14 :: Warmest Hug🧸

599 129 30
                                    

"Mas Nicho!"

"Dalem, sayang?"

Ngedenger jawaban itu bikin cowok manis yang pagi ini moodnya lagi bagus semakin senyum lebar. Dia selalu suka tiap Nicholas nunjukin sisi lembutnya khusus buat dia. Jauh beda sama dulu saat cowok itu di mode senggol-bacok khasnya, ala tukang tawuran banget. Nicholas semakin jinak. Bahkan di teras depan rumah Eyang ini aja beberapa kali dia nyapa orang desa yang lewat, ngejalanin rutinitas pagi mereka ke ladang masing-masing atau sekedar ke pasar.

"Mas udah sembuh?" ia berjinjit mengusap rambut basah pacarnya. "Ih pagi-pagi keramas. Ndak kedinginan po?"

"Ya dingin atuh Dek. Habisnya Mas bau minyak telon gara-gara semalem. Yaudah mandi," jawabnya apa adanya. Semalem waktu Hanbin tau dia sakit, sekujur badannya bener-bener dibalurin minyak tanpa ampun. Bisa dibully Jake apalagi Jay kalo tau bentukan dia semalem.

"Mas lagi cari sinyal nih. Besok balik ke Jogja yuk?"

"Kenapa buru-buru? Ndak kangen Eyang sama Ibu?"

"Bukan gitu. Mas lagi cari kerja. Beberapa hari lalu udah apply, sekaligus aku dapet sekitar dua penawaran gitu. Cuma belum aku buka linknya. Liat nih," layar hpnya disodorin. "Cuma muncul dinosaurus nge-glitch."

"Humm? Mas cari kerja lagi?"

"Mhm. Buat nafkahin kamu. Selagi Mas bisa ya pasti akan cari kerjaan yang penghasilannya lebih gede. Biar kamu sama anak-anak kita nanti bisa hidup enak." kepala cowok yang lebih pendek darinya diusap lembut. "Tunggu sebentar ya? Nanti kalo Mas udah mapan baru deh."

"Hihi makasih! Aku gak cuma nunggu, tapi juga nemenin sampeyan. Lagian kita masih muda. Pacaran aja dulu, puas-puasin. Nanti kalo udah punya anak katanya bakal ribet loh..."

"Kan bisa pacaran sama anak-anak."

"Iya kalo anaknya ndak banyak!"

"Emang kamu pengen berapa hm?"

"Emm pengen punya kembar. Bisa ndak ya?🤔"

"Custom dulu nanti"

"Lah piye carane? Iso po?"

"Bisa. Mas jago urusan begituan. Nanti Mas ajarin"

"Beneran??!!"

"Heem," jawabnya ngawur sambil nyubit ringan hidung pacar mungilnya. Biasanya polos, giliran bahas anak entah kenapa jadi excited gini.

Tubuh itu dia tarik ke pelukannya. Sesekali kecupan gemes dilayangkan di pipi atau puncak kepala. Beralibi kedinginan dan masih demam, yang lebih muda nurut aja saat pacar jangkungnya itu dusel-dusel manja di ceruk leher. Lovey dovey pagi-pagi di teras nggak papa kan? Paling cuma diprotes sama kebo yang lewat depan rumah. Ato nggak ya dikepoin sama tetangga. Tapi bodo amat lah, toh mereka emang pacaran. Khas orang pedesaan kan memang begitu. Saking ramahnya sampe nyerempet kepo. Yoi nggak?







.



"Jakey...."

Sunoo nusuk-nusuk dada Jake yang masih molor di sebelahnya. Jake itu kebo. Itu yang Sunoo tau. Mana hidungnya jadi merah kalo kena dingin begini. Udah kayak kebo, anoa pula. Sunoo bingung dia macarin makhluk apaan.

"Hm? Kenawhy you colek-colek chest I? You don't want to menyusu di I kan?"

Suara serak Jake kontras sama kalimatnya. Kalo aja Jake sedikit lebih normal, pasti kesannya bakal sexy.

"Gak gitu!" Sunoo mengigit bibirnya sambil mainin selimut.

Jake sama Sunoo tidur bareng di kamar lama Jake dulu. Awalnya pengen Jake sama Nikol biar Sunoo sama Hanbin aja. Kan belum muhrim gitu kalo bareng pacar. Tapi kata Eyang, "Mboten nopo-nopo le... Lak lumayan to koyo liburan nang puncak. Adem-adem ngene hawa ne apik."

(Nggak papa le... Kan lumayan toh kayak liburan di puncak. Dingin-dingin gini hawanya bagus.)

Gitu.

Soalnya Eyang kan presiden Nichobin-Jakenoo stan.

"Jake... Dingin. Mau yang kayak semalem."

Ini efek samping yang paling Eyang harapkan. Maksiat.

"You really want this hm? Did you enjoy it?" Jake berpindah mengungkung Sunoo yang makin degdegan, nyesel minta. Jake balik ke mode waras, dimana mode itu——plus accent Aussie dan suara serak khas bangun tidurnya——beneran bencana buruk buat kewarasan Sunoo.

"Eumm i-iya——mmhh Jakehhh"

Rambut cokelat si anoa——eh, Jake——diremes main-main setiap bibir lembab cowok itu menjelajahi lehernya. Ngasih cupang sebanyak mungkin. Kalo ketauan bilang aja nyamuk.

Ide ini murni dari kepala Jake yang semalem nggak tahan liat Sunoo menggigil kedinginan. Yaudah berbekal pengetahuannya selama hiking alias kalo dingin biasanya orang di gunung sana akan pelukan dengan keadaan telanjang untuk berbagi kehangatan. Nah, ilmu dasarnya kan pelukan doang. Tapi profesor Sim Jake, Bdh.Gblk menginovasikan dengan ditambah cupangan. Gitu.

Padahal minyak kayu putih di meja deket kasur belum pensiun.


"Jakehhh.... D-Dingin mmhhh, shh dinginhh"

Suhu tubuhnya naik saat daun telinganya dikulum sensual, ditambah pergerakan tangan yang handal di kulit perut dan dadanya. Gila. Betulan gila. Senikmat ini jelas aja maksiat termasuk dosa paling sulit dihindari.

Jejak kemerahan di permukaan kulit seputih susu miliknya makin terlihat banyak. Leher, selangka, dada, hingga turun ke perut pun ada. Sejauh ini hanya sapuan ringan di dada, menekan dan memilin belum berani ia lakukan. Senikmat apapun yang mereka lakukan sekarang, sebagian akal sehat mereka masih aktif memerintah bahwa mereka belum pantas untuk melakukan lebih dari ini.

"Shh nghhh..."

"Okay cukup. Aku takut kelepasan."

"Uhh d-dingin. Peluk, Jake, peluk..."

"Begini hm?" Jake tersenyum jail di sela-sela mengecup ringan tengkuk Sunoo yang meringkusnya di pelukannya. "I have a great idea. How if... Kita nanti habis nikah tinggal di daerah sini aja. We can do it everyday, yeah mengingat udara di sini selalu dingin kan?"

Plakk!


"Mbah mu kui! Kono do it with sapi bapakku!"













.




Closer to the end....

agnimaya; nichobin ft. enhypen✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang