"Han Anna.. iya, itu namaku, kan, Eomma?" gadis dengan bando putih itu memastikan namanya sendiri. iPad yang ia pegang bergetar karena tangannya gemetaran. "Yaa.. Anna, itu namamu, kenapa?"
"Kalau begitu.."
"Aku diterima di SMU Wang.. aku.. aku.." Anna mengulum senyum. Senyum kemenangan. Tak sia sia ia belajar 9 tahun lamanya untuk masuk sekolah favorit itu. Han Anna mengucap syukur berkali kali, seolah tak berujung.
"Hari pertama masih satu bulan lagi, tapi aku sudah tak bisa menunggu semenit pun." Han Anna melonjak senang. Eomma tersenyum tipis.
...
Sebulan kemudian..
"Han Anna! Ireona! Sudah hampir terlambat," ujar Eomma. Han Anna langsung terkesiap. "Jinjja? Ah, Eomma selalu bercanda. Ini baru pukul 05.00, tapi tak apalah. Aku akan bersiap siap." Han Anna tersenyum lebar.
Seragam sekolah itu dominan berwarna tan, warna cokelat muda, pastel. Warna yang pas untuk dipakai Anna. Ia mematut dirinya di depan cermin. Ia benar benar apik dengan pakaian yang memang cocok dikenakannya itu.
Ia juga menabung untuk membeli tas baru, fjalraven kanken, tas yang sempat naik daun itu. harganya cukup mahal, membuatnya harus menabung beberapa bulan. Tapi tak apa. Lihatlah penampilannya sekarang. Blus biru tua dengan name tag hangeul, Han Anna, rok berwarna tan dan aksesori seperti bando dan gelang. Ia tampak sempurna.
Letak SMU Wang tidak terlalu jauh, paling hanya 5 menit berjalan kaki. Namun hari itu, Han Anna menaiki sepedanya. Tidak bagus benar, yah, tapi cukup membuatnya tampak sempurna. Hari itu, segalanya harus sempurna.
Tapi, sesempurna apapun manusia, itu bukanlah kesempurnaan abadi.
...
Sementara itu, di tempat lain..
"Soo Ji, kalau memang itu maumu, aku tak bisa melawan apa apa. Kamu ... sudah menjadi bagian dari keluarga ini."
"Ya, itu keinginanku. Pergi jauh jauh dari sini!" yang bernama Soo Ji berseru. luapan kemarahan atas kematian ayahnya yang tidak ia kehendaki. "Soo Ji!" pria itu berusaha menahan Soo Ji pergi, namun Soo Ji lebih gesit darinya.
Soo Ji memanggil supirnya, mengebut. Kecepatan penuh, Myeongdong Street. Seorang gadis sedang tersenyum menatap jalan, bahagia. Mobil itu dengan buas menabrak seorang gadis SMU, ya, dia adalah Han Anna.
...
"Mm.. dimana aku?"
Han Anna bertanya lirih. Ibunya terlonjak, antara bahagia dan sedih. Han Anna mencium bau khas, rumah sakit. Ia merasa tak perlu banyak bertanya. Ia mencoba duduk, masalahnya adalah, kakinya tak bisa bergerak.
"Yaa.. Eomma.. kakiku tak bisa bergerak." Ujarnya panik. "Eomma, aku kecelakaan, bukan? Eomma, apa aku koma setelah pingsan? Sepertinya iya. Eomma.. kakiku tak bisa bergerak, jangan bilang.."
Matanya membulat. Wajah ibunya kontras sekali, ya. Han Anna perlahan terisak. Menutup wajahnya. Menangis sesenggukan.
Ia ingin hal itu tidak pernah terjadi, dan di satu titik ingin mengulangnya kembali. "Siapa.. siapa yang.." Han Anna bertanya lirih. Antara kesal dan marah. Dua orang masuk. Satu adalah pria paruh baya, dan satu lagi anak muda, sepertinya juga SMU.
"Kudengar kau sudah siuman, Han Anna-ssi?" yang muda bertanya. Anna mengatupkan rahang. "Kau.. pasti yang telah menabrakku, kan?" Anna menoleh, ia tak bisa duduk sekalipun dia mau.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐀𝐋𝐊𝐋𝐄𝐒𝐒 𝐄𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 // 𝙨𝙪𝙣𝙛𝙡𝙤𝙬𝙚𝙧𝙨𝙩𝙚𝙥𝙨
RandomKau tahu? Aku tidak terbiasa menulis cerita yang ringan. Rasanya mengganjal ketika aku menulisnya, seolah cerita ini tidak akan menyenangkan. Tapi kemarin-kemarin aku menyadari, ada beberapa orang yang menyukai cerita jenis ini. Jadi, baiklah. Aku a...