Semilir angin seakan menyapa kehadirannya. Seolah akrab, lelaki itu tak merasa terganggu. Bahkan ketika rambutnya ikut bergerak asal tak tentu arah.
"Tidak akan ada hujan hari ini." cetus lelaki itu.
Lawan bicaranya bergeming. Tetap menatap lurus kearah pantai. Sama sekali tak mengindahkan keberadaan sosok disampingnya.
Tak peduli diabaikan, lelaki itu tetap melanjutkan ucapannya.
"Sesekali, hangatnya mentari perlu dinikmati juga."Masih bermonolog, lelaki itu ikut duduk disamping perempuan yang sejak tadi ia ajak bicara. Diatas batang kayu besar, mereka sama-sama menatap lurus ke hamparan pantai.
"Ck, aku bicara dengan manusia atau batu." gerutu lelaki itu pelan.
Sama seperti sebelumnya, tetap tidak ada sahutan. Bahkan helaan napas pun tak terdengar. Mengingat hal itu, lelaki tersebut langsung menoleh cepat kesamping kanannya.
'Jangan-jangan perempuan ini tidak bernapas.' pikirnya.
Niat ingin memperhatikan perempuan ini bernapas atau tidak, lelaki berbandana hitam itu justru terhanyut oleh paras perempuan disampingnya.
Beberapa hari terakhir, ia hanya bisa memandang dari jauh. Namun sekarang tidak lagi. Bahkan saat ini ia dapat melihat tiap detail wajah perempuan yang cukup membuatnya penasaran akhir-akhir ini. Menatapnya begitu dalam, ia seakan-akan seperti tersihir.
Masih terhanyut, ia mulai mendeskripsikan sosok perempuan cantik disampingnya dalam diam.
Rambutnya yang panjang dan sedikit bergelombang dibiarkan terurai. Bulu mata yang lentik terlihat begitu serasi dengan alisnya yang tidak begitu tipis namun juga tidak terlalu tebal. Hidung kecil yang bangir serta bibir mungil merah muda terlihat begitu sempurna dimata lelaki itu.
Serta yang paling menarik adalah matanya. Iris mata berwarna biru laut begitu indah dan terlihat teduh, akan tetapi seperti menyihirkan. Lantas, lelaki itu menjadi penasaran. Bagaimana rasanya jika ditatap langsung? Apa ia benar-benar akan tersihir?
"Kala!"
Terlalu sibuk mengagumi, lelaki itu sampai tidak sadar ada seseorang yang sedari tadi menyerukan namanya.
Sentuhan di bahu dan seruan pelan akhirnya menyadarkan lelaki yang diketahui bernama Kala. Ia menoleh dan terlihat cukup terkejut.
"Ibu?"
Sosok yang dipanggil Ibu tersebut menatap Kala lembut lalu menghela napas pelan.
"Sepertinya ombak menenggelamkan suara Ibu." ucap Ibu.
Kala meringis. "Daritadi Ibu memanggil Kala?"
Pertanyaan yang sebenarnya tak perlu ditanyakan.
Mengambil posisi disamping kiri putranya, Ibu ikut duduk diatas batang kayu besar.
"Kekagumanmu terhadap pantai sepertinya tak pernah berubah ya, Kal." Ibu menoleh sebentar pada putranya, lalu kembali menatap ombak.
Kala memang sangat menyukai pantai. Dibesarkan disana lantas tak membuatnya bosan sedikit pun. Namun, kali ini kekagumannya tergantikan untuk hal lain. Perempuan yang tadi—
"Hah?! Dia pergi kemana, Bu?" Kala terkejut saat ia menoleh ke kanan. Tempat yang diduduki perempuan tadi sekarang kosong.
Ibu terlihat heran, "Dia siapa, Kal?"
"Perempuan cantik tadi, Ibu tidak melihatnya?" Masih dengan wajah terkejut Kala mencoba mencari dengan matanya.
Ibu tersenyum menahan tawa.
"Ibu kesini memanggil Kala untuk makan siang. Sepertinya putra Ibu benar-benar lapar, ya?""Ibu... Kala serius. Tadi ada perempuan cantik yang duduk disini." ucap Kala berusaha meyakinkan Ibunya.
"Lalu, sekarang dimana perempuan cantik itu?" tanya Ibu.
Kala terdiam. Ibunya malah menanyakan hal yang menjadi tanda tanya besar di kepalanya saat ini.
Apa ia hanya berhalusinasi? Tapi tadi terlihat sangat nyata.
Atau jangan-jangan... hantu? Ah, bahkan perempuan itu terlalu cantik untuk disebut hantu.
Lagi-lagi sentuhan dibahunya menyadarkan Kala.
"Kalau sudah ketemu, jangan lupa ajak si Cantik untuk makan siang dirumah ya." Ibu tersenyum geli melihat putranya. Setelah menepuk pelan bahu Kala dua kali, Ibu beranjak dari tempatnya.
Meninggalkan Kala yang masih terdiam dengan segala pertanyaan dibenaknya.
• • •
a/n :
hi!
long time no c hehe
ga berharap banyak sama cerita gajelas ini, cuma pengen satu; harus sampe tamat.
HAHAHA, sgt susah konsisten fwend🌬
segitu dulu deh.
see u on next chapter ya.
ASAP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusi
Fantasy[SF2] Sosoknya nyata. Dia benar-benar ada. Lantas, mengapa tidak ada yang percaya? • • • • Start : July 14, 2021 Finish : copyright©2021, sunclvudii