🌟🌟

6.7K 671 71
                                    

Sunyi

Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana ruangan kerja Jaemin, besok adalah hari di mana semua orang yang ingin melamar menjadi asisten pribadi dari seorang Na Jaemin di seleksi kepantasannya. Sebenarnya seleksi ini hanya untuk basa basi saja, karna tidak akan ada yang di terima kecuali orang yang memang sudah di incar Jaemin dari lama.

Tok...
Tok...
Tok...

Suara ketukan pintu memecah keheningan dalam ruangan Jaemin

"Masuk saja mark, tidak usah sok sopan. Biasanya juga langsung masuk" ucap Jaemin tanpa mengalihkan tatapan dari dokumen yang di pegangnya.

Setelah itu bisa di lihat bahwa pintu terbuka dan memperlihatkan pria tampan keturunan kanada yang langsung berjalan menghampiri Jaemin, "Bro, jangan memikirkan kerjaan terus menerus. Ayo ikut ke pelelangan bersama ku malam ini"

"Tidak."

Mark menghempaskan tubuhnya ke sofa setelah mendengar jawaban singkat Jaemin, "sangat tidak seru..."

" by the way, besok seleksi itu bukan? Pilih yang benar benar kuat menjadi asisten mu. Orang terakhir yang menjadi asisten mu mengundurkan diri sambil menangis tersedu, kau apakan dia?" Tanya mark, menyambung kalimatnya yang sempat di gantung.

"Tidak tau."

Lagi lagi Jaemin hanya menjawab dengan singkat. Merasa jengah dengan sahabatnya yang sedari tadi hanya sibuk dengan pekerjaan, tiba tiba sebuah nama muncul di kepalanya.













"Lee Jeno"










Jaemin segera mengalihkan atensi nya dari pekerjaan nya dan langsung fokus ke mark, "calm bro, aku hanya menyebut namanya bukan melakukan bdsm terhadapnya" tatapan Jaemin berubah menjadi tajam saat mendengar itu, membuat Mark sedikit bergidik dan menyadari betapa posesifnya sang sahabat.

"Daripada kamu hanya diam dan menjadi beban, lebih baik kamu bantu aku dengan pekerjaan ini"

"Ya ya, lagipula walaupun menolak tetap akan di paksa"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.





Jeno melangkahkan kaki nya keluar dari kamar mandi. Dengan rambut yang masih setengah basah, ia segera menuju ke dapur dan menyiapkan makanan untuk dia makan. Setelah semua siap, ia makan sembari membaca ulang kertas yang di berikan Renjun, masih ada sedikit keraguan untuk mencoba melamar kerja di sana. Saingan nya pasti banyak dan pendidikan mereka pasti berada jauh di atas Jeno, apa Jeno bisa menyaingi mereka?

'Demi Yebin'

Kalimat itu terbesit di pikiran Jeno dan membuat keraguan nya lenyap, ia harus mencoba. Lagipula tidak akan ada hal buruk yang terjadi jika mencoba bukan?

Setelah selesai dengan makanan nya, Jeno langsung bersiap ke rumah sakit lagi, ia juga membawakan beberapa snack untuk sahabatnya yang kini menjaga Yebin di rumah sakit.

****

Keesokannya, Jeno bangun lebih awal dari biasanya. Ia harus bersiap dan tampil sebaik mungkin, dengan adanya Renjun yang membantunya bersiap dan memberikan kalimat support kepadanya, Jeno bisa lebih rileks dan percaya diri.

"Tenang saja okay? Aku yakin kau akan di terima" ucap Renjun seraya menepuk pundak Jeno. Jeno hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatnya itu, walaupun masih terbesit pertanyaan di pikirannya






ACCIDENT (Jaemjen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang