12.

9.1K 922 61
                                    

Happy reading...



Hari ini Alvin di beri sebuah obat yang tidak tau untuk apa, Alvin berusaha menolak namun satu buah pukulan ia dapatkan tepat di wajahnya. Diam dan tersenyum miris akan perlakuan orang-orang di sekitarnya.

Alvin tentu saja bingung dengan sikap papah nya, di waktu yang sama sikap papah nya dapat berubah-ubah. Dia dapat menjadi seorang malaikat sekaligus seorang iblis dalam waktu bersamaan. Jujur ada rasa senang saat papah nya selalu dekat dengannya memeluk bahkan menciumnya, ia juga senang papah nya perhatian bahkan memprioritaskan nya.

Tetapi ia tidak suka sikap papah nya yang sangat mengekang dirinya, dia tidak bebas bergerak dan bertindak sesuai dengan kemauannya segalanya telah ditata dan di atur sedemikian mungkin.

Sekarang ia berada di ruang keluarga bersama papah nya yang sedang fokus mengerjakan sesuatu di laptop, ia tidak berani mengganggu takut-takut jika sifat iblis papah nya akan keluar lagi. Untuk membuka suaranya pun rasanya sangat susah suaranya terasa tenggelam.

Saat-saat seperti ini ia malah merindukan bundanya, masih terbesit di kepalanya rencana untuk kabur namun ia tahan ia harus bisa bermain serapi mungkin. Dan lagi ia memiliki tiga orang lagi, meskipun Alvin tidak pernah berinteraksi langsung namun ia yakin pasti akan sulit untuk bisa menjalankan rencananya.

Ia terus memutarkan otak nya hal pertama adalah bagaimana cara agar ia bisa kembali bergerak bebas, tidak mungkin bukan ia kabur dengan keadaan tubuh yang lemas dan berisi sedikit tenaga. Ia sempat mendengar perkataan papah nya saat ia pura-pura tidur, badan nya ini dibuat lemas dan sulit untuk melakukan apapun sendiri tetapi hanya bersifat sementara.

Alvin menghela nafas ia harus bisa tahan sampai tubuh nya benar-benar bisa di gerakan normal kembali.

"Sedang melamun kan apa boy?" Ucap Edgar yang membuat Alvin terkejut.

"Enggak." Ucap nya kaget.

Edgar mengacak rambut nya gemas ia tau putra nya sedang merencanakan sesuatu. Terlihat dari wajahnya yang dibuat seperti sedang berpikir keras bahkan tidak mau bergerak hanya karna tidak ingin mengganggu nya. Sungguh Edgar di buat gemas dengan sikap putra bungsunya.

"Papah akan pergi ke kantor." Ucap Edgar.

"Ikut ya." Pintanya antusias ia tau papah nya bukanlah orang miskin tentu saja bisa dilihat dari rumah nya yang sangat luas dan mewah.

Tempat kerja papah nya pasti gedung bertingkat tinggi dan Alvin ingin sekali melihatnya. Itu pasti akan sangat menyenangkan, dari dulu ia ingin melihat gedung-gedung tinggi di perkotaan.

"Tidak dunia luar berbahaya untuk mu." Balasnya yang membuat Alvin murung.

"Ikut papah." Ucap Alvin dengan sedikit memelas dan juga memaksa, ia tidak ingin menyerah dari dulu ia sangat suka melihatnya dan lagi ia bermimpi ingin menjadi pengusaha yang bisa membangun banyak gedung tinggi.

"Papah bilang tidak ya tidak!" Bentak nya sambil mencengkram bahu Alvin kasar, yang membuat Alvin meringis. Edgar tidak suka anak yang pembangkang, dan lagi putra bungsu nya ini suka sekali membuat nya marah.

"Jangan memancing amarah papah Alvin." Ucapnya lagi dingin.

Alvin mengeluarkan jurus andalan, yaitu mengeluarkan air matanya. Sungguh ia malu jika harus menangis di hadapan papahnya, tetapi ini jalan pintas agar keinginan nya tercapai. Ia tak habis pikir mengapa papah nya bisa marah hanya karna permintaan nya ingin melihat dunia luar. Namun tak lama Jean datang dan duduk tepat berhadapan dengan nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐀𝐋𝐕𝐈𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang