Situasi politik di Clantonville sedang tidak baik-baik saja sejak tiga bulan terakhir. Kejadian ini disebut-sebut sebagai reformasi gagal pasalnya setelah satu tahun pergantian presiden, pemerintahan Clantonville bukannya semakin sejahtera justru semakin tak terkendali. Terlebih dengan adanya media yang melebih-lebihkan, membuat orang-orang yang berada di gedung putih kewalahan. Mulai dari penyalahgunaan kekuasaan hingga korupsi yang memakan lebih dari 3 triliun uang milik rakyat. Kasus ini membuat masyarakat geleng-geleng kepala pasalnya sebelum pemerintahan Cho Jaewook tak pernah ada kasus separah ini.
Yang masyarakat ketahui adalah terjadinya kasus ini dikarenakan pemerintahan Cho yang tidak disiapkan dengan baik untuk menghadapi hal-hal semacam ini hingga kecolongan. Atau memang ada sesuatu yang mereka rencanakan untuk menghabiskan uang rakyat. Hanya asumsi namun berhasil membuat para petinggi kewalahan karena mereka sudah mencoba melakukan yang terbaik. Namun memang sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Orang-orang dalam partai pendukung Cho Jaewook menduga bahwa ada oknum yang sengaja masuk untuk menghancurkan reputasi presiden Cho.
Pria berusia 52 tahun itu menampakkan raut lelahnya ketika akhirnya dapat menginjakkan kakinya di rumah pribadinya yang terletak cukup jauh dari gedung putih. Setelah hampir satu bulan tak dapat kembali ke rumah pribadi lantaran banyak wartawan berjaga di depan gedung, presiden Cho memutuskan untuk tinggal sementara waktu di rumah dinasnya. Perasaan was-was selalu menghinggapi dirinya karena tak sampai hati meninggalkan putri semata wayangnya sendirian. Selepas kepergian istrinya satu tahun lalu, ia memang selalu menyempatkan dirinya untuk selalu pulang ke rumah.
Beruntung hari ini dirinya dapat tiba di rumah pukul 4 sore. Bibirnya menyunggingkan senyum otomatis ketika melihat putrinya sedang membaca di taman belakang. Taman bunga yang sengaja dibuat disana merupakan tempat favorit mendiang istrinya setelah dapur tentu saja. Dengan langkah santai, Cho Jaewook menghampiri putrinya yang terlampau fokus hingga tak menyadari kehadirannya. "Selamat sore, tuan putri"
Gadis dengan rambut pirang menyentuh punggung itu sontak berbalik dan tersenyum manis melihat sosok ayah di belakangnya. Segera ia tutup buku di pangkuannya setelah melesakkan pembatas buku di dalamnya. Gadis itu menggeser tubuhnya bermaksud mengundang sang ayah untuk turut duduk bersamanya. Sesaat setelah sang ayah duduk, gadis berusia kisaran 22 tahun itu tersenyum tipis melihat raut lelah ayahnya. "Ayah pasti lelah", gumamnya seraya bergerak memijat lengan sang ayah yang masih dibalut jas formalnya.
Presiden Cho tersenyum seraya mengusap sayang rambut putrinya. "Sangat lelah, tapi ayah tidak lupa dimana rumah ayah", jawabnya.
Menginjak usianya, gadis itu teramat paham dengan kewajiban dan tanggung jawab yang diemban sang ayah, jadi ia sadar diri dan tak menuntut banyak hal dari sang ayah. "Dimana Jungkook?", tanya Cho Jaewook pada putrinya yang mendadak menghentikan pijatan di lengan pria paruh baya itu. Gadis itu kemudian mengendikkan kepalanya, "Aku menyuruhnya untuk beristirahat", jawabnya tenang namun mengundang kernyitan di kening ayahnya. "Sayang, ayah memperkerjakannya untuk menjagamu, bukan untuk beristirahat"
"Ayah, aku tidak perlu dijaga saat ini. Aku hanya duduk membaca buku, tidak ada ancaman apapun. Aku yakin penjagaan di luar sangat bisa menghalau siapapun yang ingin masuk".
Pria tua yang rambutnya mulai memutih di beberapa bagian itu kemudian hanya bisa menghela nafas pasrah. Putrinya benar, dan ia tak memiliki argumen untuk putrinya yang memang akan selalu menang dalam perdebatan. "Lalu bagaimana kuliahmu, sayang?"
"Baik, aku semakin sibuk, semakin lelah. Tapi aku menyukainya"
Cho Jaewook jelas tahu sebesar apa keinginan putrinya untuk menjadi seorang pengacara hingga melanjutkan studinya dengan mengambil jurusan hukum. Sejak kecil putrinya memang sudah tumbuh di lingkungan politik, tak ia sangka putri kecilnya justru menyukainya. Disaat gadis seusianya senang bermain-main dengan teman dan kekasihnya, Cho Yoongi justru sibuk berkutat dengan koleksi buku-bukunya di perpustakaan yang ia bangun khusus untuk putri kesayangannya. Membuatnya tak perlu khawatir perihal pergaulannya, namun tetap saja gadis kecilnya membutuhkan perlindungan ekstra karena tumbuh di lingkungan politik yang kejam.
"Sesekali ajak jungkook untuk berlibur"
"Bukannya menyuruh mengajak berlibur bersama teman, ayah malah menyuruhku mengajak jungkook?", tanyanya dengan senyum tipis di wajah polos tanpa make up nya.
Tak ayal sang ayah tertawa, "Ayah percaya dengan jungkook. Dia pria yang baik, bukan?"
Yoongi mengangguk santai, "Ehm, dia pria yang baik".
Cho Jaewook mengangguk puas. Pilihannya tak pernah salah. "Baiklah, ayah harus mandi setelah itu kita makan malam bersama", ucapnya yang dibalas anggukan oleh yoongi.
Selepas ayahnya pergi masuk ke dalam rumah yang lebih cocok disebut mansion itu, yoongi kembali melanjutkan kegiatannya membaca buku dengan tenang. Sesekali menyelipkan helaian rambutnya di belakang telinga karena angin nakal yang mencoba membuatnya berantakan namun sama sekali tak mengganggunya. Angin semilir sore adalah favoritnya, tenang dan menyegarkan. Hingga lagi-lagi kegiatannya diinterupsi oleh suara berat yang tak lagi asing di rungunya berasal dari belakang tubuhnya.
Yoongi menoleh dan mendapati jungkook, bodyguardnya menghampirinya dengan raut wajah datarnya. Gadis itu menaikkan sebelah alisnya seolah bertanya. Pria yang berbeda beberapa tahun di atasnya itu pun tak menunjukkan ekspresi yang berarti. "Nona harus masuk, di sini mulai dingin. Nona bisa sakit", ucapnya. Lagi-lagi yoongi hanya mengangguk, "Sedikit lagi". Kemudian yoongi segera menyelesaikan bacaannya tanpa mengira bahwa jungkook masih berdiri di belakangnya. Matanya tajam menatap lurus pada objek di depannya. Tak mengalihkan pandangan barang sedetik pun. Bahkan hingga gadis Cho itu berdiri dan berbalik, menatapnya aneh. "Kenapa menatapku seperti itu?", tanyanya.
"Saya selalu menatap anda untuk memastikan keamanan anda", elak jungkook meski memang benar apa yang ia katakan. Namun jelas bukan itu maksud pertanyaan gadis itu dan jungkook tahu. Di tempatnya, yoongi hanya mengangguk kemudian melewati jungkook untuk masuk ke dalam rumah. Bagi jungkook yang baru bekerja selama 6 bulan, Cho Yoongi itu seperti laut yang surut. Tenang bahkan terlampau tenang namun kita tidak bisa menebak apa yang terjadi di dalamnya dan apa yang akan terjadi.
Tanpa kata, jungkook turut masuk ke dalam, berniat menuju paviliun tempatnya beristirahat yang terpisah dari mansion ini. Berniat membersihkan diri jika saja ponsel yang ia simpan di saku celana bahannya tak bergetar, menandakan pesan masuk. Nama gadis itu muncul di layar. Tolong segera ke kamarku. Tak membalas, jungkook memutuskan segera menaiki tangga melingkar yang akan mengantarkannya menuju kamar yoongi yang terletak di ujung. Satu hal yang jungkook sukai tentang gadis itu. Sebagai putri seorang presiden, orang penting di negara ini namun yoongi adalah pribadi yang anggun dan sopan. Selalu mengucapkan tolong, maaf dan terima kasih padanya. Padahal jika dilihat dari luar, gadis itu terlihat cukup dingin. Seperti yang jungkook katakan, gadis itu terlalu abu-abu baginya.
Ia angkat tangannya untuk mengetuk pintu di depannya beberapa kali hingga suara dari dalam mempersilahkannya masuk. "Ada yang bisa saya bantu, nona?"
Gadis itu sudah berganti pakaian. Dengan dress satin berwarna abu-abu yang memiliki tali setipis spageti yang dipadu dengan kaos putih berlengan pendek, gadis itu duduk di atas ranjangnya memberi isyarat agar jungkook duduk di kursi yang tersedia di samping ranjangnya. "Besok malam akan ada acara ulang tahun Choi Yeonjun, putra mentri pertahanan. Aku yakin kau sudah dengar. Temani aku, tapi jangan membawa terlalu banyak pasukan", ucapnya tenang. Matanya sedari tadi fokus dengan kuku yang saat ini sedang ia cat berwarna hitam.
Jungkook mengangguk, "Baik nona. Apa ada lagi yang ingin nona sampaikan?"
Yoongi menarik nafas panjang sembari menelengkan wajahnya, berpikir. "Itu saja. Terima kasih, dan—"
Jungkook mengernyitkan keningnya karena yoongi tak kunjung melanjutkan ucapannya. "Dan apa nona?"
"Eum—tidak. Terima kasih", ucapnya final dengan senyum tipis yang nyaris tak terlihat. Jungkook sendiri tak bisa melakukan apapun selain pamit dan berbalik meninggalkan kamar dengan nuansa peach ini.
Setelah pintu tertutup, yoongi melanjutkan kegiatan mengecat kukunya dengan pikiran yang bercabang. "Jeon Jungkook", gumamnya.
To be continue.
selamat datang di athena, dewi yang bijaksana dan penyusun strategi yang handal. seperti biasa suka banget sama karakter cewe yang kuat, semoga kalian ga bosen sama karakter yg kaya gitu.
sejauh ini aku puas sama mini book ini karna penulisannya buat aku uda cukup rapi dan enak diliat, jadi semoga kalian juga suka💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Athena ;kookga [✔]
Cerita Pendek[genderswitch] / MINI BOOK "Jungkook, aku bisa melakukan apapun yang bahkan ayahku tidak tahu aku bisa melakukannya" Kookga Jungkook x Yoongi gs