Alsa menatap kamar tidur yang baru ditatanya dengan wajah puas.
Not bad lah. Kamar ini punya jendela besar yang langsung menghadap ke arah jalanan kota. Dari sini dia bisa lihat logo raksasa Lotte Mart pada dinding mall di depan sana dengan sangat jelas.
Baguslah, Alsa senang karena tidak harus jalan jauh untuk belanja.
Poin kedua yang Alsa suka adalah kamar ini dicat dengan perpaduan tiga warna pastel, ia suka sekali dengan warna-warna pastel. Alsa tebak dulu apartemen ini pilihan mama Jeka. Soalnya menurut Alsa, Jeka itu bukan tipikal orang yang suka memadu-padankan ruangan.
Usai merapikan kamar dan menata baju-bajunya yang tidak terlalu banyak di lemari, gadis itu memutuskan untuk keluar kamar. Sudah hampir jam lima sore, dan dia sekarang lapar. Kayaknya masak mie rebus pakai telur enak.
"Panci dimana ya?" gumam gadis itu sesampainya di dapur.
Soalnya dapur apartemen Jeka benar-benar seperti gua purba yang sudah ribuan tahun tidak disentuh manusia. Wastafelnya saja sampai kering kerontang.
Alsa sampai tidak yakin kalau kompornya masih bisa mengeluarkan api.
"Gimana ambil pancinya coba." Alsa meringis melihat posisi panci yang diletakkan di atas lemari gantung tanpa pintu. Tangan dia tidak bisa mencapai lemari berwarna putih itu.
Sial, jadi pendek memang tidak enak.
Gadis itu mendengus. Ia melihat ke arah sekitar. "Wajan aja juga gak ada. Tuh manusia ke dapur setahun sekali deh kayaknya," gerutunya sekali lagi.
Ia akhirnya mengambil kursi pantry yang terbuat dari kayu dan meletakkannya di depan kitchen set. Tanpa perduli kalau dia cuma numpang, Alsa segera menaiki kursi tersebut. Lagipula tamu adalah raja kan?
Alsa tampak tersenyum senang saat berhasil meraih sebuah panci dari atas sana.
Namun saat satu kakinya baru saja hendak bergerak turun, tangan seseorang tiba-tiba menggenggam betisnya.
"Lo ngapain di dapur gue?"
"Ih jangan pegang-pegang!" Alsa berseru keras.
Serius, mungkin saja ia tidak bakal teriak kalau itu bukan Jeka.
Jeka menjauhkan tangannya dari kaki Alsa. "Awas jatuh. Gue ga tanggung jawab."
Alsa mendengus kesal. Gadis itu buru-buru bergerak untuk turun, yang sialnya kakinya malah terpleset dari pijakan kursi.
Jantungnya seperti meledak detik itu juga saat tangan Jeka meraih pinggangnya. Apa-apaan? Itu menolong atau modus?
Rasanya Alsa mau nyebur ke laut saja sekarang. Ini nih yang namanya sudah jatuh tertimpa tangga.
"Dibilang gak usah pegang-pegang." Alsa mendengus kesal.
"Ya masa lo mau gue biarin nyosor di lantai," sahut Jeka. "Udah hidungnya kecil, kebentur lantai lagi. Kayak tempe penyet lo ntar."
Alsa menggeram pelan. Gadis itu segera melepaskan diri dari dekapan Jeka. Mana Jeka cuma pakai celana pendek. Kesehatan mata Alsa benar-benar terganggu sekarang.
Maksud Alsa, memang laki-laki kalau habis mandi susah sekali ya buat pakai baju?
"Ya udah sana. Ga usah deket-deket. Gue mau masak." Alsa menatap Jeka dengan wajah jengkel.
Jeka tertawa melihat tingkah Alsa. Alih-alih pergi ia malah berdiri sambil melipat tangan di dada, memperhatikan gadis itu dari samping.
"Emang lo bisa masak?"
Alsa menatap Jeka jutek usai mengisi air ke dalam panci. "Menurut lo?"
"Gak."
Sontak Alsa berkacak pinggang. "Lo kenapa sih? Udah sana. Jangan ganggu."
Jeka justru tampak semakin semangat memancing kejengkelan Alsa. "Ga ganggu, Sa. Ini tuh nemenin. Tamu kan harus diperhatiin."
Alsa menyentuh kepalanya yang makin panas dengan kedua telapak tangannya. "Udah-udah. Tolong banget, gue laper sekarang."
"Sini. Udah gue aja yang masakin." Jeka membuka lemari dapur bagian bawah dan mengeluarkan dua bungkus mie instan. Walau tampangnya tidak serius, tapi Jeka sepertinya tidak bercanda soal kata masakin yang dia ucapkan.
"Ga mau. Gue mau masak sendiri." Alsa tetap kukuh di posisinya saat bahu kekar Jeka menyenggol tubuhnya sampai oleng.
"Minggir ga."
"Gak!"
"Gue cium beneran nih lo kalo ga minggir."
"Jeka!"
®®
KAMU SEDANG MEMBACA
JEPHOBIA (JK)
Short StoryJephobia. Merupakan istilah baru yang diresmikan sendiri oleh Alsa Kinandra tepat satu jam setelah Jeka Alviano benar-benar menciumnya. "Sa, apa ketakutan terbesar lo?" "Jeka. Anak temen nyokap gue yang kelakuannya bikin gue sinting."