ichi.

107 8 0
                                    

"Nii-chan!"

Gadis kecil bersurai cokelat tersebut berseru. Kakinya bergerak cepat menghampiri sang kakak yang tengah berbaring di ranjang, sementara satu tangan menarik ujung lengan pakaian tidur yang dikenakan sang kakak.

"Nii-chan! Nii-chan!"

Melihat antusiasme adiknya, anak laki-laki itu terkekeh seraya mengacak rambut dengan warna serupa tanah milik sosok di hadapannya.

"Ada apa sampai-sampai kau seantusias itu?" Tanya Hiro. Matanya mengerling jenaka kala menunggu respon Hiroi. "Kau menemukan toko manisan?"

Menggelengkan kepala dengan kencang, telunjuk gadis tersebut menunjuk ke satu arah, sementara tangannya yang memegang ujung lengan pakaian sang kakak kembali bergerak untuk menarik kain itu.

"Sakura!" Hiroi berujar, kedua mata sewarna madu berkilau penuh antusiasme.

Ujaran singkat yang dilontarkan Hiroi membuat Hiro memiringkan kepala. Kentara sekali karena bingung dan tidak mengerti akan maksud dari ucapan sang adik.

"Sakura?"

"Un! Sudah mekar, lho!"

"Ah ...." ucap Hiro pelan. Seketika mengetahui alasan dibalik antusiasme gadis kecil tersebut adalah eksistensi kumpulan pohon sakura yang berada tidak jauh dari kediaman Hoshizora. "Benar juga, ini sudah masuk musim semi."

"Ayo kita melakukan hana- uh ... hana ....?"

Ia menatap Hiro lekat, menunggu anak laki-laki itu menyelesaikan kata yang diucapkannya.

"Maksudmu hanami?"

"Iya, itu!" Sahut Hiroi seraya mengangguk, "aku melihat sudah banyak orang berkumpul untuk melakukan hanami! Ayo kita pergi bersama Ayah dan Ibu!"

Hiroi membalikkan badan―berniat untuk keluar dari kamar dan mencari orangtuanya sebelum dihentikan oleh Hiro yang menggenggam tangannua. Gadis kecil itu menoleh, menatap sang kakak dengan tatapan heran yang dibalas oleh gelengan kepala dan tatapan penuh simpati.

Melihat respon tersebut, Hiroi memajukan bibir bawahnya. Tangan meremas ujung rok yang dikenakan.

"Ayah dan Ibu selalu sibuk bekerja." Gerutu Hiroi, kedua kaki menendang lembaran kertas kosong yang berserakan di lantai secara bergantian. "Mengucapkan selamat tinggal saja tidak."

"Hei, jangan begitu," bujuk Hiro, satu tangan kembali mengacak rambut sang adik, "bagaimana kalau kita melakukan hanami berdua setelah aku sembuh nanti?"

Menggembungkan pipinya, Hiroi mengangguk pelan. Di usianya yang menginjak 7 tahun, ia sudah mengerti bahwa merajuk tidak akan berguna. Alih-alih mendapat perhatian kedua orangtuanya, ia justru akan dimarahi dan diceramahi karena tidak mengerti keadaan.

"Hmph, padahal aku sudah berangan-angan akan melakukan hanami bersama Nii-chan, Ayah, dan Ibu."

---
Published 01. 07. 21
[358 words]

hanami ; r. kyoujurou x oc.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang