Bulam merah (2)

41 5 8
                                    

Universitas Tensho, siapa sih yang tidak tahu universitas terkenal di seluruh dunia ini?? Selain terkenal, Universitas ini terkenal akan kemegahan nya. Bangunan nya yang kuno, pemandangan yang indah, dan lain-lain nya. Tapi, ada sebuah rumor dimana Universitas ini terkenal menggerikan~~.
.
Dapatkah kalian bertahan walau tidak terpilih?
.
.
.
.
.


 

  "TIDAKKKKKK" suara Silvana berteriak mengejutkan para penghuni asrama. Apalagi Risru, dia langsung saja ke arah tempat di mana Silvana berteriak di susul oleh yang lainnya. Sedangkan Eve, dia langsung berlari ke kamar Sou. Ia khawatir dengan saudara kembarnya itu.

Di lain tempat, Sakata kini menatap Mafu panik. Entahlah, Sakata sendiri tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba saja, tubuh Mafu menegang dan keringat bercucuran dari pelipisnya.

     "Yukina-san! Gawat, Mafu!" Yukina langsung saja turun dari lantai atas saat mendengar teriakan Sakata dari lantai bawah.

   "Apa yang terjadi?" Yukina segera menghampiri Sakata yang kini tengah kalang kabut mikirin Mafu yang tiba-tiba aja menegang dan suhunya semakin tinggi.

   "Aku pun tidak tahu. Tiba-tiba saja tubuh Mafu menegang, dan panasnya jadi tinggi," terang Sakata. Yukina segera menghampiri Mafu dan menyentuh keningnya dengan punggung tangannya.

   'Nampak nya sudah waktunya' pikir Yukina.

   "Sakata, bisa kau ambilkan pedang yang berada di altar leluhur?" Sakata menatap Yukina sebentar, sedetik kemudian ia mengangguk dan mulai berlari ke arah ruang dimana pedang tersebut berada.

"Arigatou, selanjutnya bisa kau ambilkan kitab itu?" Sakata menatap Yukina terkejut.

  "Yukina-san, jangan bilang..." Yukina mengangguk membenarkan dugaan Sakata.

   "Jadi sudah waktunya kah, akan ku ambilkan" Sakata beranjak dan segera mencari kitab yang Yukina maksud. Walau butuh waktu lama karena kitab itu merupakan kitab terlarang dan berbahaya, selain itu kitab ini sangat di jaga baik oleh para ketua.
.
.
.
.
.

   "Silvana ada apa?" tanya Mitsuki. Kebetulan, ia berada di jarak yang dekat dengan Silvana. Jadi, saat mendengar teriakan Silvana Mitsuki segera berlari ke arah Silvana.

   "...Meychan...," ucapnya sambil menunjuk tempat dimana tubuh Meychan sudah tak tertolong. Dengan kata lain, mati di mangsa Another yang kini berada di hadapan keduanya.

"Another?! Kenapa bisa?!" ucap Mitsuki terkejut. Sudahlah, tak ada waktu untuk terkejut. Sekarang yang harus dipikirkan adalah bagaimana Another dapat masuk ke asrama? Bukannya...

   "Silvana berlindung lah di belakang ku, kalau bisa panggil Nagi dan Yamato kemari" Silvana langsung mengangguk dan segera mencari keberadaan Nagi dan Yamato. Lalu kemana Iori? Kenapa Iori tidak di suruh untuk Mitsuki panggil?

Itu karena... Iori kini tengah menemui seseorang yang memiliki tugas yang sama dengan Nii-san nya itu.
.
.
.
.
.
   "Ura-san!!" teriak Sakata melalui komunikasi batin. Urata yang tadinya tengah melamun langsung terkejut.

   "Oh iya kalau boleh tahu siapa namanya?" tanya Senra. Entah mengapa firasat nya mengatakan bahwa orang yang Urata maksud adalah orang yang tidak asing. Mana lagi, rumah itu sangatlah tidak asing lagi bagi Senra.

   "Eh? --Ah itu, Aikawa Mafuyu," jawab Urata yang masih terkejut dengan suara Sakata.

1 detik.

2 detik.

3 detik.

4 detik.

5 detik.

  "YANG BENER RAT?" tanya Senra sekali lagi. Membuat telinga Urata sakit.

  "Iya! Emangnya napa dah? Lo berhenti teriak deket telinga gua Sen!" bentak Urata.

   'Ya tunggu sebentar kalo emang di ingat-ingat lagi rumah itu emang rumahnya Mafu. Kok gue bisa lupa? Pantas kayak kenal ama tuh rumah. Gimana sih lo Sen? Masa ama sepupu sendiri bisa lupa!' Senra menepuk jidatnya.

"Ura-san! Gawat! Mafu!" Sontak Urata langsung berdiri saat Sakata memanggil nama Mafu.

Walau Urata dan Mafu tidak sedekat Sakata, tapi Urata udah nganggep Mafu sebagai adek nya.

"Sak Mafu kenapa?" tanya Urata melalui komunikasi batin

"Bantu aku buat nemuin kitabnya!" jawab Sakata membuat Urata kebingungan.

"Kitab apaan?" tanya Urata tak mengerti.

"Duh, Ura-san aja deh yang kesini. Biar ngejelasin nya gampang. Ajak Shima dan Senra aja sekalian" Urata mengangguk mengerti.

"Yaudah gue kesana bareng kedua mahluk ini" di seberang, Sakata mengangguk dan memutuskan komunikasi batin.

Real Life

   "Lo berdua ikut gue yuk jenguk Mafu," kata Urata sambil tersenyum. Bagi keduanya, senyuman itu sangat menyeramkan.

   "Lalu? Bagaimana dengan Silvana yang teriak tadi?" tanya Shima.

   "Udahlah. Biar yang lain aja yang urus," ucap Senra mendapat tatapan dari kedua temannya itu.

   "Nani?" tanya Senra risih. "Sen, tumben lo pintar," puji keduanya membuat Senra kesal.

   "Udahlah, jangan banyak bacot. Let's go guys," kata Senra semangat. Shima hanya bisa sweatdrop. Urata mah mana peduli. Tapi, Urata juga natap Senra dengan banyak pertanyaan. Tumben nih tiang listrik semangat banget.

# Yuhu~~ ketemu lagi ama Shu yang manis ini~~

Tenn: "Manis dari Hongkong"

Shu: "Yeeh si Tenn malah ngacau-in"

Soraru: "Zzzz"

Kashit: "Yaelah nih anak masih aja tidur. Turun lo dari punggung gue! Berat tahu gak sih?!"

Soraru: "Bct lo. Brsk th gk?"

Sakata: "Katanya Soraru 'Bacot lo. Berisik tahu gak?' gitu"

Amatsuki: "Hah, biarin aja dari pada di tinggalin ya kan?"

Shu: "Kecuali kalo di tinggalin ama Mafu. Shu mau rebut Mafu dari Soraru"

Soraru:// seketika turun dari punggung Kashi dan ngejar author//

Shu: //Ngambil Sapu, pel, ama ember// "Mau apa lo Sor? Mau Mafu nya gua ambil beneran?"

Soraru auto mundur.

Dan itu aja. Oh iya, sekalian Shu mau promosi book baru. Tapi belum publish nih book nya ⬇️⬇️

Gimana? Kira-kira publish atau gimana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana? Kira-kira publish atau gimana?

Silahkan komen ya, bye bye.

See you next time~~ !!

843 kata

~Tensho University~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang