Happy reading...
Pagi harinya matahari tidak bisa memancarkan sinarnya, karna rintik-rintik air hujan yang lebat dan cukup menghambat aktifitas manusia. Angin yang meniup sangat kencang, membuat udara terasa begitu dingin, namun tidak untuk seorang pemuda yang masih setia menutup matanya di balik selimut yang tebal.
Ceklek
Pintu dibuka dari arah luar, Edgar tersenyum tipis melihat wajah damai putra bungsunya yang mampu membuat hatinya hangat. Sudah beberapa jam yang lalu Alvin tertidur karna pengaruh obat bius yang cukup tinggi. Namun Edgar tidak peduli yang terpenting apa yang di inginkan nya selalu terpenuhi.
Edgar sudah menyiapkan segalanya untuk Alvin namun melihat sikap Alvin yang kurang ajar padanya ditambah sikap nya yang keras kepala dan pemberontak membuatnya harus sedikit memberikan pelajaran karna Edgar tidak mau putra kecil nya menjadi pemberontak.
Wajah nya yang menawan tak luntur karna usia, rahang yang tegas dengan tatapan yang selalu mendominasi apapun membuat nya disegani dan ditakuti oleh dunia. Semua orang harus tunduk padanya, begitupun dengan putra kecilnya.
Edgar mendekat kearah putranya mengecup kening Alvin sekilas. Hari ini Edgar tidak akan membangunkan Alvin, membiarkan Alvin tidur terus dalam pengaruh obat bius dan siuman sendiri lebih baik menurutnya. Anggap saja sebagai hukuman.
Tak lupa Edgar juga merantai kaki Alvin supaya tidak bisa kabur saat dirinya tidak di mansion. Saat ini Edgar masih belum menemukan orang yang cocok untuk menjadi pelayan pribadi Alvin. Bahkan tak ada satu pun pelayan yang di ijinkan untuk mendekati kamar Alvin berada.
Dan lagi Edgar juga tidak perlu khawatir tentang musuhnya yang mungkin akan menyerang Alvin kapan saja, karna penjagaan mansion nya yang sudah sangat ketat ditambah lokasi nya yang berada di tengah hutan dan tentunya milik dia sendiri.
"Eungh.."
Alvin mengerjap kan mata nya secara perlahan, kepalanya terasa sangat berat dan pusing. Mungkin karna efek obat bius yang berdosis tinggi. Setelah beberapa detik akhirnya Alvin berhasil menyesuaikan matanya dengan cahaya. Tapi tunggu? Ini dimana tempatnya sangat asing, bukan kah dirinya sedang menemani bundanya yang sedang koma di rumah sakit?.
"Ck" decak nya kesal saat dia ingat dia sedang di culik seseorang yang mengaku papah nya. Dan tentunya orang di balik penderitaan yang ia alami akhir akhir ini.
"Gila cakep bener!" Ucapnya ambigu.
Alvin di buat kagum saat sadar dengan kamar yang di tempatinya, bagaimana tidak barang barang mewah bersusun rapih di sekitarnya bahkan bukan cuman satu. Dan lagi desain kamar ini sama seperti kamar impian nya, banyak action figur kesukaan nya juga disini.
"Gue ga mimpi kan." Ucapnya sambil menepuk pipinya.
Plak, plak!
"Aw, ternyata gua ga mimpi!" Ucapnya lagi saat tepukan yang dia lakukan sendiri terasa begitu sakit.
Alvin melihat keadaan sekitar setelah dikira aman akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari tempat ini. Ya, Alvin harus pergi dari sini, karna ini bukan rumahnya. Dan lagi masih ada Riana yang harus dia jaga, dia tidak bisa hanya berdiam diri di sini.
Niatnya tadi ingin mengambil beberapa mainan lalu kabur karna tidak ingin tinggal bersama orang yang mengaku papahnya. Namun saat ingin mengambil mainan yang sangat Alvin suka dari dulu, ia baru sadar ada yang aneh dengan kakinya. Dan ternyata benar saja, Alvin di buat kaget karna kedua kaki nya yang di pasang rantai.
"Gila si anjing!"
"Apa apaan kaki gua woy bangsat lepas!"
"Sialan babi lo tai!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐋𝐕𝐈𝐍
Genç Kurgu_________ Hanya kisah tentang seorang pemuda yang kehidupan nya berubah setelah bertemu dengan orang yang sama sekali tidak ingin ia temui.. • • • _________ Hai, walcome to my first story! Note 1 : Cerita ini murni hasil pemikiran saya sendiri! Ceri...