p r o l o g

200 32 11
                                    

Alsa sama sekali tidak paham sama jalan pikiran mamanya waktu mengusulkan supaya dia tinggal di apartemen Jeka selama sebulan kedepan liburannya. Alasannya karena keluarga Alsa tidak punya sanak saudara di ibukota.

Maksud Alsa, kan dia bisa sewa kos, sewa rumah, atau sewa apartemen sendiri. Lagian tabungannya juga cukup kok. Ini kenapa dia malah dititipin ke anak temennya? Mau jaga relasi pertemanan kok sampai segininya. Miris sekali.

Mau liburan malah cari mati ini namanya. Sialnya ia tidak bisa melawan mamanya. Ya, kecuali kalau Alsa mau semua akses keuangannya ditutup.

Dan yang bakal tinggal seatap sama dia ini Jeka Alviano loh, cowok bar-bar yang kerjaannya cuma bikin onar di kampus. Mamanya itu tidak khawatir apa anaknya ini diapa-apain?

"Yang diujung kamar gue. Yang dua tuh kosong. Terserah lo mau pake yang mana."

Alsa cuma manggut-manggut waktu Jeka secara ogah-ogahan jelasin soal tiga kamar di apartemennya. Wajar sih, Jeka baru bangun waktu Alsa datang. Kelihatan jelas kalau dia keganggu.

"Kalau butuh apa-apa lo cari aja sendiri," timpal Jeka seraya berjalan kembali ke kamarnya.

"Oke," sahut Alsa datar sembari menatap kamar yang terletak tak jauh dari dapur. Alasan lainnya adalah karena kamar itu tidak bersampingan langsung sama kamar Jeka. Jelaslah, Alsa ogah kalau harus sebelahan sama Jeka. "Gue di kamar yang deket dapur aja ya."

Lelaki itu mengibaskan tangannya di udara dengan cuek. "Terserah."

"Disini gue boleh masak kan?" tanya Alsa lagi.

Jeka yang baru saja membuka pintu kamarnya kembali menatap gadis berambut panjang itu dengan wajah setengah mengantuknya. "Gue bilang terserah. Nanya lagi gue cium lo."

Kedua mata bulat Alsa spontan melotot. Sementara Jeka menatap gadis itu biasa saja. Lelaki itu akhirnya menyandarkan tubuhnya di ambang pintu kamar sambil bersedekap.

"Jangan kurang ajar lo ya." Alsa menunjuknya dengan jari telunjuk sembari mendorong koper miliknya ke kamar. "Lo mau gue laporin ke nyokap gue?"

Jeka tertawa meremehkan. "Laporin sana. Dasar anak mami."

Gadis itu berdecak kesal. "Ihh awas lo ya."

Jeka malah menunjukkan ekspresi tengilnya. Padahal beberapa saat lalu kelopak mata lelaki itu masih susah terbuka. "Awas apa? Awas jatuh cinta sama lo?"

Alsa menarik napas panjang. Sedikit lagi hampir melempar tas tangan yang ia bawa ke kepala Jeka.

"Udah ga usah marah-marah. Beresin tuh barangnya," ledek Jeka.

"Ya udah lo masuk aja! Ngapain disitu?" sungut Alsa.

Jeka lagi-lagi memasang cengiran tidak jelas. "Gak jadi masuk. Ada bidadari lagi kesel. Takut apartemen gue dibakar."

®®

Kuy, ramein aja 😂

Btw, mau lihat yang jadi Alsa?

.

.

Hiyya, mantep ga tuh 🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hiyya, mantep ga tuh 🤣

JEPHOBIA (JK) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang