23.PDKT
Azeela memang sangat mendukung Arsa agar bisa kembali bersama Laya hanya saja dia tidak menyangka akan melihat tingkah menggelikan dari Ayahnya. Azeela tau dengan baik seperti apa kepribadian Ayahnya karena itulah melihat Arsa yang bertingkah layaknya remaja yang sedang puber sangat mencengangkan baginya. Ini tidak seperti Papa yang dikenalnya.
Selain Azeela, Laya dan Ezar sepertinya hanya Arsa sendiri yang tidak malu dengan kelakuannya saat ini. Jika mereka ada di dunia kartun mungkin saat ini bola mata Arsa sudah berubah bentuk love.
Azeela dan Ezar hanya bisa mengernyit geli dengan kelakuan Arsa tapi Laya benar-benar merasa malu. Tolonglah, mereka bukan remaja lagi bahkan sudah memiliki dua anak remaja jadi haruskah Arsa bersikap seperti ini?
Saat hanya berdua saja Laya merasa malu ketika Arsa berusaha melakukan PDKT nya itu apalagi jika Arsa melakukannya di depan kedua anak mereka. Laya rasa wajahnya sudah sangat merah.
Laya yang dulu tidak pernah sekali pun diperlakukan baik oleh Arsa tentu merasa sangat canggung dengan semua kelembutan Arsa saat ini. Laya juga sama sekali tidak memiliki pengalaman dengan pria. Satu-satunya pria yang pernah berhubungan dengannya hanya Arsa. Rasanya malu sekali di usianya sekarang dia baru merasakan apa yang biasa terjadi pada anak yang beranjak dewasa terhadap lawan jenisnya.
Bukan karena Laya benci, sungguh dia tidak pernah membenci Arsa. Sejahat apa pun Arsa padanya, Laya tidak akan pernah sanggup membenci Ayah dari anak-anaknya. Laya hanya merasa kecewa dan rendah diri.
Ezar buru-buru menghabiskan sarapannya karena tidak sanggup lagi melihat tingkah konyol Arsa yang terus saja cari perhatian pada Laya. Arsa yang terus menatap Laya saat dia mengunyah makanannya sama sekali tidak sungkan mempertontonkan pemujaannya terhadap Laya.
"Ma, Ezar main dulu" pamitnya berdiri.
"Mau main keman Zar?" tanya Arsa mencegah kepergian putranya.
Meski kesal tapi Ezar juga merasa lega akhirnya Arsa sadar jika ada orang lain juga di ruangan ini selain dirinya dan Laya.
"Kontrakan" jawab Ezar singkat.
"Besok-besok aja main kesananya. Papa mau ngajakin kalian jalan" kata Arsa yang sudah menyusun banyak rencana di kepalanya.
"Kalian aja" sahut Ezar.
"Kita Ezar. Papa pengen bisa menghabiskan waktu sama kalian, Zee setuju kan?" Arsa menoleh pada putrinya, berusaha mencari dukungan.
Azeela langsung mengangguk setuju. "Zee mau Pa. Mama ikut ya. Zee sudah lama banget pengen kayak teman-teman Zee yang bisa jalan-jalan sama keluarga lengkapnya" pinta Azeela menatap Laya penuh harap.
"Lo sendiri dulu yang malu sama Mama makanya gak bisa kayak teman-teman lo" cetus Ezar sinis membuat Azeela dan Arsa terdiam.
"Ezar" tegur Laya menggeleng memperingatkan putranya agar tidak perlu lagi mengungkit masa lalu.
Azeela menunduk, kedua matanya berkaca-kaca. Dia tidak marah atas perkataan adiknya karena yang Ezar katakan memang benar. Yang salah adalah dirinya sendiri yang sudah jahat pada ibu kandungnya sendiri. Sama seperti Azeela, Arsa juga merasakan hal yang sama. Ezar hanya mengatakan kenyataan atas sikap buruk mereka di masa lalu. Melupakan jauh lebih sulit dari memaafkan.
Laya bangkit dari duduknya menarik Azeela dalam pelukkan. Laya sangat tau jika Azeela sudah berubah, putrinya sangat menyesali atas sikapnya dulu. Laya tidak pernah menyalahkan Azeela atau pun marah padanya, saat itu Azeela hanya anak kecil yang tidak mengerti atas tindakannya.
Ezar sendiri tampak sangat menyesali ucapannya barusan, bukan dia sengaja ingin menyerang Azeela dengan mengungkit masa lalu. Ezar juga tidak merasa dendam atau benci dengan Ayah dan Kakak perempuannya itu seperti yang telah diajarkan Ibunya selama ini. Ezar hanya tidak bisa menahan perkataannya yang terucap begitu saja. Melihat Azeela yang menangis dalam pelukan Laya saat ini membuat Ezar menyesal dan merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK PEARL✔️ (DITERBITKAN)
Literatura FemininaLaya sadar jika dia tidak pantas bersanding dengan Arsa tapi gadis itu tidak dapat menolak permintaan Anwar untuk menerima perjodohan dengan putranya itu. Anwar adalah malaikat penolong saat Laya hampir berakhir di rumah bordil krn hutang pada rente...