kasian hilang rumahnya

24 5 0
                                    

Mereka berdua tengah mengendarai mobil milik barsha, dengan alasan ardana agar tidak panas padahal akan terjebak macet panjang, apalagi ini hari minggunya jakarta,

sendari tadi barsha hanya berdecak sebal, beribu kali mengeluh dan terus mengomel kepada ardana, lantaran tak mau diajak naik sepeda motor atau kerata MRT, sedangkan yang di omeli hanya sendari tadi memainkan heanphonenya tanpa berniat membalas ocean dari orang yang sedang duduk di kursi kemudi.

"Sat masih jauh?." Ucap barsha uring uringan.

"Bentar lagi, sabar dong, kalau sabar disayang pacar." Gurau ardana padahal dia sedang ketar ketir semisal anak ini akan ngamuk padanya.

"Disayang tuhan, bego!." Balas barsha sembari menampol kepala ardana, yang ditampol hanya bisa menyengir pasrah.

Sudah 2 jam berlalu dan akhirnya mereka sampai di lokasi, waktu menunjukan pukul setengah sebelas ketika mereka sampai, sudah sangat siang, segeralah barsha mencari parkiran dan segera masuk ke sebuah ruangan dengan nuansa yang teduh ini.

Ardana berjalan duluan dan diekori oleh si barsha, barsha nampak seperti orang bego didalam sini, ia tak terlalu menyukai seni dan gambar gambar abstrak juga lukisan berwarna, dibanding dengan lari kesukaannya jelas kalah jauh.

"Asteria!." Panggil ardana dengan nada yang ia naikkan, seorang perempuan dengan rambut panjang, sorot mata tajam, dengan bibir merah muda juga wajah nampak berwiba ini menoleh, senyum merekah timbul di wajahnya ketika melihat sosok ardana disana.

"Na, datang juga, lama banget." Protes wanita tadi yang barsha kenal dari panggilan ardana yaitu asteria, nama yang cantik batin barsha.

"Oh ya kenalin ini Barsha temen gue ri." Ucap Ardana menyenggol barsha, yang di senggol gelagapan karena sendari tadi tak memperhatikan percakapan kedua orang tadi.

"Kenalan bego, jabat tangan." Bisik ardana ditelinga barsha, ia segera mengulurkan tangannya hendak berjabat.

"Barsha, temennya ardana salam kenal." Ucap barsha, dia menjabat tangan barsha dan memperkenalkan dirinya juga sebagai asteria.

~~°_°~~

Pagi ini anadhara berapa di cafe milik ayahnya, ia duduk manis di meja kasir di tempat ini, ia bertugas menjaga kasir juga menerima orderan, ingatannya begitu kuat untuk mengingat orderan pelanggan, ia juga sudah hafal setiap harga menunya.

Sekarang jam 10 pagi, cafe ini sudah buka dan siap untuk menerima pelanggan, ayahnya hanya memperkerjakan 1 karyawan saja, seorang lelaki tampan yang sendari dulu memang sudah akrab dengan keluarganya,

Ayah mempekerjakan dia karna banyak alasan juga, pertama ia adalah seorang pengangguran yang hanya lulus SMA, tidak lanjut ke perguruan tinggi, alasanya orang tuanya tak sanggup membiayai, lulusan SMA bisa bekerja apa di jakarta?

Dan masih banyak alasan alasan lain yang tak perlu dijelaskan, cukup dia seorang yang cekatan juga giat dalam bekerja sebenarnya sudah lebih dari cukup.

Suara pintu terbuka menandakan seorang baru saja memasuki ruangan berpetak ini, anadhara segera menyahuti dengan ucapan selamat datang juga senyum yang mengembang,

"Permisi mbak anadhara kan?." Ucap seorang wanita yang sepertinya terdengar seumuran.

"Iya, maaf siapa ya? Ada perlu apa?." Balas anadhara yang terdengar asing dengan suaranya.

"Saya aphra adik tingkat anda dulu." Jelas cewek tadi, anadhara berusaha mengingat tapi tak terlintas di pikirannya bahwa aphra sempat ia kenal.

"Saya disini menyerahkan undangan dari kampus, untuk anda bisa datang ke pameran seni hari ini, sebelumnya maaf terlambat menyerahkannya." Ucapnya dengan sibuk mengeluarkan sebuah undangan dari dalam tasnya, menyerahkannya kepada anadhara dengan meletakan di telapak tangannya.

BARSHA || Seonghwa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang