Tubuh Zalfa menegang saat mengetahui siapa yang memanggilnya tadi. Bibirnya terasa kelu untuk mengucapkan sepatah kata pun.
"Hai." Sapa lelaki yang berdiri di depan mereka.
"L-lo ngapain di sini?" Tanya Zalfa ragu. Zalfa jelas mengetahui siapa lelaki di depannya ini.
"Gue mau ambil formulir. Kan gue juga sekolah di sini." Kata lelaki itu santai.
"Oh." Ucap Zalfa singkat. Ia masih tak menyangka akan bertemu lelaki yang selalu ia hindari dari dulu.
"Dia siapa za?" Tanya Haira berbisik.
"Kenalin, gue Giorgino panggil aja Gio. Dan gue teman Zalfa waktu SD." Lelaki itu yang di kenal Gio mengulurkan tangannya.
Tangan Haira membalas jabat tangan Gio. "Gue Haira." Ucap Haira dengan senyum manis di bibirnya.
"Gue Adara." Giliran Adara mengulurkan tangannya.
"Kalo gitu gue masuk duluan ya, ayo Ra, Dar." Zalfa dengan sigap menarik tangan kedua temannya. Ia tak ingin berlama-lama berbincang dengan Gio.
"Dia siapa za?" Tanya Haira polos.
"Dia dulu suka gue, tapi gak pernah gue balas. Makanya gue malas kalo ngomong sama dia." Zalfa merasa bersalah sudah berbohong pada mereka. Tapi, Zalfa tidak sepenuhnya berbohong. Karena memang benar bahwa Gio menyukai Zalfa. Ia juga tak ingin menceritakan semua tentang Gio pada mereka.
***
Kali ini Zalfa pulang sendiri. Ada hal mendesak yang membuat temannya tidak bisa mengantarkan Zalfa ke rumah. Tentunya ia tak masalah dengan itu. Ia malah merasa tak enak karena mereka meminta maaf padanya. Padahal bukan hal besar, namun Zalfa pikir mungkin mereka sudah di beri pesan oleh kakaknya, Vanya.
"Alfa sini." Teriak wanita paruh baya yang Zalfa kenali siapa dia, Viana.
Dengan senang hati Zalfa menghampiri Viana yang keliatannya baru selesai menyapu. "Assalamualaikum Tante." Salam Zalfa, mengecup punggung tangan Viana.
"Waalaikumsalam, nak. Dari mana kamu? Cantik banget sih." Viana sedikit mencubit pelan ujung dagu Zalfa.
"Dari sekolah Tante, tadi Alfa ambil formulir buat masuk SMA nanti." Jelas Zalfa dengan jujur.
"Oh, udah gede ya mau masuk SMA. Belajar yang rajin loh ya." Nasehat Viana.
"Pastinya dong tan."
"Masuk dulu yuk ke dalam." Ajak Viana. Zalfa mau menolak, hanya saja ia sering di tawari ajakan Viana namun selalu ia tolak. Ia merasa tidak enak untuk menolak ajakan Viana kali ini. Dan Zalfa hanya mengiyakan.
Sebenarnya tidak ada masalah apapun dengan rumah Viana. Tapi Zalfa takut saat dia akan bertemu dengan Farhan. Sungguh ia belum siap.
"Ayo masuk, om Braham kebetulan lagi keluar tadi."
"Siapa mah?" Tanya seorang gadis yang duduk manis di depan TV yang menyala.
"Alfa!" Seru gadis tersebut saat melihat Zalfa yang berdiri tepat sebelah Viana. Ia buru-buru menghampiri Zalfa, memeluknya dengan erat menyalurkan semua rasa kerinduan mereka.
"Mama ke belakang ya, Rin. Kalian main aja di atas." Ucap Viana. Zalfa dan Ririn hanya mengangguk mengiyakan.
"Kak Ririn apa kabar?" Tanya Zalfa sekedar basa-basi.
"Baik dong, Lo udah gede aja sih." Ririn mengelus kepala Zalfa, membuat sang empu menatapnya tajam.
"Ih, kak Ririn. Jadi berantakan kan kerudungnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
JUBAH BIRU
Romanzi rosa / ChickLitZalfa Sabira, gadis dengan paras yang membuat siapa saja yang melihatnya takjub dengan pesonanya. Zalfa dikenal dengan wajah cuek dan dinginnya. Namun berbeda lagi jika sedang bersama orang terdekatnya. Entah bagaimana menjelaskannya, dia lelaki per...