20 Anak terpilih, dapatkah kalian bertahan? (2)

73 10 3
                                    

96neko menatap anak muridnya dengan tatapan yang sulit untuk dijelaskan. Di sisi lain, seseorang berjubah hitam dengan topeng berwarna hitam menutupi wajahnya kini tengah menyeringai tipis.

   "Tunggulah. Sebentar lagi kalian semua akan menjadi boneka ku," gumamnya. Tanpa sadar, Takanashi menatapnya tajam dengan aura tipis yang bahkan murid pribadinya tak bisa mengetahuinya.
.
.
.
.
.
    "Semuanya harap kumpul. Setelah ini, Saya selaku senpai kalian akan mengantarkan kalian ke asrama masing-masing," kata seseorang yang memiliki nametag Sousuke Kagura yang tak lain adalah sepupu dari Urata.

   'Bang Urat ada di sini, moga bisa bertahan' doa Kagura dalam batin.

   "Kagura apa kau melihat Momo? Sedari tadi ia tak kelihatan" Kagura mengeleng tanda tak tahu. Yuki mengeryit. Dimana anak itu? pikir nya.

  "Ya sudah. Terima kasih," kata Yuki seraya kembali mengatur barisan untuk para pemula yang akan bertahan.

Seseorang yang sekiranya memiliki usia yang sama dengan Sakata melewati gerbang Universitas Tensho untuk mengejar bus yang sudah melaju menjauh. Mendapat perhatian dari para Maba.

   "Abaikan saja. Masing-masing dari kalian akan mengikuti senpai-senpai yang sudah di tugaskan untuk mengantarkan kalian ke asrama. Semoga kalian dapat bertahan hingga keesokan harinya," terang Tenn mendapat tatapan bingung dari para Maba terkecuali USS dan AmaKashi, SoraLuz, Eve-Sou, dan Meychan.

  "Bagi barisan pertama silahkan mengikuti Hajime-san. Barisan Kedua silahkan mengikuti Uta-san, mengerti?" Para Maba mengangguk mengerti.

  "Silvana-chan berhati-hatilah" Silvana terkejut saat mendengar suara yang amat ia kenali memasuki alam bawah sadarnya.

  "Silvana-san apa kau baik-baik saja? Yang lain sudah mengikuti Uta-senpai. Ayo, nanti kita bisa ketinggalan rombongan Uta-senpai" Silvana mengangguk dan mengikuti Risru dari belakang.
.
.
.
.
.
   "Gawat, sepertinya terjatuh saat aku berlari mengejar bus itu," katanya berhenti mengejar bus saat sadar bahwa benda yang amat penting baginya kini terjatuh dari saku celananya.

  "Sepertinya aku terpaksa kembali untuk mencarinya," katanya lagi yang sekarang berbalik arah kembali menuju rumahnya.

Lima belas menit ia mencari di jalan. Benda yang ia cari belum sama sekali ketemu. Menghela nafas pasrah, ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya saja. Tak sengaja, matanya menangkap sesuatu yang bersinar tepat di depan gerbang sebuah Universitas yang bersebelahan dengan rumah nya.

  "Itu dia!" teriaknya segera berlari dan mengambil benda yang berupa lonceng dengan tali berwarna merah dan putih sebagai pegangan nya.

Terdengar langkah suara langkah kaki yang berjalan menujunya. Seseorang bersurai putih ke-pink itu menatapnya dengan tatapan sinis.

  "Sedang apa kau ada di sini? Dimana rumahmu? Dan kenapa kau berdiri di situ? Tak sadarkah bahwa kau menghalangi jala?" tanya Tenn pada pemuda yang sepertinya memiliki umur yang sama dengan nya.

  "Maaf, aku hanya mencari lonceng ku ini. Tadi terjatuh saat ku berlari mengejar bus," jawabnya sambil membungkuk sopan. Tenn mengangguk, tanda memaafkan.

  "Dan soal rumah. Rumah ku berada tepat di sebelah Universitas ini" pemuda itu menunjuk ke arah Rumah bergaya Jepang tradisional yang berada di kiri bangunan Universitas.

  "Aku baru saja kembali satu Minggu lalu. Dan hari ini adalah hari pertama aku keluar dari rumah ku setelah selesai merapihkan barang-barang dan rumah," lanjutnya seraya membuka tudung yang menutupi surai putih, mata ruby, dan barcode yang ada di bawah mata kirinya.

  "Satu lagi, namaku Aikawa Mafuyu desu. Yoroshiku" kata nya mulai memperkenalkan diri sambil melihat jam tangannya.

  "Ahh, sudah telat. Bodo ah mending balik ke rumah terus tidur," lanjut Mafu saat tahu kini jam menunjukkan pukul 08.a.m (jelasnya pukul jam 08.00 WIB) benerkan??

Tenn memandang datar Mafu yang kini sudah memasuki rumahnya.
.
.
.
.
.
Malam hari~~

   "Madotsuki lo yakin gak bakal di marahin kalo kita keluar malam-malam gini?" tanya Un:c sedikit ragu. Pasalnya, para senpai sudah memperingati untuk tidak keluar di malam hari jika ingin selamat.

   "Tenang aja, kita kan cuma mau ke JuniaMart masa gak boleh sih?" Un:c menatap Madotsuki dengan tatapan aneh. Selain itu, firasat nya mengatakan jangan keluar jika ingin selamat.

  "Yaudah. Lo sendiri aja yang keluar. Gue gak mau, gue takut. Kalo ada apa-apa telepon gue ok?" Un:c menyerah. Ia sayang nyawanya. Firasat nya selalu benar, lagian para senpai sudah melarang. Un:c gak mau dapet hukuman karena udah melanggar peraturan asrama dan Universitas.

  "Un:c lo cemen amat dah," ejek Madotsuki
   "Bomat. Yang penting gue gak kena hukum ama para senpai," balas Un:c sambil melenggang pergi meninggalkan Madotsuki sendirian.

Madotsuki menatap heran atas kepergian Un:c. Apa yang Un:c katakan ada benarnya. Bisa gawat kalo ketahuan, nanti bisa di hukum para Senpai. Madotsuki terus berjalan sambil melamun, dan tak sadar bahwa sekarang ia sudah keluar dari gerbang Universitas Tensho.

Sesosok menggerikan datang menghampiri Madotsuki dari arah belakang. Membekapnya dan membawanya menjauh, mencari tempat aman agar tidak ketahuan. Madotsuki memberontak, ia ketakutan saat melihat penampakan makhluk menyeramkan itu. Makhluk itu benar-benar ada, makhluk yang memakan manusia. Mereka adalah, Another.
.
.
.
.
.
Keesokan nya di temukan mayat seorang Maba  yang tak lain adalah Madotsuki di pinggiran sungai yang mengalir deras. Semuanya terkejut, bahkan Un:c. Dia adalah orang terakhir yang berinteraksi dengan Madotsuki.

Dengan demikian, Un:c di tetapkan menjadi tersangka pembunuhan oleh pihak keamanan setempat. Un:c tak memberontak saat ia di bawa oleh pihak keamanan. Yang lainnya tek percaya jika Un:c adalah dalang dari matinya Madotsuki.

  "Dengan begini, sudah ada du murid yang tereliminasi" Takanashi menatap berkas-berkas yang memenuhi mejanya itu. Dari seberang terdengar helaan nafas yang berasal dari para dosen.

18 orang terpilih yang tersisa. Takanashi dan para dosen hanya bisa berharap banyak pada ke-18 Maba tahun ini.

#Selamat bagi para pembaca yang menebak Mafu. Horee👏👏

~Tensho University~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang