***
Rumah dalam keadaan gelap gulita saat Orlin bangun tengah malam karena rasa lapar yang melanda. Dengan hanya mengandalkan penerangan dari senter ponsel, dia berjalan menuju dapur, tapi langkahnya tiba-tiba berhenti ketika melewati ruang tamu dan melihat Deka yang duduk di salah satu sofa dengan laptop di pangkuannya.
Orlin sontak menggeleng. Pria itu benar-benar penggila kerja. Bukannya istirahat setelah pulang dari acara pertemuan keluarga, dia justru meneruskan pekerjaannya, seolah-olah takada hari esok. Orang-orang seperti Deka pasti tidak punya waktu untuk me time.
Orlin kembali melanjutkan langkah ke dapur, mengambil beberapa snack dan minuman untuk dibawa ke kamar. Namun, lagi-lagi langkah Orlin tertahan di ruang tamu. Kali ini dia bingung karena Deka tidak bergerak sama sekali, posisi duduknya bahkan masih sama. Anehnya, layar laptop Deka yang tadi dia lihat masih menyala, kini sudah mati.
Merasa curiga, perlahan Orlin mendekati Deka. Dia berdecak pelan saat menyadari kalau Deka ternyata ketiduran. Pantas saja pria itu seperti patung.
"Kalau udah ngantuk, kenapa dia malah kerja?" dumel Orlin. Dia paling benci dengan orang yang suka memforsir tubuhnya terlalu keras. Kalau sudah sakit, baru menyesal.
Tak sengaja, tatapan Orlin jatuh pada benda berkilauan yang tergeletak di atas meja. Penasaran, dia menyoroti benda tersebut dengan senter ponselnya. Mata Orlin langsung berbinar saat melihat sebuah kalung yang sempat membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama meski tidak bisa dia miliki. Dan kalung itu juga yang membawa Orlin pada titik ini. Dia bahkan masih sangat ingat bagaimana perjanjian tersebut terjadi.
Tepat sehari setelah Orlin menemukan kalung itu-saat jam pulang kerja-dia dikejutkan dengan kedatangan seorang pria berpenampilan kece di kantornya yang berkata ingin berbicara dengannya. Meski bingung dan sempat terpesona karena wajah pria itu yang ganteng, Orlin tetap mengiyakan ajakannya untuk berbicara empat mata di sebuah Cafe yang berada tidak jauh dari kantor Orlin.
Di Cafe, mereka duduk berhadapan di dekat jendela. Tadi mereka sempat berkenalan sedikit, dan Orlin langsung merasa kalau Deka-Deanka Elgis Pradipta-adalah pria yang minim ekspresi. Terbukti dari sorot datarnya yang selalu menghiasi wajah pria itu.
Orlin mencomot kentang goreng lalu memakannya. "Jadi, apa maksud kamu pengin bicara sama saya?"
"Kalung itu ... tolong kembalikan." Selain minim ekspresi, ternyata pria itu juga to the point, tapi Orlin tidak paham dengan arah pembicaraan Deka. Kalung? Kalung apa?
"Saya nggak merasa ngambil kalung kamu."
"Kalung yang kemarin kamu lihat di dekat tong sampah."
Mendengar ucapan Deka, Orlin langsung menyipitkan mata, curiga.
"Apa hubungan kamu sama kalung itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
As Soon As Possible (Segera Terbit)
RomancePertemuan antara Orlin Aqila-seorang staf administrasi-dengan Deanka Elgis Pradipta-seorang design perhiasan-terjadi ketika Orlin tidak sengaja menemukan kalung berliontin bintang ketika pulang kerja. Dari sana, Orlin mengetahui kalau kalung terseb...