REVISI KE 3
Setelah mikir cukup lama, ini memang karya pertama yang penulisannya ancur + story linenya amburadul. Karena itu perlu pengoreksian lanjutan biar lebih nyaman di baca dan mudah di pahami. Banyak banget kesalahan kayak tanda baca yang pen...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu pesan sudah Hanbin kirimkan kepada nomor kontak Lisa. Ia meminta gadis itu untuk menunggunya di tangga darurat apartemen. Sementara ia baru saja masuk kedalam lift dan langsung menekan tombol naik kelantai atas, ia berencana masuk ke tangga darurat dari lantai atas dan tadi meminta Lisa masuk dari lantai bawah. Jadi orang tidak akan ada yang curiga.
Sesampainya diatas Hanbin bergegas keluar lift dan berlari kearah pintu tangga darurat.
Cklekkk
"Lisa-ya?"
Hanbin tak mendapati sahutan apapun, hanya ada punggung yang terlihat duduk di anak tangga terbawah. Itu jelas-jelas Lisa. Senyumnya kian mengembang, dengan langkah kaki yang sedikit cepat demi mendekati gadis itu.
"Oppa, sebaiknya jangan terlalu dekat."
Hanbin spontan berhenti kala mendengar ucapan Lisa.
"K-kenapa aku tidak boleh mendekat?"
Tubuh yang terduduk itu kemudian beranjak bangun dan berbalik menghadap pada Hanbin di balik tubuhnya.
"Pasti terjadi sesuatu kalau kau mendekat. Apa yang ingin kau bicarakan? Sebaiknya katakan dengan singkat, aku sedang terburu-buru!"
Sekelebat ekspresi kecewa jelas terpancar di wajah tampan itu. "Kita baru bertemu lagi setelah dua minggu, lalu kau melarang ku untuk mendekatimu. Sebenarnya kenapa? Apa kau seperti ini karena terburu-buru ingin mengunjungi teman priamu itu? Eoh!"
Lisa menghela nafas pelan dan mengedipkan matanya malas. "Jika iya, lalu masalahnya denganmu apa?"
"A-apa?" Tentu saja jawaban itu mengejutkan Hanbin. Di tambah Lisa yang berulang kali membuang wajah seolah enggan bertatapan lama-lama dengannya. "Tentu saja aku tidak menyukai itu. Sebaiknya, jangan pergi!"
Sekali lagi Lisa menarik napas panjang lalu menghembuskannya jengah.
"Oppa?"
"Ya?"
"Apa menurutmu ini tidak berlebihan?" Gadis itu kini menatapnya tajam.
"B-berlebihan bagaimana?"
"Aku tidak pernah mencampuri urusanmu, bahkan kau mau bertemu siapa, melakukan apa, bersenang-senang dengan siapapun aku juga tidak akan pernah peduli dengan itu. Lalu kenapa kau melarang ku untuk bertemu dengan teman-temanku?"
"Aku hanya berusaha untuk—"
"Bertingkah lah seperti biasa. Seperti kita yang selalu berteriak satu sama lain, saling mengganggu, dan berbicara kasar layaknya seorang teman yang tumbuh bersama. Tolong! Seperti apa yang pernah kau bilang, bukankah sajangnim sudah mencurigai kita seperti kita sedang berkencan? Kau juga tau kan itu tidak benar? Tidak, bahkan seharusnya kau bisa menjaga batasan antara teman. Aku tidak ingin seperti teman wanita mu yang lain, yang bisa kau perlakukan manis seperti kucing-kucing lucu bagimu. Lakukan saja itu dengan mereka, kau bebas memeluknya, menciumnya atau bahkan melalukan hal yang lebih jauh dari itu."