjadi canggung.

"Kesini." Rara menunjukkan jalan menuju kantin.

Suasana kantin terasa ramai sekali, Rara mengedarkan pandangannya, "Tumben Kak Biklar bareng anak IPA?" celetuknya.

Lestipun ikut menatap ke arah pandangan Rara, ia melihat sosok Billar disana, orang yang tadi menabraknya. Lesti tak peduli dengan suasana gaduh itu, ia langsung menatap beberapa stand makanan. Lesti tersenyum melihat ada yang berjualan burger, makanan kesukaannya. Ia sangat menyukai burger karena cara makannya yang simpel dan mudah dibawa kemanapun.

Dengan cepat Lesti langsung memesan satu buah burger keju dan sebotol air mineral. Setelah burgernya siap, ia langsung membawanya pergi, meninggalkan kantin.

"Loh, Lesti. Mau kemana?" teriak Rata, namun sepertinya Lesti tak mendengarkan teriakan Rara.

Lesti mencari tempat yang sepi, ia butuh ketenangan untuk menikmati burger yang baru saja ia beli. Seperti biasa, jam istirahat akan ia isi dengan membaca komik favoritnya. Hari ini ia lupa membawa komik, ia terpaksa hanya membaca komik yang ada di sebuah aplikasi. Mau bentuk apapun, yang penting ia membaca komik.

Lesti melewati sebuah ruang seni, membuatnya tertarik. Ia kemudian mengintip jendela ruangan itu, "Sepi," lirihnya. Ia kemudian mencoba membuka pintu ruangan itu, rupanya tak terkunci. Dengan senang hati Lestipun langsung masuk ke dalam ruangan itu.

Namun, ia tak menyangkan ketika melihat seseorang tampak tertidur pulas di sebuah bangku. Kepalanya menengadah ke atas sambil menyender pada kepala bangku, mulutnya sedikit menganga.

Lesti mengedarkan pandangannya, sepertinya orang itu tak menyadari kedatangannya. Ia mendekat ke arah orang itu. "I-ini Hari, kan? Ya ampun, tidur lagi?" Lesti menggelengkan kepalanya tak percaya. Ia kemudian mencari tempat yang nyaman, di dekat sebuah jendela, ada meja panjang, ia kemudian menaiki meja itu dan duduk di atasnya.

Lesti mengambil ponselnya dari sakunya, ia lalu mulai membuka aplikasi komik di ponselnya itu dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk memakan burger.

Istirahat pertama di sekolah itu, Lesti habiskan untuk membaca komik sambil makan burger ditemani teman sekelasnya yang tertidur pulas.

***

CINTA UNTUKMU || LESLARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang