3

5 3 0
                                    

"Alfa." Ucap wanita paruh baya di depannya.

"Tante Vivi." Zalfa tersenyum.

Grep

Ya, wanita itu adalah Viana. Kedua wanita itu saling berpelukan, saling menyalurkan rasa kerinduan. Mereka tampak seperti ibu dan anak yang sudah lama tak bertemu.

"Tante Vivi apa kabar?" Tanya Zalfa dengan senyum haru.

"Tante baik kok nak." Jawab Viana sambil mengelus surai hitam Zalfa sayang.

"Eh Tan masuk dulu yuk." Seru Zalfa menuntun Viana agar masuk kedalam.

"Ah iya. Vanya kemana?"

"Kak Vanya katanya keluar mau beli persediaan bahan makanan." Viana hanya mengangguk.

Cukup lama keduanya berbincang banyak hal. Zalfa tak menyangka bahwa Viana masih mengingatnya. Bahkan Viana sudah menganggap Zalfa sebagai putrinya.

"Kamu kapan-kapan buka bareng yuk di rumah." Ajak Viana.

"Boleh sih Tan, tapi nanti Alfa tanya kak Vanya dulu deh biar barengan juga."

"Iya sekalian juga sama vanya, udah lama juga kan kalian gak main ke rumah."
"Pasti si Ririn senang kalo kamu main ke rumah."

"Iya Tan nanti liat deh, soalnya kak Vanya juga lagi sibuk sama kuliahnya." Kata Zalfa sekenanya.

"Oh iya. Ya udah deh Tante tunggu kabar kalian aja."

"Pasti Alfa kabarin kok Tan."

"Ya udah Tante pamit pulang dulu ya, mau masak buat buka nanti."

"Iya Tante, hati-hati ya."

"Iya, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Siapa za?" Tanya Haira membuat Zalfa terpelonjat kaget.

"Heh, bikin kaget orang aja. Itu mamahnya si Farhan." Jawab Zalfa sembari menutup pintu.

"Cie sama calon mertua." Ejek Adara.

"Doain aja." Ucap Zalfa tersipu malu.

Mereka bertiga pun tertawa mendengar penuturan Zalfa.

***

"Kak Vanya, gue pake mukena hitam ini ya?" Tanya Zalfa sembari menunjukkan mukena hitam miliknya.

"Mukena pink Lo kemana emang?" Tanya vanya balik sambil membersihkan meja makan.

"Kan kemarin gue abis lari jadi agak bau, trus gak sengaja nginjek genangan air makanya kotor deh." Jelas Zalfa, ia harap kakaknya itu mengiyakan permintaannya. Sebenarnya itu alasannya saja agar ia tak terlalu di kenali oleh Farhan.

Vanya beralih menatap adiknya. Seolah paham Vanya mengiyakan permintaan adiknya itu.

"Tapi mukena pink jangan lupa lo taruh di keranjang kotor."

"Ay ay kapten." Tangan Zalfa tersingkap hormat dan berlari seperti induk bebek.

Saat ini Zalfa berada di masjid, ia mencari dua temannya itu.

"Zalfa!"

Zalfa mendengar teriakan yang memanggil namanya. Ia mencoba mencari asal usul suara itu.

"Sini!" Tangan Adara yang bergerak seolah memanggil Zalfa untuk mendekat.

"Kak Vanya mana?" Tanya Haira saat Zalfa sudah bersama mereka.

"Bentar lagi juga datang."

"Oke, kita di luar ya kaya biasa."

JUBAH BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang