Chap 2

5K 651 31
                                    

Suamiku itu orangnya jujur.

Kegiatan pagi pertama yang dilakukan oleh pasutri bermarga Sakusa ini adalah membersihkan dan menata rumah. Maklum rumah baru jadi masih ada sedikit debu yang menempel dan banyak barang-barang mereka yang harus disimpan dan dirapikan.

Sakusa meminta (name) untuk membagi tugas. Dia membersihkan rumah sedangkan sang istri menata barang-barang.

Entah kenapa soal kebersihan Sakusa pasti maju paling depan. Dia bahkan menolak bantuan (name) seolah hanya dia yang sanggup melakukan tugas penting itu.

Begitulah Sakusa. Kebersihan selalu nomer satu untuknya.

(name) hanya mengangguk mengiyakan ucapan sang suami. Daripada berontak dan menjadi istri durhaka lebih baik ia melaksanakan apa yang Sakusa suruh.

(name) lebih dulu selesai dengan tugasnya. Kardus berisi barang yang sebelumnya menumpuk kini isiannya sudah tertata rapi dan menimbulkan kesan indah karena kini rumahnya sudah terisi dengan perabotan rumah dan barang-barang lainnya.

Wanita itu duduk di sofa rumahnya sambil mengibaskan tangannya ke arah wajahnya. "Padahal di luar suhunya mulai dingin tapi aku merasa panas sekali," gumamnya.

Baru saja (name) bergumam seperti itu, Sakusa tiba-tiba menghampirinya dan menaruh kepalanya di paha sang istri.

"Kau lelah?" tanya singkat (name). Sakusa mengangguk sambil menutup kedua matanya menggunakan punggung tangannya.

"Harusnya tadi kita sarapan dulu," ujar Sakusa.

(name) berdehem pelan. "Kau yang memintaku untuk membersihkan rumah terlebih dahulu," balasnya.

Sakusa menghela napas pelan, tanda kalau ia benar-benar sedang kelelahan saat ini. Merasa tak tega, (name) hendak bangun untuk membuat sarapan.

"Aku akan membuat sarapan-"

"Tunggu dulu."

Ucapan Sakusa menahan niat (name). Ia menatap heran pada suaminya yang saat ini masih memejamkan matanya.

"Kenapa? Kau lapar bukan?" tanyanya.

Sakusa menjawab, "Biarkan aku seperti ini untuk beberapa waktu."

Mendengar ucapan itu membuat wanita itu tersenyum kecil. Ia mengusap lembut surai hitam Sakusa sambil bergumam.

"Kau sudah berusaha yang terbaik, Omi-kun."

***

"(name) apa tanganmu bersih?? Jangan sampai rambutku kotor karena-"

"Aku sudah mencuci tanganku."

"Ohh... Baguslah."

"Kenapa? Kau takut tanganku masih kotor?"

"Ya."

"Kau ini terlalu jujur."

"Kenapa? Bukannya bagus?"

"I-iya bagus tapi... Ah sudahlah lupakan."

"Hm?"

Bisa tidak dia beralasan sedikit saja?!

Tapi terkadang kejujurannya membuatku kesal.

TBC

My Husband {Sakusa Kiyoomi}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang