2

9 3 1
                                    

Zalfa berjalan sambil menundukkan kepalanya. Berkali-kali dia merutuki kebodohannya. Zalfa dapat merasa lelaki itu melihatnya dengan ujung matanya. Zalfa masih berusaha berjalan dengan tenang hingga akhirnya ia berlari melewati jalur yang jauh dari rumahnya. Zalfa terus berlari tidak memperdulikan petasan yang dilemparkan anak kecil.

"Gue pengen ngilang aja dah."

Zalfa terus berlari seperti orang dikejar setan, sesekali ia menoleh kebelakang memastikan lelaki itu tidak mengejarnya. Banyak orang yang meneriakinya untuk tidak berlari. Pasalnya Zalfa berlari dengan mukena dengan bawahan yang panjang. Namun semua itu tak dihiraukan oleh zalfa. Zalfa mengangkat rok mukenanya dan terus berlari.

"Malu banget gue."

Dirasanya sepi, Zalfa berhenti berlari. Jantungnya berdetak tak karuan. "Tau gitu gak gue kasih tau mereka." Omel Zalfa.

"Dia masih ada gak ya." Zalfa menoleh kebelakang memastikan tidak ada lelaki itu.

"Huh, capek banget." Mata Zalfa tak sengaja menangkap sosok yang ia hindari itu. Siapa lagi kalau bukan lelaki dengan jubah birunya.

"Itu dia apa bukan sih?"
"Tapi dia masuk di rumah itu."
"Fix itu dia."
"Tau gitu gue gak lari tadi. Bikin gue capek aja tuh cowok."

Zalfa menerobos masuk kedalam rumahnya. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."
"Napa muka Lo pucat gitu?" Tanya Vanya.

"Tadi abis lari." Vanya menautkan alisnya. Menatap bingung pada adiknya itu, berharap minta penjelasan.

"Hah?! Lo suka cowok? Pfft." Vanya tertawa mendengar penjelasan adiknya. Ia merasa ini hal yang langka.

"Iyalah, kakak kira gue suka cewek apa." Zalfa mencibirkan bibirnya kesal.

"Gak gitu loh Al."

"Ya udah, serah kakak aja lah."

"Pfft."
"Emang siapa cowok yang Lo suka itu?" Tanya Vanya berusaha menetralkan suaranya.

"Si Farhan."

"Farhan anaknya om Braham?" Tanya Vanya memastikan. Zalfa hanya mengangguk.

"Dia udah balik?"

"Kayanya iya sih, dia kan udah lulus sekolah."

"Oh iya juga ya, trus dia kuliah dimana?"

"Mana gue tau, gue aja baru liat dia beberapa hari yang lalu."

"Ganteng gak dia?" Goda Vanya.

"Ish, gak ganteng cuma menarik aja." Ucap Zalfa dengan pipi memerah.

Vanya tidak bisa menahan ketawanya, kala mengetahui adik bungsunya yang mulai menyukai lelaki. Yang bahkan beda empat tahun dengannya.

***

"Zalfa, temen Lo datang nih." Teriak Vanya memanggil adiknya.

"Suruh naik aja kak."

"Tuh naik aja, tau jalannya kan?"
"Lo pada naik tangga trus belok kanan lurus mentok kamar paling pojok itu kamarnya." Jelas Vanya pada keduanya, padahal teman Zalfa tak jarang datang ke rumah.

"Udah tau kali kak." Adara berucap malas.

"Bentul tuh, kita bukan sekali dua kali datang ke rumah ini."

"Kan siapa tau kalian gak tau jalan."

"Iya deh kak." Pasrah keduanya mengangguk.

Kedua temannya menerobos masuk ke kamar Zalfa tanpa mengetuk dahulu. Sebenarnya sudah biasa bagi mereka langsung masuk ketika datang di rumah Zalfa.

JUBAH BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang