BAGIAN 8

64 16 0
                                    

wina menatap piring di hadapannya dengan tatapan gusar. dua hari setelah dirinya ditelpon pihak apple corps, ia tak bisa tidur dengan tenang.

berbeda dengan dirinya, regina yang telah mendambakan apple corps sebagai destinasi magangnya tak berhenti membahas kesempatan emas yang datang menghampiri mereka. seperti takdir, kata regina.

lalu apakah wina senang dengan 'kesempatan emas' ini? ya jelas tidak, lah! mana bisa ia senang kalau dirinya berpotensi menghirup udara yang sama dengan hugo si manusia paling dirinya tidak suka seantero jagad raya ini.

"kakak kenapa? kok kayak kurang tidur?"

pertanyaan bunda barusan membangunkan wina dari lamunan. menggeleng sebagai balasan, gadis itu kembali menyantap sarapan yang dibuat oleh sang bunda.

"jangan terlalu tegang, nanti malah kamu bingung waktu interview."

"engga, kok. kakak gak tegang..." jawab wina setenang mungkin; tetapi sayangnya, raut wajah gadis itu tidak bisa berbohong.

"gak tegang gimana, dari tadi aja muka kamu mengkerut begitu!"

belum juga ia menjawab, jiro yang menjawab. "lagi mikirin cara biar gak diterima di sana kali, bun."

perkataan si bungsu barusan tentu membuat ayah yang tengah meminum kopi hampir tersedak.

"kok gitu, nduk?"

"hah engga kok, yah. jiro ngomongnya suka ngaco kok percaya!" wina membela diri meskipun apa yang dibilang adiknya itu sedikitttt ada benarnya.

"kalau kamu gitu nanti kasian kamune nyari tempat magang lain." nasehat ayah dan dibalas anggukan pelan oleh si sulung. "jangan ngangguk-ngangguk aja kamu--"

"ih iya ayahhhh, toh ngapain juga nyusahin diri sendiri kayak gitu. males juga wina nyari tempat magang lagi karena mulai susah..." bohong, dia aja udah mulai nyari tempat magang baru buat jaga-jaga.

melihat keributan kecil yang bisa saja tak akan ada habisnya, bunda menengahi. "udah-udah, kakak interview-nya jam berapa?"

"jam setengah sebelas,"

"banyak berdoa, jawab interview-nya jangan disalah-salahin."

"tuh dengerin, kak!" jiro menimpali, senyum miring tak lupa terpatri di wajahnya. "kan mayan kalo keterima bisa ketemu hugo tiap hari."

"idih males banget?!" jawab wina, setelah itu berdiri dari duduknya. "kakak berangkat dulu, bun, yah."

"regina sudah datang?"

ia menggidikkan bahu. "kakak nunggu di depan aja, biar langsung berangkat."

"inget kata ayah, jangan disalah-salahin jawabannya!"

"gak janji,"


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

anti-fan (on-hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang