PROLOG

6 2 0
                                    

Sangat menyebalkan memang. Ketika kita yang seorang introvert harus kembali membiasakan diri dengan lingkungan baru. Tempat baru, orang-orang baru, semuanya serba baru, termasuk seragam sekolah yang semula berwarna putih biru kini berubah menjadi putih abu-abu.

Itulah yang dialami Salma saat ini. Gadis lugu dan pendiam itu kini mulai menginjak usia remaja.

“Belajar yang rajin, ya, Sayang,” ucap mama Salma ketika mengantarkan putrinya ke sekolah.

Salma menatap datar sekolahnya yang mewah itu. Ia merasa tidak nyaman. Rasanya ia tidak ingin masuk sekolah saja.

“Ma, Salma pulang aja, ya,” rengek Salma memohon pada mamanya.

“Kok gitu? Kita kan udah bicarain ini sebelumnya di rumah.”

“Salma gak mau sekolah, Ma. Salma mau diem aja di rumah. Atau enggak Salma ikut kerja sama Mama deh, ya,” ujar gadis itu memelas.

“Salma, jangan aneh-aneh, deh! Cepet masuk, Mama harus langsung ke kantor.” Salma cemberut mencebikkan bibirnya. “Cepet, nanti Mama telat,” bujuk sang mama.

“Mama selalu sibuk kerja. Selalu lebih mentingin kerjaan daripada Salma,” ucap Salma lirih.

“Mama kan kerja buat kamu juga, Sayang. Buat keluarga kita.”

Salma diam tak menyahut perkataan mamanya lagi. Ia membuka pintu mobilnya kemudian keluar tanpa mengucapkan apa-apa lagi.

“Salma,” panggil mamanya yang tak dihiraukan oleh Salma. Gadis itu segera memasuki sekolah barunya dengan rasa terpaksa.

Masa orientasi sudah usai kemarin. Setelah melakukan pengenalan lingkungan sekolahnya yang baru selama tiga hari berturut-turut, Salma masih belum juga menemukan seorang pun teman. Sifatnya yang begitu pendiam dan tidak banyak bicara membuatnya tidak terlalu dikenali orang lain. Bahkan dirinya sendiri pun cukup sulit untuk mengenali orang lain.

Brak

Tiba-tiba Salma menabrak punggung seseorang di depannya. Memang dasar kebiasaannya kalau jalan sambil menunduk sehingga dia tidak begitu memperhatikan jalan.

“M-ma... Maaf... Maaf, Kak... Aku gak sengaja,” ucap Salma panik.

“Lo! Makanya kalau jalan tuh lihat-lihat! Lo gak tahu kalau gue ini kakak kelas lo?!” bentak laki-laki yang tanpa sengaja Salma tabrak.

“Iya, maaf... Aku gak sengaja, Kak... Maaf.” Salma menunduk seraya mengucapkan kata maaf berkali-kali.

“Udah sana, pergi lo!” usir laki-laki itu kasar.

“Iya... Maaf... Maaf, ya...” Salma segera pergi tanpa melihat wajah laki-laki yang ia tabrak, saking ketakutan ia hanya bisa menunduk.

Sial baginya. Di hari pertama sekolah dia sudah mendapatkan musuh. Memang belum pasti, tapi kenapa bukan hal baik yang terjadi padanya pagi ini? Sungguh, Salma tidak akan betah dengan sekolah barunya.

Setelah mengikuti Masa Orientasi Sekolah selama tiga hari kemarin, tentu Salma sudah tahu di mana letak kelasnya. Dengan begitu ia tidak perlu berkeliling atau bertanya pada orang lain lagi. Segera saja Salma menuju kelasnya dan memilih duduk di bangku pojok paling belakang, sendirian.

~ FRIENDS ~

FRIENDS the Seven TeenagersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang